-Mesin EKG-

703 32 2
                                    

2 Hari yang lalu.

BRUKK
DORR

Gubrak.
Tubuh Yang tak dibilang mungil seperti Perempuan Pada Dasarnya, itu terjatuh tanpa tahanan ke Lantai di Kantor polisi. Setelah Henry melempar Kursi berukuran Sedang itu ke Arah Irene yang mengarahkan Pistol pada Brena yang mengangkat tangan, Irene yang sudah menembak Perut Bagian kanan.

Darah bercucuran sangat banyak keluar dari Perut nya, banyak orang berkata 'Apa kau dengar aku?'
'Brenaa'
'Jangan tinggalkan aku'

Kantor polisi itu mendadak Berbalut teriakan kepanikan.
Irene menjatuhkan Pistol yang masih berpeluru itu, lalu membekap Mulutnya seakan tak percaya. Dibelakang nya Milan yang Tak kalah tidak percayanya.

Henry yang berdiri tak jauh dari Brena, langsung melompat dari meja-ke meja untuk lebih mendekat pada Brena. Pak Kim yang juga tak mengerti apa-apa awalnya, mengambil pistol yang dijatuhkan Irene lalu ia beri ke Polisi disitu.

Teriak-teriakan yang bermunculan dari Mulut ke mulut.
Sampailah Ambulans Yang telah Pak Kim telepon.
Mr. Jack dan yang lain nya membantu Brena menuju Ambulans. Kalo telat, Hilang nyawa berharga itu.

****
Setelah Berjam-jam operasi yang berjalan demi waktu-ke waktu, selama 5 Jam, Henry, Sek Kim, Adya, Tante Reny, Menunggu operasi yang berjalan dari malam ke subuh.

Adya dan Tante Reny menangis-nangis, Henry Yang menutup wajah nya dengan kedua Tangannya, pak Kim yang berkali-kali membuang nafas panjang.

Suami dari Korban tembakan Di kantor polisi itu pantas kelelahan, yang membentak-bentak pelaku penembakan itu di Kantor polisi, tak habis-habis kata-kata yang dilontarkan Lelaki itu pada Irene sabila.

Sekarang mereka berada Di Dalam kamar rawat Inap, dengan Brena yang masih Terbaring di Kasur, Perut nya di Lingkari banyak Perban, Memakai Masker Rumah sakit dan Bantuan Tabung oksigen.

Sejak di operasi, Brena belum bangun dari Tidur panjang nya, Yang makin membuat Orang-orang terdekat nya semakin Cemas, apakah Brena akan Membuka Matanya, atau menjemput Ibu nya Donna di atas sana? Hanya Tuhan yang tahu.

****
Adya, dan Sekertaris Kim sedang membeli Makan di Kantin Rumah sakit, Baru saja Adya menelepon sahabat-sahabat terdekat nya di Indonesia mengabarkan bahwa Brena tergeletak lemas di kasur rumah sakit di karena kan Irene, Yang dulu nya sahabat terbaik, Tapi rela mengeluarkan peluru untuk sahabatnya sendiri demi pacar baru nya.

Henry Yang 2 Hari penuh tidak Tidur, Yang 2 hari itu mengeluarkan air mata, dan menggenggam tangan istrinya itu, akhirnya di paksa oleh ibu nya untuk tidur,
Terlihat di bawah matanya Muncul mata panda.

Tante Reny memutuskan Ke toilet, Dan melakukan mandi.

"Rere? Kamu ngapain disitu? Kamu udah bisa jalan?? Gimana perut kanan mu?"

Gadis yang bernama Brena alias Rere itu menoleh ke arah Lelaki Yang bertanya, Rere tersenyum tulus dan membalas "Ngomul deh"

Henry mendekat dan melihat sekitar nya, Dirinya dan Rere sedang berada Di Myeongdong, Myeongdong? Tempat dimana Brena hilang itu?
Kali ini Myeongdong tampak sedikit sepi tidak seperti saat kami pergi tahun lalu.

Henry semakin dekat pada Rere, tapi Rere mengangkat tangan nya yang bermaksud 'Berhenti'

Henry bingung, tapi ia menurut, Henry berkata kembali "Brena? Kenapa kita disini? Ayo kita balik ke Indonesia" Henry menarik tangan Brena, dan segera pergi dari situ, tapi Brena tak melangkahkan kaki nya sama sekali. Yang membuat Henry kembali membalikan tubuh melihat istrinya kembali.

"Terima kasih Henry.. sudah menjadi Bagian dari Hidup ku, Apa kamu sayang aku?"
"Tentu saja, Tentu saja aku sayang padamu, sangat"
"Kalau begitu, kau bisa melepaskan ku, kali ini keterakhir"
"Brena? Kau bercanda"
"Aku serius Henry, aku harus pergi, aku tak punya banyak waktu disini, aku harus-aku haruss pergi sama mama" Brena menunjuk Donna di belakang Henry.
"Maafin aku Henry, yang sudah membuat mu khawatir, marah, kesal, aku sangat menyesal"

Henry melihat Donna, lalu melihat kembali Brena, Henry memegang pipi gembul Rere dengan lembut "Enggak Brena, kamu gak akan kesana, kamu akan selalu Bersama ku, disisi ku, di London, di Indonesia, Di mana pun kecuali di sana, Gimana Dengan Anak? Kita belum mempunyai anak, Brena kamu harus berjuang lebih Kuat melawan itu, jangan pergi duluu"

Permata bening yang keluar dari Mata kedua Suami-istri itu.

"Maafin aku ya Henry.."

GUBRAK.
"BRENAAAAA!!"
"Henryy! Henry, ada apa?"

Henry membuka matanya, melihat Adya, Pak Kim, Tante Reny yang melihat dirinya mengeluarkan mata saat tidur.

Henry langsung menoleh ke arah Brena, dan menunjuk istrinya yang masih diatas kasur itu "BRENA! DIA-DIA, PANGGIL DOKTER PAK KIMM!!!!"

Henry melompat dari Sofa yang sebelumnya Dirinya tiduri, Lelaki itu mendekat Pada Brena dan Menggenggam tangan nya lalu mengangkat tangan itu ke dekat bibir nya dan berkali-kali lelaki itu mencium punggung tangan itu sambil berkata "Jangan pergi Brena, jangan"

Pak Kim kewalahan memanggil Dokter suster terdekat, Adya dan Tante Reny mendekat pada Brena, memeluk, menggenggam, itu lah yang mereka lakukan, dan juga menangis tak ingin gadis ini pergi.

Henry menoleh ke arah mesin EKG, melihat grafik garis yang menunjukkan detak jantung Brena. Seketika mata mereka terbelalak saat grafik itu bergerak lambat, hampir berubah menjadi sebuah garis lurus.
"Re-Rere?!" Adya menaikan Volume suaranya, Begitu panik.
"BRE-BRENA KENAPA?!" Henry memekik, saking paniknya sampai bingung mau berbuat apa.
Pak Kim memencet berkali-kali darurat memanggil dokter ikut panik melihat Mesin EKG itu.

Tante Reny makin lemas dan suara tangis nya makin membesar, adya menggigiti kuku jemarinya, Henry nafas nya terengah-engah, wajah pucat, tak sampai 1 menit datang lah Dokter dan suster tergopoh-gopoh memasuki kamar Brena dan langsung memeriksan Keadaan Brena.

Dokter yang bernama Linna itu mengeluarkan alat medis, memeriksa tubuh Brena yang terasa kaku. Adya,tante Reny, Henry tak bisa diam, mereka menangis terus.

"BRENA GAK BOLEH TINGGALIN GUE, HEN!!" Kata Adya, yang juga makin menangis-nangis.

Rasanya Mesin EKG itu makin membuat mereka semua takut, rasanya Henry ingin menghancurkan Mesin itu.
"Brena, Kamu kuat, pasti kamu bangunnnn, bangun brenaa"

Sampai akhirnya
Mesin EKG itu berbunyi nyaring.

"BRENA!"

Dokter segera mengambil defibrilator dan menyalakan mesin itu, Henry menyingkir dari Hadapan Brena membiarkan Doker menangani Brena. Alat itu menempel di dada Brena, Lalu dada Brena terangkat ketika Alat Itu menyengat jantungnya. Grafik EKG itu masih lurus, tak berubah sedikit pun, Dokter terus berusaha sampai berkali-kali tetapi tak membuahkan hasil.

Henry dan yang lain menggeleng-geleng saat melihat Dok. linna tertunduk dan menyerah karena detak jantung Brena masih tak berfungsi.

Garis lurus dan Bunyi nyaring itu makin membuat Henry, adya, dan Tante Reny makin membasahi Pipinya dengan air mata, Pak Kim yang melihat Yang lain menangis, mulai berkaca-kaca.

Dok. linna yang memakai Jilbab Hitam itu mulai menghadap dan tertunduk pada Keluarga Brena.

"Innalilla—"
"ENGGAKK, ENGGAK BRENAA!!"

STRONG BRENADETTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang