Singto menyelinap masuk ke rumah yang gelap gulita, karena istri dan anaknya sudah pasti sedang terlelap jam segini. Singto melangkah pelan-pelan ke dapur untuk mencari sisa makanan di kulkas karena ia belum makan, dan perutnya keroncongan.
Iapun membuka kulkas namun tidak ada apapun selain sayuran mentah, telor dan beberapa botol air putih. Iapun menutup kulkas dengan lesu, namun tiba-tiba saja seseorang menyalakan lampu mengagetkannya.
"Kenapa baru pulang jam segini?" Tanya istrinya, Pim.
Singto memutar tubuhnya malas dan mejawab. "Aku lembur...."
"Lembur...setiap hari selalu lembur, tapi kau tidak pernah dapat gaji lembur..." protes Pim lagi.
"Tapi hari ini aku dapat bonus karena berhasil menangkap criminal..." ia lalu mengeluarkan amplop uang dari sakunya dan menyerahkannya pada istrinya.
Wanita itu menerimanya dengan mata berbinar-binar dan memeriksa isinya. "Hanya segini?"
"Hei, itu sudah lumayan! Kalau kau bisa berhemat dan tidak membeli barang-barang yang tidak diperlukan, uang segitu cukup untuk biaya hidup setengah bulan..."
"Membeli barang tidak perlu? Apa maksudmu? Memangnya aku tidak boleh membeli makeup?"
"Sudah aku malas berdebat denganmu, kau tidak memasak hari ini?"
"Masak!"
"Tidak menyisakan untukku?"
"Sudah kubuang, kalau kau lapar makan saja dari tong sampah!"
"Kau membuang makanan lagi?!" Tanya Singto tidak percaya. "Kau tidak tau cari duit itu susah, kenapa tidak berhemat?"
"Sudah empat tahun kau jadi polisi, pangkatmu tidak naik-naik, gajimu juga segitu-segitu aja! Kenapa kau tidak berhenti saja dan cari pekerjaan lain?"
"Memangnya empat tahun ini aku pernah membiarkan kalian ibu dan anak kelaparan?"
"Memang tidak, tapi kami hidup pas-pasan dan harus berhemat! Aku malu kalau bertemu teman sekolahku dulu, mereka memakai baju bagus, perhiasan bagus, bahkan bawa mobil sendiri! Sedangkan penampilanku seperti pembantu rumah tangga!"
"Kau hanya memikirkan penampilanmu, apa kau memperhatikan Sung? Bagaimana sekolahnya dan bagaimana kebutuhan gizinya? Ibu macam apa kau?"
"Sung bukan balita lagi, dia sudah bisa mengurus dirinya sendiri!"
"Dia baru berusia 7 tahun..."
"Kau pikir selama ini siapa yang memasak untuknya makan? Mengantarnya ke sekolah, mengurusnya di rumah hingga ia sebesar ini? Kau?"
"Aku yang membiayai semua pengeluaran rumah ini dan biaya sekolah Sung!"
"Oh ya? Apakah kau sudah melunasi utangmu pada Ming untuk membayar uang sekolah Sung?"
"Jika bukan kau tidak menghabiskan uang tabungan, kita tidak perlu berhutang!" balas Singto geram. "Sudah, aku idak mau menghabiskan energi bertengkar denganmu!" ia berjalan melewati Pim menuju ke kamar mandi.
Melihat itu, Pim segera masuk ke kamar dan mengunci pintu. Singto yang selesai mandi menggedor pintu kamar dengan emosi.
"Buka pintunya Pim! Aku mau tidur!"
"Tidur saja di luar!" teriak Pim dari dalam ogah membukakan pintu untuknya.
"Kumohon Pim, aku minta maaf! Tolong biarkan aku masuk!" Singto mengubah nada bicaranya. "Pim...sayang...aku mencintaimu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Indonesia - The Day, Where We Forget Each Other (THE END)
WerewolfCharacater : Singto-Krist/Arthit-Kongpop ; Ming Genre : Werewolf/Mystery Spoiler : Singto adalah seorang perwira polisi biasa, juga suami dan ayah biasa. Suatu hari dia diselamatkan oleh seekor anjing serigala putih, dan perjalanan hidupnya yang t...