Part 3

1.3K 199 34
                                    


Tahun 1700an, di sebuah desa terpencil, di bagian utara Thailand hidup seorang kakek dan cucu laki-lakinya yang masih kecil yang berteman dengan serigala. Suatu hari banyak ternak para penduduk yang mati dan hilang, hingga para penduduk menuduh kedua kakek dan cucu tersebut menculik ternak untuk diberi makan pada serigala peliharaan mereka.

Akhirnya para penduduk desapun marah dan mengusir keduanya ke dalam hutan, dan menjulukii mereka sebagai manusia serigala. Selain itu mereka juga melarang para penduduk untuk mendekati perbatasan tersebut agar tidak terluka.

-------------------------------------------------------------------

Singto beristirahat di sebuah kursi taman sambil mengurut kakinya setelah shift mengatur lalu lintasnya berakhir. Ia tampak kelelahan, karena sehari sebelumnya ia menghadiri acara sekolah Sung, di mana pihak sekolah mengadakan kegiatan marathon orang tua bersama anak, jadi para orang tua harus menggendong anaknya sambil berlari di pundak mereka sejauh 2 km.

Lalu sejak pagi ia di tugaskan untuk mengatur lalu lintas hingga siang tanpa istirahat di bawah terik sinar matahari. Kakinya kini benar-benar terasa sakit dan bengkak.

Rekan kerjanya menyarankan agar ia ke rumah sakit, namun ia menolah dengan alasan berhemat. Iapun duduk sejenak di kursi dan memijat kakinya, karena setelah ini ia harus kembali ke kantor polisi dan membuat laporan. Lalu malamnya ia masih ada tugas patroli bersama sahabat sejatinya Ming.

Saat Singto menggulung celananya dan memijat kakinya, tiba-tiba saja teman berbulu putihnya datang menghampirinya membantunya memijat dengan menjilat betisnya.

"Hei, kawan! Kau datang menjengukku?" ia membelai kepala anjing tersebut. "Kau kemana saja, aku merindukanmu..." ia lalu memeriksa kaki depan kiri anjing tersebut.

"Bagaimana lukamu?"

Anjing tersebut menggonggong beberapa kali seakan memberitahunya bahawa ia sudah baikan, dan tidak perlu khawatir sambil menggoyangkan ekornya dan berputar beberapa kali.

"Aku belum membalas kebaikanmu telah menyelamatkan nyawaku, aku ingin memberimu hadiah..." ia menoleh ke sekelilingnya dan menemukan gerobak hotdog tidak jauh darinua duduk.

"Kau mau hotdog? Aku akan mentraktirmu!"

Anjing itu mengubah ekspresinya, dan melangkah mundur perlahan seakan memberitahu Singto bahwa ia menolak.

"Aw, kau tidak suka hotdog?" Tanya Singto lalu berpikir sejenak dan menyadari sesuatu. "Apa ia berpikir hotdog itu daging anjing?"

"Baiklah kalau kau tidak mau, aku tidak akan memaksa..."

Anjing itu menggonggong dan kembali menggoyangkan ekornya dengan gembira. Singto tiba-tiba teringat ucapan Ming yang memintanya memberikan sebuah nama pada anjing tersebut.

"Oh ya, aku tidak tau harus bagaimana memanggilmu..." ujar Singto. "Apa kau keberatan jika aku memberimu sebuah nama?"

Anjing itu menggonggong dan menggoyangkan ekor menandakan setuju.

Singto berpikir sejenak. "Tapi aku tidak tau kau jantan apa betina..." ujar Singto. "Maaf, ya..." ia lalu menaruh kedua tangannya di dada dan membungkuk pada anjing tersebut lalu dengan ragu-ragu mengangkat ekornya untuk mengintip jenis kelaminnya.

Anjing tersebut tersentak kaget namun ia hanya berdiri tanpa bergeming, membiarkan SIngto melakukan apa yang ia inginkan. Namun Singto sepertinya kesulitan, dan menjulurkan tangan untuk merabanya. Anjing tersebut mengeluarkan suara lolongan singkat karena kaget.

"Aw, ternyata kau jantan ya..." ia lalu menoleh ke sekelilingnya dan menemukan sebuah toko dengan nama Kerrist, iapun segera mendapatkan ide.

"Baiklah, mulai sekarang namamu adalah Krist!" ujar Singto.

Bahasa Indonesia - The Day, Where We Forget Each Other (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang