16

21K 3.1K 286
                                    

V O T E


The only feeling of lost that I love is when I look into your eyes

- Chad


***

Gemetar pada tangan Lea membuat kertas yang ia genggam tak stabil, tapi tulisan paling atas yang bercetak tebal masih mampu sang gadis baca, McLean Psychiatric Hospital.

Lea jatuh terduduk di atas ranjang Chanyeol masih dengan fokus yang tertuju pada selembar kertas dengan banyak huruf yang tersusun menjadi beberapa kalimat. Namun hanya satu yang tak bisa ia lewati,

Chanyeol, Park mengidap Hypersexual Disorder.

Hypersexual disorder, tentu Lea tau. Bahkan ia paham betul semua tentang gangguan kejiwaan ini. Tapi, kenapa? Kenapa harus Chanyeol?

Tangan pria di depannya terulur dengan sebuah kunci berbaring pada telapak tangannya, "kau boleh keluar, sekarang," ujarnya dengan seulas senyum.

Lea ingin sekali menamparnya, sangat keras sampai senyum palsu itu terhapus dari wajah Chanyeol. Ia ingin berteriak agar jangan terus tersenyum jika itu hanya memperjelas kesedihannya. Karna ia tak mau ikut jatuh terlalu dalam pada kesedihan Chanyeol, ia tak mau masuk terlalu dalam pada kehidupan Chanyeol.

Tapi rasanya semua sudah terlambat.

"Aku tak akan menahanmu lagi untuk pergi." Pria itu berlutut di hadapan Lea, "tapi aku mohon percayalah, aku juga tak ingin seperti itu. Aku ingin berhenti, Lea."

"Aku pernah bilang ingin egois bukan? Bodoh sekali, ya.. memaksamu bersamaku hanya membuatmu sakit, harusnya aku sadar dari pertama kali kita berjumpa. Dan berarti, sejak dulu, aku sudah egois." Chanyeol menggenggam lembut tangan Lea, sesekali ia bisa merasakan tetesan air yang jatuh dari wajah tertunduk gadisnya.

Gadisnya.

Indah sekali bukan? Tapi sayang itu hanya bisa ia deklarasikan dalam hati. Karna kini saatnya ia harus melepas, "Maka dari itu, sekarang aku akan berhenti menjadi egois, Azalea."

"Aku akan melepaskanmu, tapi jangan terlalu dekat dengan Kai, ya? Mungin kalau Sehun bisa aku toleransi tapi Kai tidak sama sekali," Lea semakin terisak mendengar racaua Chanyeol yang semakin melantur. "Kai itu... belum waktunya kau tau, Lea. Tapi percayalah, aku sangat mengenal pria itu lebih dari siapapun."

Senyum tipisnya kembali terbit saat Chanyeol memandang kedua tangannya yang bersatu, tangan Lea begitu kecil dibanding kepunyaannya. Jari-jarinya kurus dan lentik tidak seperti Chanyeol yang besar dan berurat. Tapi Chanyeol suka, tangan itu sangat pas di genggamannya.

Andai saja kehidupan mereka se cocok dua tangan itu, bisa saling berkaitan tanpa ada yang menyakiti pun terluka.

Ia mengusap lembut punggung tangan Lea dengan ibu jarinya sebelum memberikan kecupan cukup lama, "pulanglah, mau aku atau Baekhyun yang mengantar? Hm?"

Masih terisak, membuat Chanyeol berdiri dan menarik Lea dalam dekapannya. Ada sedikit kekehan yang keluar dari bibir tebal seorang Park Chanyeol, tapi Lea yakin kekehan itu bukan tanda dari kebahagiaan. "Kenapa menangis, sayang? Aku tidak apa-apa kok."

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang