Isyan terpaksa berlibur ke Jepang untuk menghindari mantan tunangan yang mengunjunginya di London. Tanpa sengaja ia bertemu seorang pria yang membutuhkan pertolonganya. Siapa sangka, pria itu adalah salah satu orang yang sering muncul di majalah For...
Cahaya matahari yang masuk lewat pintu mobil yang terbuka membangunkan Lucas dari tidurnya. Isyan membantu Lucas untuk duduk, kemudian berusaha melepaskan infus Lucas yang sudah hampir habis.
Saat perjalanan tadi, Isyan sempat mampir di sebuah apotek untuk membeli beberapa barang yang akan ia butuhkan seperti alkohol, perban, kapas, dan sebagainya.
Mereka masih duduk di kursi belakang mobil. Isyan melepaskan jarum infus dengan perlahan, kemudian menempelkan kapas dan perban agar darah tidak keluar terlalu banyak. Lucas sedikit merintih saat tubuhnya digerakkan, karena memang sekujur tubuhnya penuh dengan luka.
Sepanjang perjalanan, Lucas tertidur di mobil. Sisa obat tidur sepertinya masih memengaruhinya. Bahkan ketika Isyan berhenti sebentar di apotek dan minimarket untuk membeli beberapa bahan makanan, Lucas sama sekali tidak menyadarinya.
"Aku bukan seorang dokter. Mungkin kau akan lebih lama sembuh dibanding perawatan di rumah sakit. Tapi aku akan berusaha untuk merawatmu sebaik mungkin." ucap Isyan.
Isyan berusaha membantu Lucas untuk turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Gadis itu tidak mampu jika harus menggendong pria yang berukuran hampir 2x lipat dari tubuhnya sendiri. Ia menyampirkan lengan Lucas di bahunya, lalu dengan perlahan membawanya ke dalam rumah panggung khas jepang itu.
Rumah panggung itu berukuran kecil. Hanya memiliki sebuah kamar, ruang tamu, dapur, dan toilet. Namun rumah itu dikelilingi halaman dengan bunga-bungan yang indah. Tembok besar dan pagar dari kayu melindungi rumah itu jika ada penjahat yang ingin masuk.
"Beristirahatlah dulu. Aku akan menyiapkan makanan untukmu." Ucap Isyan Setelah memastikan pria itu berbaring dengan nyaman di kasur lantai.
Lucas hanya memandang saat pintu geser yang terbuat dari kayu itu tertutup. Menyisakan dirinya seorang diri di kamar yang sempit ini. Meskipun sudah berusaha, Lucas tetap merasa tidak nyaman saat berbaring di kasur lantai yang cukup tebal ini, terlebih sekurjur tubuhnya yang masih terasa sakit. Beberapa waktu kemudian, gadis itu masuk dengan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air, lalu membantu Lucas untuk duduk.
Isyan duduk dan mulai menyuapi Lucas dengan lembut. Rambutnya digelung asal agar tidak mengganggu. Wajahnya terlihat lelah dengan kantung mata yang berwarna hitam. Pastinya ia terlihat sangat jelek saat itu, tapi Isyan tidak sempat mengurusi dirinya sendiri, karena pria di hadapannya ini lebih membutuhkannya sekarang. Ia menyadari pria itu tak berhenti menatapnya sejak tadi dan merasa pipinya memerah karena malu.
"Kau jangan menatapku terus. Aku tahu, aku terlihat begitu jelek." Ucap Isyan dengan malu, sambil tetap fokus menyuapi Lucas.
Lucas hanya diam. Lehernya terasa tercekik setiap kali ia bersuara. Namun tatapannya begitu lembut kepada gadis di hadapannya itu. Tidak, gadis itu tidak jelek. Justru dengan penampilannya yang berantakan itu terlihat begitu menawan bagi Lucas. Ia bahkan tidak bosan memandang wajah gadis yang terlihat sangat berbeda dari wanita-wanita yang berkencan dengannya.
Setelah bubur itu tandas, Isyan memberikan obat pereda nyeri sekaligus mengandung obat tidur agar Lucas bisa beristirahat. Gadis itu cukup banyak membaca sepanjang hidupnya, sehingga ia bisa tahu hal-hal sepele seperti ini yang ternyata sangat ia butuhkan sekarang.
Obat itu mulai bekerja dan membuat mata Lucas terasa berat. Setelah membantu Lucas membaringkan tubuhnya, gadis itu menyelimuti Lucas dengan sangat lembut.
"Beristirahatlah..." ucap Isyan.
***
Suara tawa membangunkan Lucas dari tidurnya. Dengan berat, ia membuka matanya yang berwarna kecokelatan itu demi mencari sumber kegembiraan yang didengarnya. Tubuhnya kini terasa lebih baik, karena selama ini Lucas selalu rajin berolahraga dan menjaga kesehatannya, sehingga tubuhnya bisa lebih cepat pulih dari kebanyakan orang.
Lucas menyeret tubuhnya ke dekat jendela kayu yang bisa di geser. Ia melihat ke halaman dan menemukan Isyan sedang berjongkok dengan beberapa kucing di hadapannya. Gadis itu sedang memberi makan kucing sambil bercanda dengan mereka.
Menyadari tatapan Lucas, Isyan membalikan tubuhnya dan melihat pria itu di jendela. Masih dengan senyum manisnya, gadis itu melangkah mendekati Lucas, dengan beberapa kucing yang mengekor di belakangnya.
"Kau sudah bangun?" Tanya Isyan. "Aku akan mengganti perbanmu. Tunggu sebentar ya." Ucap Isyan sambil berjalan memasuki rumah lewat pintu depan.
Lucas meringis saat Isyan mulai membuka perbannya. Luka dan memar di wajah pria itu membuat Isyan merasa ngeri. Membayangkan bagaimana Lucas mendapatkan luka sebanyak itu. dengan perlahan gadis itu membersihkan luka dengan alkohol lalu menutup beberapa bagian yang luka dengan perban. Ia tidak membalut seluruh wajah Lucas, karena menurut pengetahuannya yang terbatas itu, lebih baik membiarkannya terbuka agar lukanya tidak basah. Entahlah, Isyan tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Tapi ia sudah berusaha menjadi dokter pribadi Lucas sebaik mungkin.
***
Hari-hari selanjutnya berjalan dengan cepat. Sudah 3 hari Lucas berada di rumah ini, dan ia mulai terbiasa di rawat oleh gadis itu. Dengan perhatian dan kelembutannya membuat Lucas merasa nyaman, meskipun rumah ini sangat sederhana, bahkan kamar pembantu di mansion nya jauh lebih besar, tapi Lucas merasa hatinya begitu hangat setiap menatap mata gadis itu. Dan senyumnya yang manis bisa memaksa Lucas untuk ikut tersenyum juga walaupun ia harus merasa sakit saat menggerakan bibirnya.
"Bahan makanan sudah menipis. Aku harus ke kota untuk membelinya." Ucap Isyan saat menyuapi Lucas dengan bubur.
"Apa kau tidak apa-apa jika aku tinggal sendirian?" Tanya Isyan dengan wajah cemas.
"Aku ikut!" Ucap Lucas dengan suaranya yang masih parau.
Isyan mendesah. Perjalanan ke kota bisa menghabiskan waktu sampai 3 jam untuk berbelanja. Terlebih banyak sekali yang ingin ia beli. Liburannya kali ini terpaksa dihabiskan untuk mengurus pria yang tidak ia kenal itu. Meskipun begitu, ia tidak mengatakan pada siapapun tentang kejadian ini. Isyan tidak ingin membuat keluarganya cemas.
Melihat kondisi Lucas yang mulai membaik, meskipun wajahnya masih bengkak dan buruk rupa, Isyan berpikir mungkin Lucas butuh berjalan-jalan dan menghirup udara segar. Akhirnya setelah memberikannya obat pereda nyeri, Isyan buru-buru membawa Lucas ke mobil sebelum pria itu tidur.
Lucas bersandar di kursi belakang. Saat di bawa ke tempat ini, ia tidar sadar sehingga tidak mengetahui sedang berada dimana. Sekarang ia akan membuka mata lebar-lebar untuk melihat keadaan sekitar, sehingga ia bisa tahu tempat ini dan memikirkan cara untuk menghubungi Nick. Namun belum lama mobil melaju, mata Lucas mulai berat dan ia tertidur di kursi belakang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terima kasih sudah baca sampai sini.
Jangan lupa vote dan komen, yaa...
Buat plagiat, semoga pada tobat. Kasian authors yang udah pada capek nulis, tapi dengan gampang tulisannya di comot!