Pesawat mereka mendarat dengan sempurna di Changi International Airport Singapura. Setelah beberapa hari ini mereka disibukkan dengan persiapan perjalanan mendadak mereka ini, akhirnya mereka berhasil ke Singapura dengan waktu yang pas, mengingat betapa sibuknya Fathir.
"Siapa yang menjemput kita di bandara?", tanya Fathir ketika mereka sedang antri mengambil bagasi.
Lyla menggeleng, "Tidak ada. Kita naik MRT saja."
Fathir agak kaget mendengar jawaban itu, "Kalau tidak ada driver, aku ada kenalan driver disini yang bisa kita gunakan..."
"Tidak perlu. Kita kemana-mana naik MRT saja. Lagipula orang tuaku tahunya kita mengunjungi mereka hari Rabu, aku tidak mengatakan kalau kita kesini dari hari Senin. Kita punya waktu untuk jalan-jalan dulu."
Fathir menaikkan satu alisnya, "Sepertinya kau senang sekali bisa liburan denganku."
"Kau ke Jepang dengan sekretarismu, apalah dayaku yang hanya mengajakmu ke Singapura?", sindir Lyla halus.
Fathir tersenyum masam mendengar sindiran Lyla, "Baiklah tuan puteri, kemana sekarang tujuan kita?"
"Meletakkan koper kita, lalu jalan-jalan."
Fathir bersungut-sungut masam ketika mereka berhenti di stasiun Raffles place untuk menuju hotel mereka di The Fullerton Hotel.
"Aku tidak menyukai idemu untuk naik MRT. Persis seperti orang bodoh menggeret-geret koper dan berjalan sejauh ini.", gerutu Fathir.
"Jangan manja! Kita tidak terlalu jauh berjalan, lagipula kalau naik MRT lebih cepat sampai, walaupun harus berjalan sedikit."
"Setidaknya gunakan taksi untuk mengangkut koper kita, baru setelahnya kita naik MRT."
"Jangan berisik, ayo kita sudah hampir sampai."
Fathir masih memasang wajah masamnya ketika mereka masuk ke dalam loby Fullerton Hotel, tempat dimana ia akan menginap selama di Singapura. Tadinya Fathir ingin menginap di Marina Bay Sands, tempat ia biasa menginap jika ke Singapura namun ternyata tidak ada kamar yang kosong di tanggal kedatangannya, akhirnya atas rekomendasi Lyla, dia memilih hotel bintang lima ini.
Lyla berjalan menuju resepsionis sedangkan Fathir menunggu dengan santai di lobby sambil menormalkan nafasnya yang ngos-ngosan. Tentu saja Lyla senang mau berjalan sejauh apapun, toh koper wanita itu tidak diizinkan Fathir untuk ia angkat sendirian. Jadilah Fathir yang mengangkat dua koper sekaligus.
"Mau istirahat dulu?", Lyla menghampiri dengan access card di tangannya.
"Panggil saja porternya dan suruh antarkan koper sialan ini ke kamarku."
Lyla tertawa melihat keringat yang menghiasi wajah tampan Fathir, "Jangan cemberut, perjalanan kita masih panjang."
Fathir ikut tersenyum melihat semnagat di wajah Lyla, "Kau menginap dimana malam ini kalau belum mau pulang ke rumah orangtuamu?"
"Bersamamu.", jawab Lyla enteng.
Jawaban itu membuat Fathir kaget, "Bersamaku?"
"Kenapa? Kamarmu kan besar, apa aku tidak boleh ikut menginap denganmu?"
Fathir menggelengkan kepalanya heran, terkadang Lyla melakukan hal ajaib yang jauh dari nalarnya, "Tentu saja boleh. Tetapi Lyla, satu kali aku pernah tidur denganmu dan membuatku hampir gila menahan hasratku. Kau ingin melakukannya lagi selama dua malam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY MIRACLE ( MIRACLE SERIES #3 ) (COMPLETED)
RomanceNamanya Lyla, wanita mandiri yang sedang patah hati~~ Jangan ganggu dia lagi, dia tidak ingin kembali patah hati~~ Dirinya sudah hampir selesai mengerjakan apa yang telah ia mulai, membangun tembok untuk menjaganya, menjaga dari trauma masa lalunya...