18: Malam yang indah

326 43 4
                                    

[HAYEON POV]

Aku merasa sedikit gugup, dan juga sedikit takut kalau saja aku akan kehilangan konsentrasi karena mimpi itu nanti. Memang, mimpi itu tidak datang lagi. Tapi, mimpi itu terus berputar mengelilingi kepalaku dan membuatku merasa selalu khawatir dan takut.

Hari ini adalah hari pertunjukan baletku, saat ini aku berada di belakang panggung, sedang proses make up.

Aku mencoba menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.

"Persiapanmu sudah selesai, kau terlihat sangat cantik." Penata rias itu berkata kepadaku.

"Terima kasih," Aku tersenyum kecil sambil sedikit membungkuk.

Setelah itu, penata riasnya keluar dari ruangan karena Ia perlu ke toilet dan aku jadi sendiri disini. Aku melihat bayanganku di cermin, ini terasa sulit bagiku karena semua pikiranku terus menggangguku.

Tiba - tiba, seseorang membuka pintu perlahan. Aku sedikit terkejut melihat Jungkook yang berdiri di dekatku sekarang.

"Jungkook? Apa yang kau lakukan di sini?!" Pekikku.

"Aku ingin mendukungmu tentu saja, kau sudah datang untuk kompetisi dance-ku, jadi kurasa aku perlu melakukan ini untuk.. balas budi mungkin?" Jawabnya sambil tersenyum.

Tidak bisa dipungkiri, senyumnya membuatku sedikit lebih tenang.

"Tapi, bagaimana kau bisa masuk?" Tanyaku lagi, karena yang kutahu tidak semua orang bisa masuk ke belakang panggung.

"Sederhana, tapi aku tidak bermaksud sombong. Sejujurnya aku membayar semua orang yang berusaha menghentikanku."

Astaga, dia sama sekali tidak berubah. Tidak ada yang bisa menghentikannya.

"Ini," Ia memberiku sebuket bunga mawar merah. Oh, aku baru menyadari bahwa Ia membawanya, bahkan aku baru menyadari bahwa Ia bahkan mengenakan setelan hitam juga.

Kenapa aku merasa dia seperti akan melamarku? Lucu sekali.

"Untuk siapa?" Tanyaku pura - pura naif.

"Bodoh," Ia langsung menjitak keningku. "Siapa lagi? Aku datang kemari untukmu, tentu saja itu untukmu."

Ah, ini berhasil membuatku salah tingkah.

"Kau suka sekali menjitakku," Desisku sambil mengelus keningku.

"Bukan hanya sekedar menjitakmu, tapi juga semua tentang dirimu." Balasnya santai.

Apa yang barusan dia katakan? Aku tidak bisa mencerna kalimatnya dengan jelas. Bisakah dia mengulanginya lagi?

"Aku suka melihatmu tersipu," Tambahnya.

Aku memutar bola mataku sebal, itu tadi hampir romantis tapi ternyata Ia mengatakannya hanya karena Ia ingin melihatku tersipu?! Jadi dia hanya menggodaku?!

"Terima kasih atas mawarnya," Ucapku dengan nada monoton.

"Nada suaramu mendeskripsikan kalau kau tidak menyukainya," Ia berkomentar dengan cepat.

"Aku suka, aku hanya tidak suka padamu." Gumamku. Tapi sepertinya Ia masih bisa mendengarnya.

"Kau sangat cantik malam ini," Jungkook memujiku dengan tiba-tiba.

Aku menghela nafasku, "Apakah itu cara lain untuk membuatku tersipu?"

"Aku mengatakannya dengan jujur, paboyah." Ia berujar agak kesal. "Kau adalah orang pertama yang kupuji, kau harus bangga pada dirimu."

Sungguh sebuah pujian yang tidak romantis.

"Yah, Lim." Ia memanggilku. Aku hanya meliriknya sedikit.

DESTINY || JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang