Kenyataannya Lyla hampir menyesali keputusannya untuk pergi ke tempat clubbing semalam. Lyla dan Fifi hanya sedikit meminum alkohol tetapi cukup membuat kepalanya hampir pecah pagi ini. Mereka berdua pulang jam tiga subuh semalam dan cukup ambruk hingga tidak sempat mengganti baju ketika tidur. Dan Lyla memutuskan untuk ke toko pagi ini walaupun kepalanya berputar-putar. Lyla tidak ingin bertemu dengan Fathir di apartemennya. Jika Fathir ingin menemuinya, maka pria itu bisa menemuinya di toko. Tempat dimana Lyla bisa menyibukkan diri dan memiliki alasan untuk sepenuhnya tidak terfokus kepada ucapan Fathir. Lyla sangat yakin pria itu akan berusaha menemuinya hari ini, tinggal menunggu saja pukul berapa Fathir datang.
Lyla pergi ke toko sendirian, Fifi masih nyenyak tidur di apartemennya. Sahabatnya itu memutuskan untuk kembali bekerja di toko Lyla. Lyla menyambutnya dengan senang hati. Selalu ada tempat untuk Fifi kembali di toko ini. Lyla begitu senang karena akhirnya hubungannya dengan Fifi kembali baik-baik saja.
Lyla memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Sebelum turun dari mobil, Lyla memoleskan lipstik ke bibirnya agar wajahnya tidak terlihat pucat. Lyla turun dari mobil dan menuju toko dengan perasaan yang tidak terlalu mengenakkan. Ditambah kepalanya yang berdentam keras saat ini. Lyla lebih senang melanjutkan tidurnya sebenarnya, hanya saja Lyla kembali tidak bisa tertidur ketika teringat masalahnya dengan Fathir.
Jangan ditanya berapa banyak pesan yang sudah dikirimkan pria itu dari semalam hingga pagi ini. Hanya saja tidak ada satupun yang Lyla balas. Lyla tergoda untuk memblokir nomor Fathir tetapi jujur saja Lyla masih belum rela jika hubungan mereka berakhir sampai disini. Tetapi Lyla butuh keyakinan. Lyla butuh diyakinkan. Semuanya tergantung bagaimana usaha Fathir nantinya meyakinkan Lyla. Jika Fathir memilih untuk menyerah dan menganggap Lyla tidak pantas untuk dipertahankan, maka Lyla tidak bisa melakukan apapun lagi. Mungkin memang Fathir sudah merasa jenuh dengannya.
Pikiran yang bertumpuk di kepala Lyla membuat Lyla tidak sadar ketika dia melangkah masuk ke dalam toko ada seseorang yang telah menunggunya. Langkah Lyla terhenti seketika menyadari sosok itu yang tergopoh mendekatinya.
"Lyla."
Lyla terpaku untuk sesaat sebelum pada akhirnya tangan Lyla terulur untuk meraih tangan wanita itu dan menciumnya, "Tante Sarina."
Lyla tidak mengira jika ia bisa bertemu dengan wanita paruh baya ini lagi. Dalam ketidaksengajaan mungkin, namun tentu tidak ketika wanita itu sengaja datang ke tokonya dan menemuinya. Firasat Lyla mengatakan ada yang tidak disukainya, Lyla hanya berharap kalau wanita ini tidak sama gilanya seperti anaknya.
"Kita bicara di belakang saja, tante. Biar lebih enak."
Lyla mengajak wanita itu ke belakang, duduk dimana tidak ada karyawan yang bisa mendengar pembicaraan mereka. Tidak lupa Lyla meminta kepada karyawannya untuk membuatkan minuman. Tangan Lyla gemetar, dia begitu tidak menyukai situasi ini.
"Ada apa, tante? Tante repot-repot datang kesini.", Lyla berusaha menjaga nada suaranya agar tetap menghangat walaupun di dalam hatinya Lyla merasakan kecemasan.
Tangan wanita itu bergetar ketika dia meletakkannya di atas meja, kemudian mata wanita itu berlinang-linang. Ada kesedihan mendalam disana.
"Kau pasti belum mendengar kabar terbaru dari Bima, kan?"
Lyla menghembuskan nafasnya, lalu menggeleng, "Belum, tante."
Tangis wanita itu akhirnya pecah, suaranya bergetar ketika dia menyampaikan kepada Lyla, "Bima sudah meninggal, Lyla. Dia sudah meninggalkan kita semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY MIRACLE ( MIRACLE SERIES #3 ) (COMPLETED)
RomansaNamanya Lyla, wanita mandiri yang sedang patah hati~~ Jangan ganggu dia lagi, dia tidak ingin kembali patah hati~~ Dirinya sudah hampir selesai mengerjakan apa yang telah ia mulai, membangun tembok untuk menjaganya, menjaga dari trauma masa lalunya...