V O T E
Kumpulan asap penuh nikotin mengepul dari bibir tebal seorang pria. Dengan perlahan mengikis jumlah oksigen disekitarnya. Membuat udara yang semula beraroma citrus, berubah menjadi mencekik, masam, dan tak karuan.
Orang bodoh mana yang dengan mudahnya menghisap batang nikotin dalam suatu ruangan, tanpa membiarkan jendela atau sekedar membiarkan baling-baling kipas angin berputar dan menciptakan sirkulasi udara? Jawabannya hanya satu nama, Chanyeol.
Benda yang sudah menjadi sobat karibnya beberapa tahun belakangan ini seperti sebuah bakteri yang tumbuh diantara dua jarinya. Tak pernah hilang, terus tumbuh, dan berganti dengan kadar yang lebih menyeramkan. Dari jemari besarnya, ia akan membawa selinting kertas tembakau itu ke bibirnya. Anggota tubuh miliknya yang tak kalah atraktif.
Siapa saja yang melihat seorang Park Chanyeol pasti berlomba ingin menempati tahtanya. Diatas panggung yang tinggi dengan ribuan manusia meneriaki namanya. Namun jangan salah, Chanyeol benci semua itu.
Bukan karna penggemarnya, tapi posisinya sebagai publik figur yang tak bisa membuat Chanyeol bergerak dengan bebas. Tak bisa memperjuangkan seorang wanita dengan lebih kuat lagi. Wanita yang sudah menjadi alasan senyumnya tak sepalsu dulu.
Entah sudah berapa kotak rokok yang dibabat habis oleh Chanyeol. Tidak ada yang tau juga bagaimana nasib kerongkongan serta paru-paru malangnya itu. Tapi untuk kali ini Chanyeol tidak peduli. Ia hanya ingin membuang Lea bersama dengan asap yang ia hembuskan. Biarkan menyatu dengan sekawanannya di udara lalu pergi menghilang.
Tapi Chanyeol terlalu bodoh. Bagaimana mau hilang kalau ia mengurung asap itu dalam ruangannya? Bagaimana bisa hilang kalau sang wanita masih ia kurung dalam sebuah penjara bernama hati?
3 hari, itu yang diberikan Lea.
Untuk apa? pikir Chanyeol. Untuk memperjelas semua perlakuannya terhadap Lea? Membuat gadis yang sudah bukan gadis lagi itu semakin membencinya? Iya? Kalau iya, Chanyeol akan datang sekarang juga ke apartment Azalea.
Rasanya Chanyeol ingin memohon pada Tuhan agar dibebaskan dari hukuman untuk membunuh Kim Kai. Kali ini saja, ia ingin melakukan percobaan pembunuhan dengan tangannya sendiri. Biar saja. Agar Chanyeol sekalian merasa bersalah, bukan seperti ini yang tetap memiliki perasaan bersalah mendalam padahal bukan murni ia menjadi pelaku.
Tapi ia Chanyeol. Kim Kai benar, Chanyeol hanya pria berhati lembut dibalik semua kelakuan bejatnya. Ia hanya seorang pemuda yang begitu menyayangi sahabatnya meski sahabatnya sendiri sudah tak layak diberi kasih sayang. Sampai kapanpun, Chanyeol tak akan bisa membunuh Kai.
Uhuk! uhuk!!!
"Kau gila, ya?!" Lengkingan suara Baekhyun menggema, menambah sesak suasana studio Chanyeol. "Siapa yang mengajarkanmu merokok di sini, bodoh?"
"Temanku."
"Hah?" Ayolah, Baekhyun tau deretan teman Chanyeol. Dan itu hanya dirinya, Baekhyun, Byun Baekhyun, Kyungsoo, dan Kim Kai kalau masih bisa dikatagorikan teman. "Siapa?"
"their name are loneliness, regret, and feeling worthless."
Baekhyun menghela napas berat, ia tak berkata apapun karna cadangan katanya sudah habis. 3 hari ini ia sudah memberikan Chanyeol berbagai masukan sampai rasanya mulut kecil Baekhyun akan mengeluarkan busa. Tapi pria itu masih saja mendekam dalam studionya dengan rokok, soju, dan kebodohan yang tak pernah Baekhyun kira Chanyeol miliki.
Chanyeol pintar, itu yang ia tau. Bahkan pria itu bisa menciptakan sebuah nada menenangkan jiwa hanya dengan gumaman tak jelas. Lalu serangkaian kata yang tak lama akan menyusul dan membentuk sebuah lagu berkualitas. Tapi kali ini Baekhyun harus berkata betapa bodohnya Chanyeol.

KAMU SEDANG MEMBACA
YOU
Fanfiction[ COMPLETE ][21+] Park Chanyeol bukan seperti musisi pada umumnya. Tidak setelah bertemu Choon Hee Tidak setelah bunga kesayangannya hilang. 25/10/18, #8 in fanfiction •Start writing 15 December 2017 •Finish writing 4 june 2018 •Using bahasa baku ...