Isyan berdiri di Lobby kantornya. Menatap butiran air yang turun dari langit. Ia sama sekali tidak menyangka akan turun hujan, karena musim dingin telah berlalu. Dan dengan keyakinan itu, Isyan tidak membawa payung. Padahal ia sudah bertekad untuk naik bis atau kereta bawah tanah mulai hari ini. Isyan harus berhemat, dan naik taksi ke apartemennya cukup mahal.
Sebuah Porsche berwarna biru metalik berhenti di hadapannya. Isyan pikir mobil itu bukan berhenti untuknya, namun saat kaca jendela diturunkan, sosok Lucas menatapnya dengan senyum yang memesona. Sekejap Isyan hampir terpesona, namun ia buru-buru memalingkan wajahnya.
"Naiklah! Aku akan mengantarmu pulang." Suara Lucas agak kencang demi mengalahkan suara hujan yang mulai deras.
"Tidak perlu! Aku akan naik taksi." Isyan berubah pikiran. Matanya mulai sibuk untuk mencari taksi yang lewat.
"Kalau begitu anggap saja aku ini supir taksi."
Isyan hanya memutar bola mata mendengar lelucon yang sangat tidak lucu itu. Namun tanpa ia duga, Lucas keluar dari mobil dan mendekatinya. Air hujan mulai membasahi rambut dan pakaian pria itu.
"Naiklah! Aku hanya ingin mengantarmu pulang. Kau tahu, aku tidak ada niat jahat!" Lucas memiringkan wajahnya. Menatap Isyan dengan tatapan yang sangat lembut. Entah mengapa hati Isyan tiba-tiba terasa hangat melihat bola mata cokelat itu.
Beberapa saat mereka hanya berdiri sambil berpandangan. Hingga Lucas melingkarkan tangannya di bahu Isyan dan menggiring gadis itu untuk masuk ke dalam mobilnya.
Kehangatan seolah menyelimuti Isyan saat ia duduk di mobil mewah itu. Lucas berlarian kecil setelah menutup pintu Isyan. Kemeja pria itu—yang Isyan yakin sangat mahal—terlihat sudah sangat basah. Termasuk rambutnya yang justru membuat pria itu terlihat seksi.
"Kita harus makan dulu sebelum aku mengantarmu pulang." Ucap Lucas sambil memasang safe belt.
"Aku tidak lapar!" Jawab Isyan dengan ketus. Namun baru beberapa detik Isyan menutup mulut, terdengar suara berisik dari dalam perutnya. Tubuh Isyan mengkhianati kata-katanya sendiri.
Sebelah bibir Lucas terangkat, membuat senyum yang sangat memesona. Ia merasa lucu dengan gadis di sampingnya itu. Padahal perutnya sudah berisik minta diisi, namun dengan angkuhnya gadis itu masih menolak ajakan makan malam dengan Lucas.
"Kau ingin makan apa?" Tanya Lucas sambil menatap Isyan dengan wajah geli.
Isyan menunduk sambil memegang perutnya yang terus berbunyi karena kelaparan. Wajahnya sudah sangat merah menahan malu ketahuan berbohong.
"Aku ingin makan..." Isyan berhenti sejenak dan menatap hujan. "masakan Jepang...."
Lucas menatap Isyan dengan tatapan yang sulit dimengerti. Senyum tipis terlihat di bibirnya.
Mobil mewah itu melaju, membelah jalan yang basah.
***
Ramen yang disajikan langsung di dalam panci benar-benar sangat lezat bagi Isyan. Terlebih dengan cuaca yang sedang hujan seperti ini. Gadis itu makan dengan rakus seolah tidak ada pria tampan yang menatapnya di sebrang meja.
"Hmmm... enak sekali...." Isyan menguyup kuah hingga tetes terakhir.
"Sepertinya kau sangat menyukai masakan Jepang?" Tanya Lucas sambil menyuap Sushi.
"Tidak juga. Aku lebih menyukain masakan Indonesia, khusunya yang dibuat oleh Ibuku sendiri." Jawab Isyan dengan riang. Sepertinya ketegangan diantara mereka mulai mencair seiring berjalannya waktu.

KAMU SEDANG MEMBACA
TBL
RomansIsyan terpaksa berlibur ke Jepang untuk menghindari mantan tunangan yang mengunjunginya di London. Tanpa sengaja ia bertemu seorang pria yang membutuhkan pertolonganya. Siapa sangka, pria itu adalah salah satu orang yang sering muncul di majalah For...