9: Keras kepala

298 51 5
                                    

Aku hanya duduk diam sedangkan Jungkook sedang sibuk dengan ponselnya. Kami sudah berada di mobilnya dan sekarang Ia menyetir sambil memainkan ponselnya.

"Yah, jangan memainkan ponselmu saat mengemudi. Itu berbahaya," Tegurku cepat. Ia hanya terkekeh lalu mematikan ponselnya.

Langit mulai gelap, mendung. Sepertinya akan segera turun hujan.

Hujan..

Dia berbaring di jalan, di bawah hujan. Tanpa bernafas..

Tidak, Hayeon. Jangan memikirkannya, Jungkook akan baik-baik saja.

Aku tidak ingin Ia mengalaminya. Aku benar-benar tidak menginginkannya.

"Yah," Aku baru menyadari bahwa Jungkook memanggilku.

"A-apa?"

"Kenapa kau diam saja? Kau bahkan terlihat sedikit pucat, apa kau sakit?" Tanyanya.

"Tidak, aku baik - baik saja." Aku tersenyum kecil padanya, membuktikan bahwa aku baik - baik saja.

"Baiklah.."

Lim Hayeon, anggap saja Ia akan baik-baik saja. Apapun yang terjadi, Jungkook akan baik-baik saja.

"Bagaimanapun, aku tidak menyangka adalah seorang balerina." Jungkook membuka mulutnya lagi, membawa topik yang berbeda.

"Kau tidak berpikir kalau aku hanyalah seorang gadis culun, putri dari salah satu guru yang paling galak disekolah, bukan?"

"Tentu saja."

"Tidak, aku sudah bergabung dengan balet sejak kecil. Saat usia sekitar tiga tahun, mungkin?"

"Whoa.. Jadi, kau seorang penari.. sama sepertiku, kurasa kita cocok sekali untuk menikah!"

"Jangan bermimpi."

Jungkook hanya terkekeh renyah menanggapinya.

Tak lama setelah itu, kami tiba di studio balet. Saat ini masih gerimis. Aku hendak keluar dari mobil namun Jungkook langsung menahan lenganku, aku menatapnya. Ia memakaikan jaketnya padaku, dan aku sedikit tersipu.. tentu saja.

Seorang bully seperti Jeon Jungkook bersikap manis padaku. Aneh sekali.

Tapi tidak bisa dipungkiri kalau aku sedikit menyukainya.

"Ayo pergi," Ucapnya kemudian.

"Apa?"

"Apanya yang apa?"

Kami saling memandang bingung.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanyaku.

"Menemanimu, tentu saja, apa lagi?" Jungkook langsung menjawabnya dengan enteng.

"Apa kau bercanda? Pulanglah, Jeon." Sahutku cepat.

"Tidak, aku ingin melihatmu menari."

"Tapi, aku tidak ingin bersamamu."

"Kau jahat sekali," Ia mengerucutkan bibirnya.

Ini gila.

Bagaimana mungkin seorang bully seperti dia terlihat sangat lucu? Aku benar-benar ingin mencubitnya. Jinjja!

Ugh, kenapa aku mulai mengatakan omong kosong tentang dia?

"Aku bilang pulanglah kerumahmu, Jeon."

"Tidak, aku ingin menemanimu!"

Alasanku tidak ingin Ia menemaniku adalah karena aku merasa malu jika dia melihatku menari, kau tahu.. aku akan menari dengan sangat canggung kalau ada dia.

DESTINY || JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang