Sudah hampir satu minggu sejak pertemuannya terakhir dengan Lyla. Fathir tentu saja belum melupakan wanita itu. Tetapi dia takut kalau ia nekat menemui Lyla lagi, Kana akan histeris dan melaksanakan ancamannya. Bukan berarti Fathir takut, hanya saja ia menghormati Kana layaknya adiknya sendiri. Dia tidak ingin mengecewakan Kana.
Fathir memandangi kartu nama toko bunga Lyla yang ia dapatkan ketika membeli bunga saat itu.
Adenium florist.
Fathir merapalkan nama tokonya berkali-kali beberapa hari ini. Tidak ada nomor handphone yang tertera disana. Hanya ada nomor telepon toko. Fathir bisa saja menelepon nomor itu, tetapi sekali lagi dia belum berani untuk bertindak nekat. Akan ada saatnya walaupun Fathir ragu kapan saat yang tepat. Fathir menghembuskan nafasnya, mengapa dia begitu penasaran dengan wanita yang satu ini ? Sebenarnya sudah lama ia menaruh perhatian kepada Lyla, hanya saja semuanya seakan terlupakan seiring berjalannya waktu.
Fathir bangkit dari tidurnya lalu meraih handuk yang terjemur di balkon kamarnya. Seharusnya semua ini tidak menganggunya. Tidak ada salahnya kan kalau ia melakukan pendekatan kepada Lyla ? Mana tahu gayung bersambut. Kalaupun nanti Lyla menolak dan menganggap dirinya brengsek, setidaknya ia pernah mencoba. Hanya saja dirinya masih ragu. Begitu banyak pertentangan yang ada dalam pikirannya sekarang. Fathir engacak rambutnya sesaat sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi dan memutuskan untuk mengguyur kepalanya dengan air dingin agar bisa berpikir dengan lebih tenang.
****
Lyla mengawasi karyawannya ketika mendekorasi pelaminan dengan ratusan batang bunga segar. Sekarang sudah hampir jam empat sore, acara resepsinya jam tujuh malam, seharusnya semuanya selesai sebentar lagi. Resiko merangkai sesuatu dengan bunga segar adalah bunga-bunganya harus dirangkai dengan waktu yang sedekat mungkin dengan acara. Karena kalau terlalu lama dirangkai, maka bunga-bunganya bisa berubah layu atau tidak lagi mengeluarkan harum yang semerbak.
"Indah kan ?"
Lyla melirik sekilas ke arah Fifi yang berdiri di sebelahnya. Fifi adalah teman Lyla ketika sekolah dulu. Sekarang Fifi bekerja dengannya, bisa dibilang tangan kanannya. Orang yang selalu bisa Lyla andalkan dalam hal pekerjaan.
"Sempurna.", jawab Lyla datar.
"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot mengawasi karyawan yang merangkai bunga La, kau harus mempercayakan mereka. Mereka semua sudah berpengalaman."
Lyla menggeleng, "Aku harus memastikan semuanya berjalan dengan lancar Fi. Bukan berarti aku tidak mempercayai mereka."
Fifi mengangguk, "Minggu depan ada tiga gedung yang harus kita dekorasi. Semuanya minta full mawar putih."
"Sudah aku persiapkan semuanya. Mudah-mudahan berjalan lancar."
Fifi merangkulkan tangannya ke bahu Lyla, "Kalau tiap minggu begini terus, seharusnya kau naikkan gajiku.", godanya.
Lyla menarik rambut Fifi cukup keras, membuat wanita itu mengaduh kesakitan, "Itu jawabannya.", sahut Lyla santai.
"Dasar bos sinting. Kenapa bawahan disiksa terus ?"
"Tapi kau sayang kan ?"
Fifi tertawa mendengar godaan Lyla, "Kau pulang naik apa ? Aku tidak bisa mengantarmu karena ada janji makan malam dengan Rio.", Rio adalah kekasih Fifi.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY MIRACLE ( MIRACLE SERIES #3 ) (COMPLETED)
RomanceNamanya Lyla, wanita mandiri yang sedang patah hati~~ Jangan ganggu dia lagi, dia tidak ingin kembali patah hati~~ Dirinya sudah hampir selesai mengerjakan apa yang telah ia mulai, membangun tembok untuk menjaganya, menjaga dari trauma masa lalunya...