Isyan terpaksa berlibur ke Jepang untuk menghindari mantan tunangan yang mengunjunginya di London. Tanpa sengaja ia bertemu seorang pria yang membutuhkan pertolonganya. Siapa sangka, pria itu adalah salah satu orang yang sering muncul di majalah For...
Mencoba untuk tetap tenang di saat kekasihnya menghilang merupakan hal tersulit bagi Lucas. Tidak seperti harus berhadapan dengan para bos mafia atau pejabat penting sebuah negara, ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan Isyan. Tidak tahu harus melakukan apa terhadap gadis itu.
Anak buah Lucas sudah menyusuri setiap sudut Manhattan, bahkan hampir seluruh New York, namun gadis itu belum juga ditemukan. Hal itu membuat Lucas semakin panik.
Lucas berjalan mondar-mandir di apartemen Isyan. Nick berhasil meyakinkannya untuk menunggu selama anak buahnya mencari gadis itu. Namun kini Lucas merasa ide itu kurang bagus. Ia ingin ikut serta mencari Isyan. Menyusuri tiap jalan untuk menemukan gadis itu.
Suara denting lift menarik perhatian para penjaga yang berdiri di depan apartemen Isyan, sementara gadis yang ditunggu berjalan santai dari dalam lift. Tidak memedulikan kekacauan yang telah diperbuatnya. Walaupun ia sedikit menyesal karena membohongi pengawalnya saat di restoran tadi.
Salah satu pria berkepala botak membukakan pintu untuk Isyan. Lucas dan Nick seketika menatap gadis itu dengan perasaan yang sulit dimengerti.
"Dari mana saja kau?" Lucas spontan berteriak.
Isyan berjalan memasuki aparteman. Wajahnya tidak bisa ditebak. Matanya terlihat bengkak seperti habis menangis. Bibirnya tertutup rapat seolah enggan menjawab pertanyaan Lucas.
"Syukurlah Nona sudah kembali dalam keadaan baik-baik saja." Ucap Nick sambil melirik Lucas. Mengingatkan bosnya bahwa hal itu adalah yang terpenting.
Isyan melirik Nick dengan tatapan yang sinis. Tiba-tiba ia merasa benci dengan senyum ramah pria itu. Jika Lucas benar-benar melakukan hal-hal buruk seperti yang dikatakan Suster Anna, maka pasti Nick yang menjalankan semua perintah jahat itu.
"Kenapa kau diam saja?" Lucas bertanya lagi setelah melihat Isyan tidak mau menjawabnya. Kali ini suaranya lebih pelan.
Nick merasa suasana di ruangan itu agak mencekam sehingga ia pergi berjalan menuju pintu keluar. Takut untuk berada di tengah arena perang.
"Aku sudah bilang padamu bahwa aku ingin kejujuran!" Isyan mendesis. Menatap Lucas dengan tajam.
"Apa maksudmu?"
"Katakan yang sejujurnya, Mr. Lucas Theodor Braun," ucap Isyan sambil berjalan mendekat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vote dan komen ya biar semangat update-nya...
Terima kasih buat yang masih setia sama cerita ini... Lebih terima kasih lagi buat komen yang bikin semangat... coba yaa kita lebih saling menghargai lagi...