Part 29

1.9K 71 4
                                    

Sedetik kemudian, Lacey berlari kecil kearah pintu utama. Ia tidak sabar untuk mencurahkan semuanya ke Irene. Saat tangan Lacey sedikit lagi meraih handle pintu, pintu itu terbuka.

"Ir....Kevin?" Seketika wajah Lacey berubah menjadi melongo saat tau orang yang datang adalah Kevin bukan Irene.

***

"Hi babe." Sambut Kevin sambil berusaha memeluk Lacey.

Dengan gerakan reflek Lacey menahan pelukan Kevin. "Bukannya kau baru pulang lusa?"

Kevin mengenyitkan dahinya, "Kamu sakitkan?"

Iya. Karna dirimu. Ingin rasanya Lacey melontarkan kata-kata barusan tetapi ia urungkan.

"Tau dari siapa?" Tanya Lacey.

"Mommy yang menelfonnya. Mommy kira kamu sakit akibat kangen dengan Kevin, jadi Mommy telfon dia." Suara Arleta yang tiba-tiba datang dengan Kiara digendongannya.

"Tapi Lacey sudah membaik sekarang, Mom." Protes Lacey.

"Itu karena aku sudah datang kemari." Ucap Kevin geer.

Lacey tidak menggubris perkataan Kevin, ia memilih untuk pergi kekamar mencari handphone-nya dan menelfon Irene.

"Halo."

"Irene, lebih baik kita bertemu di coffee shop biasa." To the point Lacey. Tanpa mau menunggu jawaban Irene, Lacey langsung memutuskan sambungan telfon.

Lacey mengambil sweater berwarna cream dan jeans berwarna biru terang untuk ia pakai bertemu Irene.

Saat Lacey baru saja melepas kaosnya tiba-tiba Kevin masuk kekamar. Kevin menghampiri Lacey yang hanya memakai bra.

Dengan cepat, Lacey langsung memakai sweater-nya. Lacey mengambil jeans dan memakainya dikamar mandi meninggalkan Kevin sendirian.

Baru saja Lacey keluar dari kamar mandi, Kevin langsung memborbardir Lacey dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Mau kemana? Dengan siapa? Mau nemuin siapa? Kau tidak mau quality time denganku setelah aku pulang dari Italy?"

"Bisa gak sih kalau nanya itu satu persatu? Aku bingung jawabnya." Protes Lacey.

"Oke akan aku ulangi. Mau kemana?"

"Pergi."

"Dengan siapa?"

"Sendiri."

"Untuk bertemu siapa?"

"Bukan urusanmu." Jawaban Lacey membuat Kevin terheran-heran. Sejak kapan Lacey berubah menjadi dingin? Memangnya Kevin tidak boleh tau calon istrinya mau pergi kemana dan dengan siapa? Hell. Kevin calon suaminya.

Kevin berdiri dari tepian tempat tidur dan berjalan kearah Lacey dengan tatapan datar. Sial. Baru saja ditatap seperti itu, bulu kuduk Lacey sudah berdiri.

Kevin mencengkram bahu Lacey. "Aku katakan sekali lagi, kau ingin bertemu siapa?"

"Aku bilang, bukan urusanmu." Jawaban Lacey tak kalah datar dengan Kevin. Padahal didalam hatinya, ia sedikit ketakutan.

Tanpa disadari oleh Kevin cengkraman tangan dibahu Lacey semakin kencang dan itu membuat yang dicengkram merasa kesakitan.

"Lepasss, Kev." Lacey berusaha melepaskan cengkraman tangan Kevin di bahunya.

"Aku bilang stop. Aku hanya ingin bertemu Irene."

Akhirnya Kevin baru melepas cengkramannya. Lacey langsung menyambar slingbag-nya dan pergi keluar kamar saat itu juga. Sungguh, ia daritadi menahan air matanya agar tidak jatuh dihadapan Kevin. Hatinya dikecewakan lagi, belum juga ia sembuh karena hal kemarin tetapi sekarang sudah dibuat luka baru dengan orang yang ia cintai.

"Lacey, kau mau kemana?" Arleta sedang duduk di ruang tamu melihat Lacey turun dari tangga mengenakan pakaian rapih.

"Tolong jaga Kiara, Mom. Aku menyayanginya. " Hanya perkataan itu yang ia keluarkan dari mulutnya sebelum ia pergi dari Drean Mansion.

Cukup melelahkan jalan kaki bagi Lacey karena jarak dari pintu utama ke gerbang mansion terbilang cukup jauh.

"Selamat pagi, Non." Ucap satpam sambil membungkuk.

"Pagi." Jawab singkat Lacey. Walaupun keadaannya sedang buruk tetapi ia tetap harus sopan kepada semua orang bukan?

Saat melihat ada taksi yang lewat, Lacey langsung memberhentikannya. "Whynot Coffee and Wine, Sir." Lacey menyebutkan nama coffee shop langganannya kepada supir taksi. Taksi yang Lacey naiki melesat menuju coffee shop dikawasan Manhattan.

Sesampainya di coffee shop, Lacey memesan Cappuccino kepada barista. Lalu ia memilih tempat duduk yang berada diluar. Ia mengedarkan pandangannya mencari Irene belum sampai juga.

"Excuse me, this is your Hot Cappuccino." Ucap barista tersebut sambil menaruh pesanan Lacey dimeja.

"Thank you."

Barista itu tersenyum dan pergi dari hadapan Lacey. Lacey mengambil Cappuccino dan meniupnya. Menurut yang dia baca wangi kopi bisa merelaksasikan pikiran seseorang. Entah Lacey tersugest atau tidak, tubuh Lacey bisa merasakan rileks setelah mencium aroma dari Cappucino yang ia pesan tadi.

Baru saja Lacey menyeruput Cappuccino sedikit demi sedikit tetapi hampir saja Lacey menyemburkan kopi yang sudah ada dimulutnya karena ia dikejutkan oleh orang yang tiba-tiba duduk dihadapannya.

"Kau pasti kekasih baru Kevin, iya kan?"

Lacey tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan wanita yang ada diseberangnya.

"Kenalkan, aku Gwen. Mantan kekasih dan mantan istri Kevin."

Sudah tau. Batin Lacey berkata.

"Ada perlu apa?" Tanya to the point Lacey.

"Begini, kau tau aku sudah memiliki hubungan dengannya terlebih dahulu sebelum kau memiliki hubungan dengannya."

Lacey masih diam dan tetap mendengarkan apa yang mau wanita itu katakan.

"Mungkin kau juga sudah tau kalau Kevin sudah memiliki anak karena kau akan menyandang nama Drean dibelakang namamu. Tetapi kau harus tau, kita sama-sama perempuan. Aku ibu dari anak itu dan aku mempunyai hak."

"Hak untuk apa?" Tanya Lacey.

"Tentu saja untuk bersama dengannya."

"Untuk apa? Bukannya kau sudah bersama lelaki lain? Lagipula Kevin tidak membutuhkanmu." Ucap Lacey dengan berani.

"Ternyata kau sudah tau bagian itu." Gwen tersenyum mengejek. "Baiklah begini, setiap orang berhak mempunyai kesempatan kedua bukan?"

Hati dan logika Lacey sedang bertarung mencerna ucapan Gwen. Walaupun dari wajahnya Lacey tetap menampilkan ekspresi datar. Ingatkan Lacey untuk berterima kasih ke Kevin yang sudah sering kali menampilkan wajah datar ke orang yang tidak dikenal sehingga Lacey diam diam mengikutinya.

Selagi Lacey menampilkan wajah datarnya sedangkan wanita diseberangnya lagi tersenyum kemenangan.

Obsessed With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang