✔ MATE - 11

8.8K 1K 44
                                    

...

"Tadi malam adalah malam yang indah buat kita. Harusnya lo ingat, Prill!"

"TIDAAAAK!" aku terbangun dari tidurku dan mendapati diriku sudah berada di dalam kamarku.

"Are you okay?" tanya Max dengan wajah cemasnya.

Aku diam, masih bingung dengan apa yang menimpaku. Mimpi atau kenyataan? Kalau mimpi kenapa seperti nyata sekali tapi kalau memang itu kenyataan, kenapa aku bisa berada di sini, dikamarku sendiri?

Bukankah waktu itu aku di apartemen Ali?

"Prill, kamu baik-baik saja?" suara Max terdengar lagi. Ia meraih jemariku dan menggenggamnya. Mataku menatapnya dan rasanya---hampa.

Aku beralih menatap Max yang masih saja melayangkan sorotan mata yang begitu khawatir.

"Kenapa aku bisa ada di sini?" tanyaku pelan.

"Aku cemas sekali. Kamu tau, dari kemarin pagi aku menelponmu tapi tidak kamu angkat. Dan saat aku datang ke rumahmu, Tante Ella bilang kau sedang sakit. Apa perlu ke Dokter?"

Aku menggeleng pelan. "Apa lo udah lama di sini?"

"Sekitar---setengah jam yang lalu!" jawab Max sambil melirik jam tangannya sebentar. "Apanya yang sakit?"

Aku kembali menggeleng. Apa jangan-jangan cowok bernama Bryan itu mengantarku pulang dalam keadaan mabuk? Atau Ali yang membawaku ke sini?

Yang tau jawaban dari semua pertanyaanku hanya Mama.

"Max, gue pengen sendiri dulu," ucapku lirih.

"Apa?"

"Sorry, Max. Tapi please. Gue pengen sendiri dulu. Gue pusing!"

Max melepaskan genggaman tangannya dan menarik tubuhnya sedikit menjauh. "Kuharap aku tak melakukan kesalahan hingga membuatmu enggan bertemu denganku!" harapnya.

Aku tak menjawab dan hanya melempar senyum tipis. Max beranjak dari duduknya dan melangkah pelan keluar dari kamar. Sebelum menutup pintu kamarku, ia sempat menatapku agak lama.

Aku mendesah pelan saat pintu itu tertutup dan sosok Max menghilang. Dalam keheningan, aku mencoba merangkai memoriku. Mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu.

Seingatku, aku kabur dari kantor dan pergi ke club malam. Aku mabuk dan di antar pulang oleh Bryan menuju apartemen Ali. Disana aku tidur semalam dan paginya aku shock saat mendapati Ali tidur di sebelahku. Lebih shock lagi saat Ali mengatakan kalau malam itu ia---

Ah, aku tidak sanggup lagi melanjutkannya. Aku yakin ini kenyataan, ini bukan mimpi. Tapi apa Ali benar-benar melakukannya?

Tanpa sadar aku meraba perutku. Aku tidak ingin hal itu terjadi tapi semuanya terlambat. Itu juga karena aku ceroboh. Seandainya saja malam itu aku tidak ke club  dan tidak mabuk.

Lalu bagaimana aku harus menjelaskannya pada Mama? Pada Max? Apa Max masih mau menerima keadaanku yang sudah tidak utuh lagi?

Mengingat hal itu membuat airmataku bergulir. Aku menekuk kedua lututku dan menenggelamkan wajahku di antara lipatannya.

Satu hal yang membuatku hancur.

Aku sudah tidak utuh lagi.

"Sayang, makan ya---Prilly. Kamu kenapa, Sayang?" Mama menghampiriku dan meletakkan semangkuk bubur di atas nakas. Beliau langsung memelukku saat aku mendongak menyambutnya. "Cerita sama Mama. Apa yang terjadi?"

Aku masih menangis di dalam pelukan Mama. Berat rasanya memulai kisah ini. Apa aku harus menceritakan semuanya? Tentang perasaan Ali? Tentang perbuatan Ali?

✔ MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang