Part 9

1.1K 178 31
                                    

Singto sedang bersantai di kursi taman, sambil membelai punggung Krist dan pikirannya melayang kembali pada saat ia mencium Arthit di grocery store. Dadanya berdebar, ia tidak percaya ia melakukannya. Seakan ada magnet yang menarik dari diri Arthit yang membuatnya terus memikirkan pria itu, ia sadar Arthit tidak hanya sekedar teman baginya.

Singto menatap mata Krist lurus dan curhat pada anjing itu.

"Krist, bagaimana ini...aku telah tidak setia pada istriku....a-aku mencium seorang pria...."

Krist menatapnya lurus sambil menjulurkan lidahnya.

"Apa yang terjadi padaku? Apa aku sudah gila?" Kong merutuk dirinya sendiri. "Aku merasa, Arthit berusaha menggodaku...tetapi...bagaimana bisa aku tergoda olehnya...d-dia bukan wanita..."

"Guk...guk..." Krist menggonggong.

"Katakan padaku, apakah ini normal? Apakah aku memiliki perasaan pada Art....." Singto segera menelan kata-katanya kembali. "Tidak, tidak ini tidak boleh terjadi...aku akan segera memilki anak kedua bersama Pim....hubungan kami baru saja bersemi kembali....aku harus menghentikan kegilaan ini...pasanganku adalah Pim..."

Krist menatapnya lurus sambil menjulurkan lidahnya.

"Aku harus menghentikan semua ini sebelum terlalu jauh...aku tidak boleh menemuinya lagi...aku sudah berkeluarga, dan aku mencintai istri dan anakku..."

"Ya, mulai sekarang aku harus berhenti menemuinya dan berhenti berbelanja di tokonya, aku tidak boleh terus berhutang dan menggantungkan hidupku padanya..." tutur Singto.

"Kami hanya berteman...dan tidak lebih....aku harus segera membayar semua utang-utangku padanya dan menjauhinya..."

Krist melolong beberapa kali dan menundukkan kepalanya sedih.

"Kenapa Krist?" tanya Singto bingung melihat reaksi Krist. "Apakah kau juga ingin mengatakan kalau ini salah?"

"Guk...guk..." Krist menggonggong padanya dan melangkah mundur perlahan, matanya tampak berkaca-kaca.

"Ada apa, kawan?"

Krist menolak menatapnya, kemudian berbalik dan berlari meninggalkan tempat itu.

"Krist! Buddy! Kau mau kemana?!" tanya Singto bingung dan segera berlari mengejar anjing tersebut.

"Krist tunggu!!!"

Krist terus berlari sepanjang trotoar, dan tidak menghubrisnya, setibanya di pertigaan Krist terus berlari hendak menyebrang jalan, tiba-tiba saja sebuah mobil melaju dari arah samping.

Krist berhenti di tengah jalan sambil menoleh ke arah mobil yang sedang melaju ke arahnya, Singto yang melihat hal tersebut segera berlari, melompat dan memeluk anjing tersebut, Singto yang berpikir mobil akan menabraknya seraya memejamkan mata erat. Namun untungnya pengemudi segera mengerem mobil sebelum menabrak mereka, dan berhenti tepat di depan keduanya.

Pengemudipun segera berhambur keluar untuk memeriksa keadaan Singto.

"Apa kau sudah bosan hidup?!" teriaknya emosi. "Seharusnya kau merantai anjingmu, agar ia tidak berkeliaran di jalan! Ini sangat berbahaya!"

Jantung Singto berdebar kencang dan lega setelah mengetahui mereka selamat, ia segera menoleh pada pengemudi dan meminta maaf.

Tidak sengaja, ujung matanya menangkap pemandangan lain di seberang jalan yang mematahkan hatinya, di depan sebuah restoran mewah, matanya pun terbelalak seketika.

Meskipun kendaraan berlalu lalang, namun ia bisa mengenali dengan jelas sosok istrinya, Pim dengan mini dress dan dandanannya yang khas, turun dari mobil mewah dan berpelukan mesra dengan seorang pria dan masuk ke dalam restoran seperti layaknya sepasang kekasih.

Bahasa Indonesia - The Day, Where We Forget Each Other (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang