Isyan terpaksa berlibur ke Jepang untuk menghindari mantan tunangan yang mengunjunginya di London. Tanpa sengaja ia bertemu seorang pria yang membutuhkan pertolonganya. Siapa sangka, pria itu adalah salah satu orang yang sering muncul di majalah For...
Sesosok gadis berwajah oriental berdiri di hadapan Lucas saat ia mulai membuka matanya. Gadis itu berambut hitam, berkulit putih dan bermata bulat yang bagi Lucas terlihat meneduhkan. Apakah gadis itu seorang malaikat? Apakah Lucas sudah mati?
"Apa kau masih kesakitan?" Tanya gadis itu dengan suaranya yang sangat lembut. Mengingatkan Lucas saat ibunya bertanya kepadanya saat ia demam dulu.
"Dokter bilang lukamu cukup parah. Jadi kau harus disini selama beberapa hari kedepan." Ucap gadis itu dengan wajah sedih.
Oh. Lucas tersadar kalau ia belum mati dan sedang berada di rumah sakit.
Rumah sakit? Oh tidak. Ia tidak boleh terlalu lama disini. Alex dan Mr.Yoshiro tentu sedang mencarinya sekarang, dan ia tidak boleh berada di tempat umum seperti rumah sakit ini.
Lucas berusaha mengeluarkan suara, namun lehernya terasa tercekik sehingga ia terbatuk.
"Kau kenapa? Apa ingin minum?" Tanya gadis itu dengan panik sambil menyodorkan air minum dengan sedotan ke mulut Lucas.
"Take me out from here. Now!" Ucap Lucas dengan suara parau, setelah meneguk sedikit air.
Lucas bahkan tidak bisa mengenali suaranya sendiri yang biasanya sangat sexy dan membuat para gadis bertekuk lutut kepadanya.
"What?" Isyan bertanya dengan suara yang sangat pelan.
"Please..." Lucas memohon dengan suara tercekat. Entah mengapa hati Isyan berdenyut saat mendengarnya.
Isyan bingung harus berbuat apa. Mengapa tiba-tiba pria itu memohon agar dirinya dibawa pergi dari sini, padahal luka pria itu cukup parah, bahkan wajahnya terlilit perban. Apakah pria itu tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit? Bukankah pelayanan kesehatan di Jepang itu gratis? Ataukah turis harus membayar? Beberapa kali Isyan ke Jepang namun tidak pernah mencari tahu tentang hal ini, karena memang ia jarang sakit.
"Aku yang akan membayar seluruh biaya rumah sakit." Ucap Isyan sambil menyentuh lengan Lucas.
Sial. Gadis itu tidak tahu bahwa Lucas bisa saja membeli rumah sakit ini. Pikir Lucas dalam hati.
"No! Please, take me out-" Lucas terbatuk lagi sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya.
Isyan tidak mengerti kenapa pria itu ingin sekali pergi dari sini. Mungkin ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Atau, pria itu akan menjelaskan kepadanya saat suaranya sudah kembali pulih.
"Baiklah..." Gadis itu mengangguk kepada Lucas.
Isyan memerhatikan sekitar. Para perawat sedang sibuk mengurus pasien yang membludak. Otak yang biasanya digunakan untuk mengkhayal kisah percintaan, kini ia gunakan untuk menyusun rencana pelarian.
Ada sebuah kursi roda tak jauh dari tempat mereka. Dengan perlahan Isyan menarik kursi roda tersebut lalu membantu Lucas turun dari ranjang dengan tangan Lucas yang masih terpasang selang infus.
Isyan mendorong kursi roda dengan perlahan, meskipun jantungnya berdebar sangat kencang. Para perawat tidak terlalu memerhatikan mereka, karena Isyan berjalan dengan santai seolah-olah mereka hanya sedang jalan-jalan untuk mencari udara segar.
Hingga sampai di basement rumah sakit tempat mobil Isyan terparkir. Gadis itu membantu Lucas naik di kursi belakang. Ia juga menutup gorden di kedua jendela belakang agar sosok Lucas yang sedang berbaring tidak terlihat.
Lucas menghembuskan napas lega setelah mereka melewati pagar rumah sakit. Dan, setelah tadi merasa tegang saat pelarian, ia akhirnya mulai tertidur dengan pulas di kursi belakang. Sementara Isyan mengendarai mobil dengan pelan agar tidak mengganggu tidur Lucas.
"Yah...tidurlah. Aku akan menjagamu..." Bisik Isyan sambil melirik spion.
Bisikian Isyan tersebut yang menjadi pengantar tidur bagi Lucas, sebelum kesadarannya benar-benar hilang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.