Delapan Belas ~ I love You

5K 518 6
                                    

Tepat dua minggu perpisahan mereka. Lyla menuruti nasehat Kana untuk memberi waktu Fathir menenangkan pikirannya. Lyla paham posisi Fathir saat ini. Dihianati, terluka, dibohongi, entah apa lagi yang Fathir rasakan sekarang. Lyla hanya berharap pria itu tidak membencinya dan mau memaafkannya. Itu saja. Kehidupan Lyla juga sudah beranjak normal lagi. Walaupun masih kadang-kadang sedih tetapi Lyla berusaha untuk tegar. Terkadang, Lyla kembali membaca chat-chatnya dulu dengan Fathir dan memandangi foto-foto mereka, kerinduan itu pasti datang lagi. Tetapi Lyla menahan diri.

Lyla sudah pernah merasakan yang lebih sakit daripada ini. Lyla yakin ia kuat. Hanya saja posisinya sekarang ia yang salah. Itu yang tidak tertahankan. Lyla juga tidak yakin masih bisa atau tidak jika besok-besok bertemu Fathir di rumah Kana misalnya. Lyla pasti malu setengah mati.

Bima, pria yang tidak pernah Lyla sebut namanya itu, menghilang bagai ditelan bumi. Lyla sudah berusaha menghubungi pria brengsek itu untuk meminta pertanggungjawabannya, tetapi nihil. Nomornya tidak bisa dihubungi. Lyla juga sedikit lega, setidaknya pria itu berhenti menganggunya. Sedikitpun cerita pria itu malam itu tidak memengaruhi perasaan Lyla untuknya. Lyla tetap membenci pria itu. Lyla tidak tahu apakah pria itu jujur atau bohong. Semuanya tidak memengaruhi mereka lagi, hubungan mereka sudah selesai beberapa bulan yang lalu. Tidak ada suatu apapun yang bisa membuat hati Lyla terbuka untuk menerima Bima lagi. Kalau pria itu pikir dengan cerita murahannya maka Lyla akan luluh lagi, maka Bima bisa pergi ke neraka.

Pintu apartemen Lyla diketuk, membuyarkan lamunan Lyla. Lyla yakin Fifi yang datang. Wanita itu memang tadi bilang mau mampir dulu sebelum pergi kencan dengan kekasihnya. Lyla menyisir rambutnya yang kusut sebelum beranjak ke pintu.

"Tumben tidak telepon du....lu...", suara Lyla mengecil ketika melihat siapa yang datang. Mata Lyla membulat karena kaget melihat sosok Fathir di depannya, wajah Lyla memucat karena terlalu gugup.

"Menunggu seseorang?", tanya Fathir dingin sambil mengangkat sebelah alisnya.

Lyla menghembuskan nafasnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha untuk menjernihkan pikirannya karena melihat Fathir di hadapannya. Mimpi apa ia semalam? Hal ini tentu dinantikannya tetapi entah mengapa Lyla jadi begitu gugup sekarang.

"Aku pikir Fifi yang datang.", jawab Lyla setengah berbisik. Lyla menatap ke arah manapun selain ke arah mata Fathir, berbeda dengan Fathir yang menatap Lyla lekat-lekat.

"Apa aku menganggu acaramu?", tanya Fathir, tetap dengan ekspresi dinginnya.

Lyla membuka pintu dengan lebih lebar, "Tidak, kau mau masuk?"

"Apa aku masih punya hak untuk masuk ke dalam apartemenmu? Atau sudah ada yang merebut hakku?", sindir Fathir.

Lyla agak sebal disindir seperti itu, Lyla begitu paham apa yang coba Fathir ungkapkan. Bagaimanapun ini memang salahnya Lyla, Lyla harus bisa bersabar dan tidak terpancing emosi.

"Jangan bicara sembarangan. Masuklah."

Lyla menyingkir ketika membiarkan Fathir masuk ke dalam. Lyla menghembuskan nafasnya sebelum menutup pintu lalu mengikuti Fathir ke ruang tamu.

"Mau minum apa?", tanya Lyla basa-basi.

Fathir memandang ke sekeliling, seperti mencoba membaca keadaan, lalu matanya menatap Lyla yang masih berdiri, "Kalau aku mau minum aku akan pergi ke minimarket, bukan kesini. Tidak usah basa-basi, duduklah. Aku ingin bicara."

Lyla mengerucutkan bibirnya mendengar nada masam yang diucapkan Fathir. Ternyata begitu susah bersikap sabar dan tidak memberikan balasan atas ucapan kasar Fathir. Dengan canggung Lyla duduk di hadapan Fathir, jarak yang paling aman seandainya pria itu kehilangan kesabarannya, walaupun Lyla yakin kalau Fathir tidak akan mencelakakannya tapi tetap saja Lyla harus waspada mengingat harga diri Fathir sedang terluka saat ini.

YOU ARE MY MIRACLE ( MIRACLE SERIES #3 ) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang