Isyan terpaksa berlibur ke Jepang untuk menghindari mantan tunangan yang mengunjunginya di London. Tanpa sengaja ia bertemu seorang pria yang membutuhkan pertolonganya. Siapa sangka, pria itu adalah salah satu orang yang sering muncul di majalah For...
Lucas menuruni tangga pesawat dengan santai sambil mengenakan kacamata hitamnya. Sebuah privat jet berlambang Braun's Airlines itu sudah bertengger dengan cantik di bandara Haneda beberapa saat yang lalu.
Pria itu sedikit merapikan rambutnya yang agak berantakan akibat ulah pramugari cantik di pesawat tadi. Meskipun wanita itu sudah memanaskan ranjang yang ada di pesawat bersamanya selama berjam-jam, namun ia masih juga kurang puas saat melihat Lucas yang hendak turun dan menarik Lucas untuk kembali bercumbu dengannya.
Kali ini Lucas datang tanpa ditemani oleh orang kepercayaannya, Nicholas. Awalnya Nick sempat ragu dengan kepergian Lucas tanpa dirinya, namun karena ada beberapa hal mendesak yang harus ia lakukan saat bosnya meninggalkan setumpuk pekerjaan, akhirnya Lucas berhasil meyakinkan pria berusia 28 tahun itu untuk tinggal di New York. Lucas pikir ia hanya sebentar disini dan tak ingin mengorbankan banyak hal hanya demi bertemu orang kepercayaan ketua Yakuza itu.
Bahkan, Lucas tak membawa banyak bodyguard untuk mengawalnya. Ia yakin, namanya cukup tersohor untuk membuat kelompok Yakuza berhati-hati kepadanya.
Sebuah mercedes hitam telah siap mengantarkan Lucas ke hotel bintang lima yang merupakan salah satu asetnya juga. Ia butuh istirahat sejenak setelah melewati perjalanan jauh dengan ranjang yang bergetar bersama seorang pramugari yang cantik dan sexy.
Dari bandara Haneda hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk sampai di Tokyo. Pria bertubuh atletis itu masih memiliki banyak waktu luang sebelum bertemu dengan Mr. Yoshiro nanti malam.
***
Isyan merapatkan jaket tipisnya. Ia lupa bahwa Jepang sedang masa peralihan dari musim dingin ke musim semi, sehingga udara masih cukup dingin baginya yang terbiasa dengan iklim Jakarta yang panas.
Setelah turun dari pesawat ekonomi di bandara Narita, gadis berkulit putih itu mulai melihat jadwal yang telah ia susun di ponselnya, sambil menunggu kopernya keluar dari bagasi.
Setelah ini, ia masih harus menaiki kereta cepat untuk bisa sampai disebuah desa yang katanya masih sangat asri. Ini adalah pengalaman pertamanya berlibur seorang diri, sehingga semua hal sudah ia persiapkan dengan matang, seperti menyewa sebuah rumah dan mobil.
Pemandangan selama di kereta membuat rasa lelahnya menghilang. Bunga-bunga sakura terlihat mulai bermekaran di sepanjang jalan. Ia begitu menikmatinya sampat tak terasa telah sampai di stasiun tujuan.
Pemilik mobil telah menunggunya. Ia telah membayar semua biaya termasuk uang jaminan melalui bank saat masih berada di London. Begitu juga dengan rumah yang akan ia tempati selama berada di desa ini.
Bermodalkan GPS di ponsel pintar, akhirnya ia sampai di rumah yang sesuai dengan harapannya, meskipun sempat sedikit tersesat. Pemilik rumah seorang wanita paruh baya terlihat ramah saat menunggunya untuk menyerahkan kunci.
Rumah ini sangat cocok untuk menenangkan pikiran. Terlebih desa ini yang begitu indah, dimana sebagian besar kawasannya adalah hutan dan sungai, sedangkan rumah penduduk terlihat berjarak satu sama lain.
Matahari yang masih bertengger di langit membuat Isyan tidak tahan untuk berkeliling. Dan tanpa memedulikan rasa lelahnya, ia membawa mobilnya melewati jalan besar untuk sampai ke kota terdekat. Ia ingin berjalan-jalan sekaligus membeli beberapa makanan untuk persediaan.
Sial! GPS itu menipunya. Ternyata jarak ke kota itu tidak sedekat yang diperkirakan, bahkan ia melewati jalan berkelok di kawasan hutan yang sangat sepi. Hanya satu dua mobil yang terlihat melintas. Waktu tempuh yang diperkirakan hanya 20 menit, ternyata dilalui sampai lebih dari satu jam, hingga akhirnya ia bisa melihat bangunan-bangunan yang berdiri dengan kokoh.
Jepang memang selalu siap dengan bencana seperti gempa bumi dan tsunami yang sering terjadi di negara tersebut. Namun tetap saja, Isyan bergidik saat membayangkannya.
Di kota ini sangat banyak turis yang mulai berdatangan untuk melihat bunga sakura pada musim semi. Sebagian besar dari mereka berasal dari Asia Tenggara seperti dirinya. Hal itu membuatnya merasa nyaman, terlebih saat mendengar beberapa orang munggunakan bahasa Indonesia dan melayu.
Matahari mulai tumbang saat Isyan telah puas berwisata kuliner dan berbelanja kebutuhan makanan. Ia merasa ragu untuk kembali ke desa, apalagi menempuh jarak yang cukup jauh dikegelapan malam.
Gadis bertubuh mungil itu menatap langit yang kemerahan, akhirnya memutuskan untuk tinggal di kota sampai besok pagi. Namun ia merasa ada sesuatu yang aneh. Alam seolah begitu sunyi, tidak seperti biasanya saat ia berkunjung kesini. Burung-burung terlihat terbang menjauh, dan hembusan angin membuat bulu kuduknya meremang. Tiba-tiba ia merasa cemas. Apakah yang akan terjadi sebenarnya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.