✔ MATE - 17

8.6K 963 75
                                    

...

"Lo yakin?" tanya Ali dengan suara seraknya.

Aku mengangguk dan memejamkan mataku perlahan. Kedua tanganku masih mengait di leher Ali. Aku pasrah apapun yang terjadi malam ini. Aku percaya kalau Ali akan tanggung jawab apapun yang terjadi nanti.

Bisa kurasakan tangan Ali menyentuh kulit wajahku. Meraba ujung hidungku dan mengusap lembut bibirku.

Aku menikmati apapun yang dia berikan. Tangannya terus turun ke leher. Ujung jemarinya berhenti di sana. Aku membuka mataku saat pergerakan jemari Ali terhenti.

"Kenapa?" tanyaku lirih.

Ali hanya tersenyum lalu menggeleng. Tangannya bergerak memegang piyamaku dan membenarkan kancingnya. Aku hanya diam dan terus menatap setiap pergerakannya.

Semua kancing piyamaku sudah terpasang setelah itu Ali menarik dirinya dan duduk di atas tempat tidur. Aku bangun dengan perasaan tak menentu.

Kenapa Ali tidak melakukannya.

"Kenapa, Li?" tanyaku lagi. Mataku mulai berkaca-kaca. Disaat aku sudah pasrah dan menyerahkan semuanya, Ali tak menerimanya.

Ali menggosok rambutnya sebentar lalu menatapku. "Gue gak bisa, Prill!" ucapnya singkat lalu beranjak dari tempat tidur.

"Maksud lo gak bisa?" tanyaku lagi.

Ali berdiri tak jauh dari tempat tidurku dengan posisi membelakangiku. Ia menggeleng beberapa kali. "Maaf, gue gak bisa!"

Airmataku seketika terjatuh. Begitu hinanya aku sampai Ali tak mau menyentuhku?

Aku menangis tersedu membuat Ali menoleh dan menghampiriku.

"Hei. Kok nangis?" tanyanya cemas. Ali kembali duduk diatas tempat tidur. Tangannya terulur dan menyelipkan anak rambut ke belakang telingaku.

Aku terus menangis dan hanya menggeleng mendengar pertanyaan Ali. Ia lalu merengkuhku dan mencoba memelukku tapi aku langsung mendorong dengan kuat dadanya.

"Prill?"

"Pergi, Li. Pergi jauh dari hidup gue. Jangan pernah temui gue lagi!"

Mulut Ali melongo mendengar kalimat pengusiranku. Ia kembali mendekat dan mencoba menggenggam tanganku. Aku kembali menepisnya.

"JANGAN SENTUH GUE!" pekikku histeris. "Buat apa lo masih disini? Lo terbangin gue tapi lo jatuhin gue. Gue udah sepenuhnya percaya sama lo. Gue serahin sama lo apa yang gue miliki tapi---tapi lo nolak gue. Lo gak mau nyentuh gue. Lo jijik liat gue?"

Ali menggeleng pelan. Berkali-kali Ali ingin memelukku tapi aku selalu menepisnya.

"Pergi, Li. PERGI!!!" teriakku lebih kencang.

"PRILLY. DENGERIN GUE!" suara bentakan Ali membuat pergerakan tanganku terhenti. Kedua tangan Ali sudah menangkup kedua pipiku. Ali mengangkat sedikit kepalaku. "Liat gue. Dengerin penjelasan gue!"

Aku terisak pelan dan memilih diam.

"Lo masih inget kan dulu gue pernah ngomong apa sama lo? Gue gak akan ngerusak cewek yang gue cintai. Lo inget kan?"

Pandangan mata kami saling beradu. Aku masih ingat kata-kata itu tapi aku tidak menyangka Ali benar-benar memegang teguh janji itu. Aku kira Ali akan menyentuhku malam ini, akan mengambil benda berharga milikku. Mengingat kelakuan dia selama ini yang sering bermain wanita.

"Gue cinta sama lo. Gue sayang sama lo. Dan gue akan menjaga lo. Itu janji gue buat lo!"

Airmataku kembali meleleh. Aku langsung memeluknya dan menumpahkan tangisku. Aku bahagia. Sangat bahagia mencintai laki-laki seperti Ali.

✔ MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang