✔ MATE - 18

9.1K 975 87
                                    

...

Saat aku sedang berkutat di dapur, tiba-tiba pintu apartemenku terbuka. Aku sudah tidak kaget lagi siapa yang datang sepagi ini.

Ali si mata elang.

Ia melangkah masuk sambil menenteng tas kerjanya. Tangan kanannya memegang dasi yang belum ia kenakan.

"Bantuin gue donk!" seru Ali sambil menjulurkan dasi itu ke arahku.

Aku meninggalkan pekerjaanku dan langsung menghampiri Ali. Meraih dasi hitam itu dari tangannya.

Ali terlihat memamerkan senyumnya saat aku sedang merapikan dasinya. "Istri idaman!" ucapnya pelan.

"Biasanya siapa yang benerin dasi lo tiap pagi?" tanyaku dengan pandangan menatap wajahnya sebentar.

"Mereka!"

"Mereka siapa?" tanyaku lagi.

"Cewek-cewek yang sering maen ke kantor gue!"

Seketika pergerakan tanganku terhenti, mataku memicing menatap Ali penuh curiga. "Serius?" tanyaku memastikan dan Ali hanya mengangguk.

Pagi-pagi Ali sudah memancing emosiku. Tanganku kembali beraksi mengikat dasi Ali dan sedetik kemudian ia berteriak kencang saat ikatan dasi itu aku kencangkan, mencekik lehernya.

"Prilly, lepasin. Gue gak bisa nafas!" pekiknya sambil menepis tanganku.

Aku tersenyum miring lalu menyilangkan kedua tanganku di depan dada. "Masih berani ngundang mereka ke kantor?"

Ali tampak kesusahan melepas ikatan dasi yang membelit lehernya. "Lepasin ini dulu!" pintanya.

Aku bergerak melepaskan ikatan dasi hitam Ali dengan kasar lalu meninggalkannya kembali masuk ke dalam dapur.

"Lah, ini kenapa gak dibenerin dasi gue?" protesnya dan menyusulku masuk ke dapur.

"Sana minta benerin cewek-cewek lo yang sering maen ke kantor!" sahutku ketus.

Ali tersenyum jahil, ia lalu menyandarkan sisi tubuhnya ke dinding. "Serius nih gue boleh minta tolong sama mereka?" godanya sambil melirik ke arahku.

 "Serius nih gue boleh minta tolong sama mereka?" godanya sambil melirik ke arahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya udah sana. Biasanya kan gitu!"

"Oke. Mereka pasti seneng kalo gue suruh maen ke kantor!"

Aku mendengus kasar. Bisa-bisanya Ali mau mengundang mereka. Aku sedang marah dan dia malah semakin membuatku marah. Oke. Sepertinya ia sedang mengajakku bermain.

"Ya udah sana berangkat!" usirku.

"Lo beneran gak keberatan gue minta tolong sama mereka?" tanya Ali lagi.

"Udah gak usah bawel!" Aku mendorong Ali keluar dari area dapur. "Sana berangkat. Dengan gini gue bisa bebas nyuruh Max dateng ke sini!"

Raut wajah Ali langsung berubah masam. Ia melemparkan dasinya asal dan mendorong tubuhku hingga aku terjatuh di atas sofa ruang tengah. Tak hanya itu, Ali langsung menindihku dan mencekal kedua lenganku.

✔ MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang