...
Persiapan pernikahan mulai dilakukan. Aku marah, aku kesal kenapa kedua orangtuaku sendiri tidak memberitaku soal hal ini. Kenapa aku harus mengetahuinya dari Max.
"Maafin Mama, Sayang. Mama gak ada maksud buat menyembunyikan hal ini dari kamu!" sesal Mama.
Aku terdiam duduk di tepi tempat tidurku. Merenung. Pernikahanku tinggal menghitung hari. Tapi kenapa hatiku seolah berat menerimanya.
Aku menatap wajah Mama yang terlihat sedih. Aku tak mungkin melakukan hal egois ini, menolak Max dan mengikuti kata hatiku. Bagaimanapun juga mereka pasti tau yang terbaik untukku.
"Ma, aku butuh sendiri dulu!" ucapku lesu.
Mama mengangguk lalu mengusap lembut pucuk kepalaku. "Mama mengerti. Mama gak akan mengganggumu sampai kamu tenang---"
"Aku mau ke apartemen, Ma!" selaku cepat. Kening Mama langsung berkerut.
"Apartemen? Kamu beli apartemen, Sayang?"
Aku menggeleng pelan. "Bukan, Ma. Apartemen itu bonusan dari Ali."
"Elang?"
Aku mengangguk. "Kinerjaku bagus dan Ali memberiku sebuah apartemen!"
Mama menarik nafas panjang dan membuangnya cepat. "Biar diantar Max!"
Mama beranjak dari tempat tidurku dan melangkah keluar. Tak apalah diantar sama Max. Intinya saat ini aku ingin sendiri dulu.
...
Max memilih tak banyak bertanya. Aku turun dan langsung masuk ke dalam lift. Max berjalan di belakangku.
Langkahku sedikit melambat saat tiba di depan pintu apartemen Ali. Aku meliriknya sekilas. Tak ingin membuat Max curiga, aku kembali melanjutkan langkahku.
Sepertinya Ali sengaja membelikanku apartemen yang bersebelahan dengannya dan aku harap Max tak mengetahui soal ini.
"Thanks udah nganterin gue!" ucapku sesaat setelah membuka daun pintu apartemenku.
Max mengangguk pelan. "Kamu yakin tidak ingin aku temani?" tawar Max. Aku langsung menggeleng. "Okay. Take care. Aku akan menjengukmu nanti!"
Aku mengangguk dan langsung masuk, menutup pintu dan langsung menguncinya. Tidak menunggu Max pergi lebih dulu.
Seminggu ini aku tidak diperbolehkan Papa bekerja. Sebagai gantinya, Papa yang akan menghandle pekerjaanku.
Aku masuk ke dalam kamarku dan langsung merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Rasanya nyaman sekali suasana hening seperti ini.
Ali tau tidak ya kalau seminggu lagi aku akan menikah?
Deringan hp membuatku menoleh.
"Ya, Ra---"
"MBAK PRILLY LAGI DIMANA?" teriakan Dara membuat telingaku langsung berdengung.
"Di apartemen. Kenapa?"
"BENERAN MBAK PRILLY MAU NIKAH SAMA OM MAX?"
Aku spontan tertawa mendengar pertanyaan Dara. "Lo tadi manggil Max apa? Om?"
"Iya. Habisnya mukanya keliatan tua sih. Jangan marah ya Mbak Prilly!" rayu Dara.
Aku mengelengkan kepalaku beberapa kali. "Gak kok, Ra. Biasa aja. Eh, lo tau darimana kabar ini?"
"Mami!"
Aduh gawat. Ali pasti tau juga soal ini.
"Mm, Ali tau juga gak?" tanyaku ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ MATE
FanfictionElang Alifiandra -> cowok 22 tahun. CEO dari EAGLE GROUP. Tengil, usil dan seenaknya sendiri Prilly Ornella -> cewek 25 thun manager keuangan di EAGLE GROUP, saudara sepupu Ali. ... Tak tau kenapa Ali selalu membuatku kesal. Selalu menggangguk...