The New York Times

14.9K 997 3
                                    

Bunyi sepatu yang beradu dengan lantai terdengar mengalun di sebuah kantor yang terlihat cukup ramai. Semua orang terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hanya beberapa orang yang melirik namun segera kembali sibuk.

Isyan berjalan di belakang wanita bertubuh gempal yang mengenakan pakaian formal. Dirinya juga menggunakan pakaian serupa. Dengan kemeja berlengan panjang berwarna putih, serta rok sepan sepanjang lutut berwarna hitam, gadis itu terlihat menonjol dari para gadis yang berada di sana. Wajah baru. Itu yang dikatakan Profesor Grace padanya waktu itu. Di kantor ini berbagai ras manusia berbaur menjadi sebuah kesatuan yang mengagumkan. Setelah etnis Tionghoa, Jepang, dan Korea Selatan, kini dirinya menghiasi kantor ini sebagai perwakilan dari Asia Tenggara.

Wanita di depannya berhenti dan mengetuk sebuah pintu kaca. Isyan mengikutinya masuk ke dalam ruangan yang terlihat cukup berantakan itu. Dikelilingi rak pendek yang memajang banyak piagam serta foto-foto dan sertifikat yang berhasil di raih oleh New York Times. Isyan cukup terkejut melihat wanita di balik meja itu masih sangat muda. Saat dirinya dibawa menemui Pemimpin Redaksi, ia pikir seseorang dengan usia yang lebih matang. Namun wanita berambut pirang itu terlihat sekitar usia 30 tahunan.

"Ma'am, ini Miss. Nugraha, mahasiswi dari City University of London yang akan magang." Wanita itu mengenalkan Isyan kepada wanita di hadapannya, sambil menyerahkan sebuah map.

"Hai ! I'm Claudia Raymond." Ucap wanita bertubuh indah itu sambil menjabat tangan Isyan.

"Miss. Nugraha, mulai saat ini kau akan menjadi sekretaris Miss. Raymond untuk menggantikan sekretarisnya yang sedang cuti melahirkan." Wanita di sebelah Isyan itu yang menjelaskan. Setelah sebelumnya wanita itu juga telah menjelaskan aturan perusahaan, beserta honor yang akan di terima Isyan saat di ruangannya tadi.

"Miss. Raymond yang akan menjelaskan pekerjaanmu." Wanita berambut pendek itu menatap Isyan sesaaat, lalu menatap Claudia. "Jika tidak ada lagi yang perlu ditanyakan, saya pamit, Miss. Raymond."

"Baik. Terima kasih, Mrs. Zhang." Caludia mengangguk dan mempersilakan wanita itu untuk kembali ke ruangannya.

"Miss. Nugroho, please have a seat!" Ucap wanita itu dengan ramah, sambil membolak-balikan map yang tadi diberikan Mrs. Zhang.

Isyan duduk dengan kaku. Ia meremas-remas jemarinya untuk mengurangi rasa gugupnya. Rambut hitamnya dikuncir rendah agar tidak mengganggu aktivitas bekerjanya. Ia menunggu wanita itu berbicara. Keheningan terasa lebih menakutkan baginya.

"Jadi, kau dari Indonesia? Bali, bukan?" Tanya Claudia setelah beberapa saat. Wanita itu kurang mengetahui Indonesia, namun ia pernah berkunjung ke Bali saat masih remaja.

"Ya. Bali adalah bagian dari Indonesia." Jawab Isyan dengan kaku.

"Ceritakan padaku tentang Indonesia! Bagaimana budaya di sana?" Claudia menopang dagunya dengan tangan di atas meja. Bersikap sesantai mungkin karena menyadari gadis di hadapannya yang sangat gugup. Sebagai seorang pemimpin redaksi, Claudia terbiasa mencairkan suasana tegang saat mengahadapi berbagai macam tipe manusia yang ada di muka bumi.

Isyan menceritakan sedikit tentang Indonesia dan Claudia mendengarkan dengan baik.

"Baiklah. Ini ada beberapa berkas yang aku ingin kau pelajari. Sebagai sekretaris, aku tidak hanya ingin kau duduk di belakang meja dan menatap layar komputer sampai matamu berdarah. Tapi aku juga ingin mengajakmu untuk menemui beberapa orang penting untuk kebutuhan redaksi. Dengan begitu kau akan belajar lebih banyak." Wanita berwajah seperti barbie itu tersenyum dengan lembut. Isyan merasa begitu senang bisa memiliki atasan seperti dirinya.

"Thank you so much, Miss. Raymmond." Ucap Isyan dengan air mata yang menggenang. Ia merasa keberuntungan mulai berpihak kepadanya sekarang.

"Just Claudia, please!" Wanita itu memiringkan wajahnya dengan pose yang sangat menggemaskan.

"Tapi-"

"Tidak ada tapi. Dan sekarang kau bisa pergi ke mejamu untuk mempelajari berkas itu, dan aku akan kembali kepada pekerjaanku juga."

"Ehh, maaf mengganggu anda terlalu lama Miss...ehh, maksudku Claudia. Saya permisi" Isyan berjalan dengan kaku saat keluar ruangan. Claudia memang wanita yang mengaggumkan. Sekejap menghilangkan kegugupannya, namun sekejap lagi membuatnya kembali gugup.

 Sekejap menghilangkan kegugupannya, namun sekejap lagi membuatnya kembali gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih ya sudah baca sampe sini...

Kalau sempet, nanti aku update satu part lagi, soalnya lagi revisi naskah buku yang akan terbit.

Nggak tau kenapa, belakangan ini aku jadi suka banget sama cerita ini, walaupun nulis di wattpad gretongan dan masih sedikit yang baca, tapi lebih happy daripada ngerjain naskah buat buku.
Mungkin karena di sini nggak ada editor galak kali, ya! hahahaha

Jangan ada plagiat, ya!!!

TBLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang