✔ MATE - 8

8.4K 944 81
                                    

...

"Jadi bagaimana? Aku masih ingat dengan janjimu. Di pertemuan kita yang ketiga, kau akan memberitahu nomer hpmu!"

Aku tersenyum simpul, ternyata ingatan Max cukup kuat juga. "Baiklah. Lo bisa minta sama nyokap gue!"

"Oh come on, Prilly. Aku serius---"

"Gue juga serius, Max!" selaku. Wajah Max seketika murung, aku jadi tidak tega melihatnya. "Baiklah. Siniin hape lo!"

Max langsung tersenyum dan merogoh saku celananya, mengeluarkan benda pipih berwarna hitam dan menyerahkannya padaku.

Aku mulai menulis nomerku di sana dan menamainya dengan sebuah nama yang unik. Aku yakin Max akan bingung mencarinya. Setelah selesai aku mengembalikan hp kepadanya.

Max langsung membuka kontak hpnya dan mencari namaku. Keningnya mengernyit saat tak menemukan namaku.

"Kau membohongiku!" serunya. Aku menggeleng pelan.

"Cari yang bener, nanti juga ketemu!"

Max menuruti apa yang aku katakan dan kembali menscroll layar hpnya. "Bie?" tanyanya sambil menunjukkan layar hpnya ke arahku.

Aku mengangguk. "Itu panggilan kesayangan keluarga gue. Biasanya bokap yang sering manggil gue kayak gitu!"

Senyum Max mengembang. "Bie," ucapnya lagi pelan sambil menatap ke arahku.

...

Aku tersenyum membaca chat dari Max. Ternyata orangnya baik juga tidak seperti apa yang Ali bilang.

Ngomong-ngomong, bagaimana reaksi Ali nanti ya begitu tau yang sebenarnya. Mengingat Ali sangat membenci Max.

Nanti pulangnya hati-hati ya!

Pesan singkat dari Max membuatku tersenyum. Aku mendekap hpku ke depan dada. Sekian lamanya aku menjomblo akhirnya aku bisa merasakan nikmatnya diperhatikan.

Mama dan Papa pasti tau yang terbaik untukku. Mereka menginginkan aku bahagia dengan menjodohkan aku.

"Kayaknya ada yang lagi happy, nih!" celetuk Ali yang ternyata sudah ada di ambang pintu ruanganku.

"Ali. Lo kebiasaan deh. Ketuk pintu, kek!" protesku kesal. Ali mengendik pelan. "Gak usah gangguin gue, gue sibuk!" lanjutku dengan nada ketus.

Ali mengangkat tangannya dan memperlihatkan jam tangannya yang melingkar di tangan kirinya.

"Udah waktunya balik. Lo gak pulang?"

Astaga.

Aku tidak sadar kalau sudah waktunya pulang. Hari Sabtu pulang setengah hari. Aku menepuk jidatku pelan dan langsung membereskan meja kerjaku.

"Hehehe, gue terlalu fokus makanya gak liat jam!"

Ali terdiam di tempatnya dan menatap curiga ke arahku. "Kayaknya ada yang disembunyiin dari gue!"

"Apaan sih? Gak ada!" sahutku cepat. Tingkat kepekaan Ali memang patut di acungi jempol.

"Gue perhatiin lo cengar-cengir sambil mantengin hape. Punya pacar lo?" tebak Ali.

"Pacar? Gak ada tuh!" elakku. Aku benar kan, Max bukan pacarku tapi dia tunanganku dan sepertinya Ali tidak perlu tau soal ini. "Yuk, pulang!"

Aku meraih tasku dan berjalan keluar ruangan. Melewati Ali begitu saja. Aku memejamkan mata sebentar sambil menggigit bibir bawahku, semoga Ali tidak curiga.

...

Mobil Ali menepi di depan rumahku. Ali menoleh saat aku membuka seatbelt.

"Hari ini lo cerah banget? Nyengir mulu dari tadi pagi. Ada apaan?"

✔ MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang