Dua Puluh ~ Pria Pengganggu

4.6K 478 3
                                    


Lyla membereskan beberapa pekerjaan terakhir malam itu di toko ketika pintu tokonya terbuka. Lyla mendongak sebentar dan kembali menekuni pekerjaannya ketika tahu yang datang adalah Rio, kekasih Fifi. Rio memang sudah sering kesini, jadi tidak ada alasan baginya untuk merasa canggung di toko ini. Pria itu berjalan ke arah Lyla yang masih sibuk dengan laptopnya.

"Sibuk?", sapanya sumringah.

Lyla mendongak sebentar, "Sedikit. Fifi masih di luar, sebentar lagi dia kembali."

Rio mengangguk sekilas lalu menarik kursi dan duduk di hadapan Lyla, "Aku tadi sudah meneleponnya. Dia minta aku untuk menunggunya disini."

"Mau minum apa?", tawar Lyla tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop.

"Terserah, tidak usah repot-repot."

"Tidak repot, sebentar.", Lyla berdiri dari duduknya dan bergegas menuju dapur.

Lyla dapat melihat dari ekor matanya sekilas kalau pria itu memandangi Lyla dari atas sampai bawah ketika ia berjalan ke belakang. Sialan! Sejujurnya Lyla tidak pernah menyukai Rio. Bukan karena pria itu jahat kepada Fifi melainkan karena Lyla meyakini dengan sepenuh hati kalau pria itu selalu memandangi Lyla dengan tatapan mata penuh nafsunya jika di belakang Fifi dan tidak mau repot-repot menjaga kesopanan di depan Lyla. Lyla selalu risih jika harus berhadapan dengan Rio kalau Fifi sedang tidak ada, seperti sekarang ini. Namun Lyla tidak mau juga terang-terangan menampakkan perasaan tidak sukanya. Bagaimanapun Rio kekasih Fifi, di depan Fifi pria itu akan bersikap begitu manis, tidak ada alasan bagi Lyla untuk mengungkapkan kekesalannya terhadap Rio kepada Fifi.

Di dapur, Lyla menemui Riska yang masih mencuci piring, kebetulan hari ini Riska yang bertugas piket dan mengunci pintu.

"Tolong buatkan teh hangat satu. Ada Rio di depan.", pinta Lyla.

Riska mengangguk, "Mbak, saya mau pulang duluan kalau boleh setelah ini. Rumah saya kosong, bapak sama ibu pergi ke kampung ada sepupu yang menikah."

Lyla bimbang sebentar, karyawan lain sudah pulang duluan sedangkan Lyla tidak mungkin meninggalkan toko jika Fifi belum pulang. Menunggu berdua dengan Rio pun bukan ide yang baik. Lyla menatap jam dinding di depannya, baru jam sembilan malam, tidak terlalu larut untuk menunggu sebentar lagi. Fifi pasti sudah dekat menuju arah sini.

"Iya pulang saja kalau sudah selesai nanti mbak yang kunci pintu sekalian menunggu mbak Fifi. Pulang naik apa?"

"Naik ojek online mbak."

Lyla mengangguk, "Yasudah tolong buatkan teh yah."

Riska kembali mengangguk lalu Lyla kembali ke depan menemui Rio.

"Fifi sudah dimana?", tanya Lyla mencoba basa-basi.

"Sudah arah sini.", jawab Rio santai, tetapi ucapan dan pandangan matanya berbanding terbalik. Walaupun ucapan pria itu terdengar santai namun tatapan matanya menajam memandangi Lyla.

Lyla tidak berkonsentrasi lagi dengan apa yang dikerjakan di depannya. Malam ini Fathir tidak bisa menjemputnya karena pria itu sedang tugas ke luar negeri. Handphonenya pun tidak bisa dihubungi karena Fathir tidak sempat membeli nomor lokal disana. Fathir hanya mengandalkan wifi hotel untuk menghubungi Lyla.

"Aku dengar dari Fifi, katanya kau sudah punya kekasih baru?", tanya Rio.

Lyla tersenyum sebelum menjawab, "Begitulah."

YOU ARE MY MIRACLE ( MIRACLE SERIES #3 ) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang