Seperti prediksi Arthit beberapa orang tidak di kenal mendatangi sekolah Sung untuk menculiknya, namun sayangnya bocah tersebut sudah pindah sehari sebelumnya. Mereka juga mendatangi apartment Arthit, namun tempat itu juga telah kosong.
Arthit, Singto dan Sung pindah ke apartment baru, di tengah kota yang dekat dengan sekolah Sung dan grocery store, agar ia bisa mengantar jemput Sung dan mengawasinya, selain itu lokasinya juga strategis dan aman karena di kelilingi pertokoan yang selalu ramai.
Singto juga tidak keberatan dan sangat senang, karena kini jarak tempat tinggalnya lebih dekat ke kantor polisi, sehingga ia tidak perlu berkendara terlalu jauh.
Sejak pertemuan terakhir dengan Pim, Singto berpikir sendirian. Hingga suatu malam Singto mengetuk pintu kamar Arthit dan mengatakan kepadanya bahwa dia telah memutuskan untuk menceraikan istrinya, Pim. Arthit kaget namun juga gembira, dan tertawa lebar di dalam hatinya.
Singto meminta bantuan Arthit, untuk menghubungi pengacara dan mengatur pertemuan dengan Pim, ia ingin berbicara dengan wanita secara pribadi sebelum menceraikannya. Singto ingin mendengar sendiri keputusan terakhir dan alasan wanita itu.
Jadi, Arthit menghubungi Pim, memberitahunya rencana Singto dan mengundangnya bertemu di apartment lamanya.
Arthit kemudian menghubungi pegacara untuk menyiapkan dokumen perceraian keduanya, seulas senyuman terukir di wajahnya.
Arthit mengantar Singto dan Sung ke apartment lamanya, sementara ia menunggu di mobil. Pim juga diantar oleh Shone yang juga menunggu di dalam mobil, ia memberitahu pria itu tentang tuntutan perceraian yang diajukan oleh Singto. Sehingga Shone dengan senang hati memberinya ijin bertemu dengan pria yang akan segera menjadi mantan suaminya itu.
Shone yang menyadari kehadiran Arthiy mebuka pintu turun dari mobil. Melihat itu Arthit pun ikut turun dari mobil dan memandang ke angkasa sejenak, gerimis tipis turun membasahi tanah di sekitarnya.
Ia segera mengeluarkan payung dan berjalan menuju Shone, keduanya berhenti di tengah, jas yang di kenakan Shone tampak basah oleh air hujan.
"Maaf, aku tidak suka berbagi payung dengan orang asing..." ujar Arthit.
"Aku ingat kau..."
"Tentu saja, kita baru bertemu seminggu yang lalu..."
"Kau sudah mati..."
Arthit membelalakkan matanya kaget.
"Permisi, kau pikir aku zombie..." balas Arthit tertawa.
Shone teringat kisah Pim, ia mengira Arthit adalah reinkarnasi dari budak keluarga Suthiluck yang di eksekusi oleh penduduk desa ratusan tahun yang lalu.
"Kau siapa?" tanya Shone.
"Untuk apa aku memberitahumu?" Arthit menyeringai.
"Aku tidak pernah mendengar namamu di dunia bisnis, usaha apa yang kau jalankan?"
"Well, aku bukan pengusaha..."
"Aku tidak percaya..."
"Itu urusanmu...." Jawab Arthit.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Shone lagi. "Apa hubunganmu dengan Singto?"
"Menginterogasiku?"
"Hanya bertanya!"
"Jika kau mencoba mendekatinya, aku akan membuatmu menyesal!" ancam Arthit.
"Aku tidak ingin berurusan dengan polisi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Indonesia - The Day, Where We Forget Each Other (THE END)
WerewolfCharacater : Singto-Krist/Arthit-Kongpop ; Ming Genre : Werewolf/Mystery Spoiler : Singto adalah seorang perwira polisi biasa, juga suami dan ayah biasa. Suatu hari dia diselamatkan oleh seekor anjing serigala putih, dan perjalanan hidupnya yang t...