...
Bibir kami saling memagut hingga telingaku mendengar suara dentuman pintu apartemen Ali. Friska sudah pergi.
Harusnya ciuman ini berakhir tapi kedua tangan Ali malah mengurung tubuh mungilku. Aku merasakan ciuman Ali semakin menuntut dan ia berusaha mendorong lidahnya masuk ke dalam rongga mulutku.
Aku berusaha mempertahankan apa yang bisa aku pertahankan. Menutup rapat-rapat mulutku agar ciuman ini segera berakhir. Kedua tanganku mendorong dada Ali dengan kekuatan penuh tapi sama sekali tak berhasil.
Salah satu tangan Ali terlepas dari pinggangku dan tiba-tiba menarik sedikit ujung rambutku ke bawah. Spontan kepalaku mendongak dan mulutku terbuka.
Mataku membulat tapi sedetik kemudian terpejam, menikmati cumbuan Ali. Lidahnya masuk ke dalam rongga mulutku dan mengabsen apa yang ada di dalamnya.
Apa yang dilakukan Ali benar-benar membuatku terbuai. Aku menikmatinya dan aku merasakan tubuhku mulai limbung. Punggungnya mendarat di atas sofa ruang tengah dengan posisi tubuh Ali ada di atasnya.
Ingin aku melepaskan diri dari kungkungan tangan Ali tapi semua sarafku seolah menolak perintahku. Entah kenapa aku begitu menikmati cumbuannya.
Ali tiba-tiba melepas ciumannya dan menatap sendu ke arahku. Saat ia ingin menciumku lagi, aku menahan dadanya. "Gu-gue harus pulang. Friska udah pergi, jadi gue bisa pulang sekarang!"
Tak ada sahutan darinya, matanya masih saja terus menatapku. Entah apa yang dicarinya, tatapannya begitu menelisik. Lalu senyum miringnya tercetak di bibir merahnya.
"Siapa bilang lo pulang malam ini?"
"Eh?" aku terkejut dan menatap bingung wajah Ali yang tersenyum nakal.
"Gue bilang sama Om Ando kalo lo gak bakalan pulang selama 2 hari!"
"Kenapa bisa gitu?" sahutku cepat. Tatapan mata Ali beralih, menatap rambutku dan jemarinya mulai memainkan rambutku. Memelintirnya lalu menciumnya.
"Gue bilang kalo lo luar kota 2 hari---"
"WHAT?" teriakku. "Lo gila. Kalo gue gak pulang, gue mesti tidur dimana?"
"Di sini," jawab Ali singkat membuat mataku sedikit membulat.
Aku tidur di apartemen Ali? Sekamar?
Oh tidak."Makasih. Gue pulang aja-----AAAKHH!"
Ali menjatuhkan tubuhku lagi di atas sofa. Kedua tanganku di cekal dan dijadikan satu di atas kepala. "Ali. Lepasin gak?"
Ali menggeleng pelan sambil tersenyum. "Gue kan udah bilang, malam ini dan besok lo tidur di sini!"
"Mendingan gue tidur sama macan daripada sekamar sama buaya kayak lo!" desisku. Bukannya marah tapi Ali malah terbahak. "Kenapa ketawa?"
"Sekarang aja lo udah masuk kandang buaya dan lo pikir, lo bisa keluar dengan mudah?"
Kami terdiam, saling menatap untuk beberapa menit sampai akhirnya suara bel apartemen Ali membuatnya bangun sambil menggeram kesal.
Ia mengacak-acak rambutnya sambil terus menggerutu. Aku bernafas lega, untungnya ada Malaikat penolong saat ini. Tanpa menunggu waktu lagi, aku bergegas masuk ke kamar Ali dan langsung mencari baju gantiku.
Tidak mungkin aku akan terus memakai kain saringan ini.
Aku tidak mungkin keluar dari kamar ini. Seseorang ada diluar sana bersama dengan Ali. Aku tak tau pastinya tamu itu siapa.
Melangkah ke tempat tidur dan langsung merebahkan tubuhku di atas kasur king size ini. Mataku menatap langit-langit kamar Ali. Tanganku perlahan meraba bibirku, bekas ciuman Ali masih terasa bahkan bibirku sedikit bengkak.
Seganas itukah Ali?
Lalu beberapa detik kemudian aku teringat sesuatu. Saat itu juga aku langsung bangun dari kasur jumbo ini dan menatap ngeri benda persegi yang ada di depanku.
Aku jadi teringat kejadian beberapa waktu yang lalu. Saat Ali sedang melakukan adegan hot itu bersama seorang wanita. Apa jangan-jangan ia juga melakukannya di atas tempat tidur ini?
Pikiran kotor itu membuatku menggosok lengan atasku beberapa kali. Tempat ini bekas Ali 'bermain'.
Aku menoleh ke daun pintu saat mendengar suara Ali.
"Ngapain malem-malem ke sini? Pulang sana!" usir Ali. Aku melangkah pelan ke arah pintu dan menempelkan daun telinga di pintu coklat itu.
"Bikinin minum dong, Bang. Haus banget tau!"
Mataku seketika mendelik. Aku hafal betul ini suara siapa.
Dara Divandra.
Gaswat. Kenapa bisa ada Dara di sini?
Aku berputar-putar di dalam kamar Ali, mencoba membangun strategi untuk kabur. Kalau lewat jendela itu tidak mungkin karena apartemen ini ada di lantai 9. Kalau lewat pintu itu artinya aku harus melewati Dara yang saat ini pasti sedang duduk di ruang tengah.
Aku mendesah panjang saat tak menemukan ide apapun.
Dengan sangat terpaksa aku harus bersembunyi di kamar Ali sampai Dara pulang. Sialnya lagi, tasku beserta isinya ada diluar.
"Ini tas siapa, Bang?"
DAMN. Semoga Ali bisa mengecoh Dara.
"Oh, itu tas punya Pril---"
"Bang, hapenya bunyi tuh!" potong Dara saat mendengar suara deringan hp dari dalam tasku.
Aku menghela nafas lega. Hampir saja Ali menyebut namaku. Mendadak aku gelisah saat suara deringan hp itu mendekat ke arah pintu kamar Ali.
Jangan-jangan...
Pintu terbuka dan menampilkan sosok Ali. "Nih, hp lo bunyi!"
Mataku melotot lebar di iringi mulutku yang sepenuhnya terbuka.
Xwkjldsghwlxkgjrxkglhxzkgk.
Aku ingin memaki Ali yang dengan polosnya malah masuk ke kamar dan menyerahkan hp itu ke arahku.
"Loh, kok bisa ada Mbak Prilly?" tanya Dara yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Ali sambil menatap bingung ke arahku.
Refleks aku menggaruk tengkukku sambil memamerkan senyumku. Bingung harus menjelaskannya seperti apa. Dara pasti salah paham.
"Kepo! Pulang sana!" usir Ali lagi dan langsung melangkah cepat ke arah dapur.
Sementara Dara masih berdiri di tempatnya, menatap cengo ke arahku. Deringan hpku juga sudah mati. Ada panggilan dari Mama, mungkin Mama belum tau kalau malam ini aku tidak akan pulang.
Semuanya gara-gara Ali.
...
Surabaya, 25 April 2018
-ayastoriaItu pictnya anggep aja ali sama ii 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ MATE
FanfictionElang Alifiandra -> cowok 22 tahun. CEO dari EAGLE GROUP. Tengil, usil dan seenaknya sendiri Prilly Ornella -> cewek 25 thun manager keuangan di EAGLE GROUP, saudara sepupu Ali. ... Tak tau kenapa Ali selalu membuatku kesal. Selalu menggangguk...