13: Percakapan

306 55 4
                                    

[HAYEON POV]

Sebuah hari yang damai tanpa Jungkook, si gila itu absen hari ini dan Seokjin sunbae mengatakan kepadaku bahwa Jungkook harus berlatih untuk dance survival berikutnya.

Jungkook pernah mengatakan bahwa setiap kompetisi, Ia hanya memiliki 2-3 hari untuk berlatih tapi biasanya Ia hanya berlatih dalam satu hari. Mengingat betapa menakjubkannya Jungkook hari itu, Ia pasti penari jenius. Gerakan tariannya benar-benar tajam dan cepat, namun rumit.

Oh, aku seharusnya tidak terlalu terkejut mengingat bahwa IQ-nya itu benar - benar tinggi. Dia jenius dalam segala hal, itu tidak bisa diragukan lagi.

"One, two, three, four.." Miss Evelyn menghitung ketukan dari koreografinya.

Aku harus fokus, aku juga punya penampilan balet pada hari Minggu. Untuk pemeriksaan bulannya. Bukan hanya penampilan grup, tapi juga penampilan solo. Sejujurnya yang sulit bukan kinerja kelompok, tapi yang bagian solo itu.

Kami diharuskan membuat koreografi sendiri dan menemukan lagu yang sesuai, juga konsepnya. Dan kami harus memastikan bahwa kami menciptakan kinerja yang layak untuk ditonton oleh banyak orang.

Tapi sampai sekarang, aku tidak begitu yakin apa yang akan kulakukan dengan penampilan solo-ku.

Mungkin aku harus mulai berlatih setelah ini.

"That was good, kids! Latihan hari ini berakhir sampai disini, semoga kalian semua bisa tetap sehat dan mempersiapkan penampilan solo kalian dengan baik." Ucap Miss Evelyn.

"Terima kasih atas kerja kerasnya, Miss Evelyn." Kami membungkuk ke arahnya.

Setelah yang lain pergi, aku meraih ranselku dan mengeluarkan laptopku. Jemariku mulai sibuk menemukan lagu yang sempurna untuk penampilan solo-ku. Aku mendengarkan satu per satu sambil membayangkan koreografinya yang sesuai dan seberapa sempurna apa jadinya nanti.

Dan, aku memutuskan untuk memilih lagu The Black Swan, jadi konsep saya adalah The Black Swan juga.

Aku pernah melakukan tarian balet The Black Swan saat berusia 10 tahun, tapi itu sederhana serta elegan. Aku ingin membuat ulang beberapa koreografi menjadi lebih sulit untuk mengembangkannya.
   
   
  
  
45 menit kemudian..

Kenapa aku merasa seperti semua ini tidak cukup layak? Aku merasa seperti koreografi yang kubuat ini benar - benar biasa saja.

Ugh, aku lelah.

"Itu bagus.." Suara itu membuatku sedikit terkejut, aku berbalik dan melihatnya duduk tidak jauh dariku.

"Jungkook? Apa yang kau lakukan disitu?" Aku bertanya kepadanya.

"Menontonmu, tentu saja." Dia hanya menjawab dengan santai.

"Sudah berapa lama kau disitu?" Tanyaku lagi.

"Molla, sekitar 40 menit yang lalu?" Jawabnya sambil melihat arlojinya.

Jadi, Jungkook mengawasiku selama ini dan aku bahkan tidak menyadarinya.

Bagus, aku kelewat fokus sepertinya.

"Kupikir kau sedang berlatih untuk kompetisimu."

"Aku sudah selesai, aku mencarimu di sekolah tapi kau tidak di sana."

"Kau mencariku untuk apa?"

"Menjemputmu,"

"Lalu, bagaimana kau bisa menemukanku disini?"

"Dengan perasaan mungkin?"

Apa dia..

"Jadi, apa yang kau inginkan setelah menemukanku?"

"Aku tidak tahu, setelah melihatmu berlatih begitu keras seperti itu, aku tidak tahu apa yang kuinginkan lagi, aku merasa ingin melihatmu menari, itu sudah membuatku sangat puas."

Aku menghela nafas, tidak mengerti apa pun di dalam kepalanya.

"Jangan memaksakan diri," Jungkook memberi sedikit nasehat.

"Aku harus, dunia ini memaksaku untuk melakukan apapun." Aku memijat kakiku untuk merenggangkan otot.

"Kalau begitu, ayo kita mati bersama."

Aku melebarkan mataku dan menatapnya.

Dia terkekeh dan kemudian dia mengedipkan sebelah matanya padaku, "Aku bercanda."

Mari kita hidup damai bersama saja, Jungkook.

Aku benar - benar ingin mengatakannya tapi yang kulakukan hanya tersenyum pahit.

Perutku sangat lapar tapi aku tidak bisa pergi sebelum aku bisa membuat koreografi yang lebih baik. Aku hanya punya empat hari sebelum hari Minggu. Aku terus memijat kakiku sambil membayangkan koreografi yang bagus, sampai aku merasa seseorang duduk di sampingku.

"Kau harus makan," Ucapnya sambil mengeluarkan sesuatu. Siapa lagi kalau bukan Jungkook.

"Apa ini?" Tanyaku penasaran.

"Jajangmyun, aku memesannya karena aku lapar dan baru saja datang tadi." Jawabnya.

Terima kasih, Tuhan. Dia mengerti kondisiku ternyata!

Rasanya sangat enak saat aku mulai melahapnya. Aku merasa tidak bisa berhenti makan.

Kulihat Jungkook terkekeh, "Santai saja, Lim. Tidak akan ada yang akan mencuri makananmu, tidak perlu terburu - buru."

"Aku sanghat kelapalan.." (Aku sangat kelaparan). Ucapku dengan mulut penuh.

Jungkook tertawa, dan sedetik kemudian aku tiba - tiba tersedak.

"Sudah kubilang santai saja.." Ucap Jungkook sambil membuka sebotol air dan memberikannya padaku.

Rasanya sungguh sesak sehingga aku meminum banyak air hingga merasa lebih baik. Jungkook mengacak - acak rambutku.

"Wae?" Tanyaku.

"Tidak ada," Dia tersenyum. "Kau hanya mengingatkanku pada adikku. Menggemaskan, bodoh, dan ceroboh.."

"Kau merindukannya? Tapi, bukankah kau selalu menemuinya saat kau mengunjungi Ibumu di Jepang?"

"Adikku saat ini di Amerika Serikat, kau tahu.. belajar di luar negeri.. Terakhir kali aku melihatnya saat masih berusia 8 tahun, aku pindah ke Korea Selatan waktu itu dengan Ayahku karena tuntutan pekerjaannya. Tapi Ayahku malah selingkuh dari Ibuku, dia memiliki semacam selir rahasia disini yang merupakan asisten pribadinya di perusahaannya. Adikku berumur 15 tahun ini, kuharap dia tumbuh dengan baik."

Ugh, sisi lembut dari seorang bully. Dia sangat kasihan sekali.

"Kau memiliki adikmu, Ibumu, nenekmu, sahabat - sahabatmu, dan kau masih ingin bunuh diri?" Tanyaku.

"Aku sudah memutuskan untuk tidak melakukannya setelah kau mengatakan bahwa cepat atau lambat aku akan mati. Tuhan telah menggariskan takdirku dan akan mendatangiku sebentar lagi, jadi kuerasa aku tidak perlu merencanakan sesuatu sekarang," Jelasnya. "Dan, sebenarnya.. nenekku sudah meninggal tahun lalu."

Ada banyak hal yang aku tidak tahu dalam hidupnya.

"Jujur saja, ada sesuatu yang ingin aku lakukan sebelum mati." Lirihnya.

"Katakan saja padaku," Tawarku.

"Aku ingin, tapi aku masih belum bisa, mungkin tidak sekarang, tapi suatu hari nanti." Jungkook tersenyum lembut padaku.
  
  
  
[NORMAL POV]

"Aku ingin, tapi aku masih belum bisa, mungkin tidak sekarang, tapi suatu hari nanti." Jungkook tersenyum pada Hayeon dengan lembut.

Aku akan memberitahumu sebelum aku mati, Hayeon. Pikirnya.
   
   
   
***
   
   
  
A/N:
Jangan lupa vote dan komennya luvs❤
Thank you!
  
  
Tsyscarlet💛

DESTINY || JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang