✔ MATE - 22.2 (ENDING)

13.4K 892 50
                                    

...

Ternyata pesan Mami ada benarnya juga. Badanku terasa remuk saat ini. Aku hanya bisa duduk sementara Ali sibuk menyalami beberapa tamu yang hadir. Kepalaku terasa berat sekali dan badanku meriang. Kalau saja aku tau efeknya akan seperti ini, aku memilih tinggal di London sampai malam resepsi ini. Malam itu Ali benar-benar membantaiku.

*Flashback On

Ali menciumi pucuk kepalaku beberapa kali. Tangan kirinya mengait di pinggangku, mengusap perutku perlahan. Hal itu malah menciptakan sensasi aneh dalam diriku. Aku tak pernah bersentuhan dengan laki-laki seintens ini dan Ali orang yang pertama dalam hidupku.

"Li," panggilku pelan. Suaraku terdengar seperti desahan yang tertahan.

"Apa, sayang?"

"Gue---boleh nanya satu hal gak sama lo?"

Usapan tangannya sempat berhenti, hanya sebentar. Lalu kemudian mengusap perutku lagi. "Nanya soal apa?"

Aku benar-benar ragu menanyakannya. Apa ini waktu yang tepat? Tapi aku benar-benar butuh kejujuran dari Ali.

"Kenapa lo suka main cewek?"

Dan benar saja pergerakan tangan Ali langsung terhenti. Ia lalu menekuk lengan kanannya dan mengangkat sedikit kepalanya. Meletakkan sisi kepalanya diatas telapak tangannya.

"Kalo gue jujur, apa lo bakalan percaya?" tanyanya balik. Aku hanya bisa mengangguk dan sangat menunggu penjelasannya. "Gue lakuin itu karena 1 alasan!"

"Apa?" sahutku cepat.

"Karena lo!"

"Gue?" cicitku. Ali mengangguk lalu menempelkan pipinya ke pipi kiriku.

"Gue cuman pengen bikin lo cemburu!"

"Hah?"

Ali menarikku dan memelukku semakin erat. "Gue ragu sama yang gue rasain waktu itu. Gue sempat gak percaya kalo gue jatuh cinta sama lo. Apalagi lo sepupu gue sendiri. Tapi semakin hari, gue semakin tertarik sama lo. Gue tau, gue cowok brengsek, gue cowok gak bener. Gue sering keluar masuk klub malam. Gue mencoba mengalihkan rasa cinta gue dengan cara bermain sama cewek lain. Tapi ternyata gak bisa."

Ali terkekeh pelan setelah mengatakan hal itu. "Sejauh mana permainan lo sama mereka?"

"Maksud lo?"

"Mm---lo pernah---ML sama mereka?"

Ali langsung tertawa terbahak. "Ya gaklah."

Aku mendengus sebal. "Yang waktu itu apa?" seruku tak terima. "Yang waktu gue pingsan. Waktu gue masuk ke ruangan lo dan liat lo----"

"Apa?" potongnya cepat. Aku langsung terdiam, mengingat hal itu membuat wajahku tiba-tiba memanas. Tiba-tiba Ali bangun dan aku memekik saat Ali melingkarkan tangannya ke perutku dan menarik tubuhku. Aku menyangga tubuhku dengan kedua tanganku. Ali langsung menciumi punggungku yang polos.

Tangannya perlahan membuka kaitan braku dan kembali melemparnya seperti ia melempar bajuku sebelumnya. Ia kembali menciumi punggungku sementara tangannya bergerilya menjamah area dadaku.

Aku mendesah kuat saat merasakan remasan tangan Ali yang begitu tiba-tiba. Kecupannya turun ke pingganku dan tangannya terlepas dari area dadaku. Kini tangannya bergerak melepas celana dalamku. Tidak melepasnya tapi hanya menurunkannya sebatas pahaku.

✔ MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang