[19] Menjaga

1.1K 55 0
                                    

ABDILLAH

Bagaimana bisa mereka bebas? Ah aku lupa,sudah 2 tahun ini mereka mendekap di balik jeruji besi itu. Bagaimana pun aku harus benar-benar menjaga Tifa. Wanita yang tak pernah kalah dalam berbicara.

Buru-buru kuraih ponselku di saku kemeja batik unguku lalu menghubungi seseorang di seberang sana.

"Assalamualaikum,Wil."

"Waalaikumsal--YA ALLAH!!! INI ABDILLAH KAH??!!"

"Wil? Bisa dipelanin?"

Wildan tertawa sebentar dan melanjutkan omongannya. "Darimana lo tahu nomor gue?"

"Bukannya pas gue masih di Kairo lo ngasih nomor lo?

"BERARTI LO UDAH DI INDO SEKARANG!!! YA ROBBI!!"

"Wil,disana gak ada orangkan?"

"Kenapa? Lo kira gue udah nikah? Gue mah masih Jomblo,Wil"

"Gue pekak! Lo ngomong asal njeplak! Lo tau gak kalo telinga gue bermasalah gara-gara lo!"

"Muehehehe,jadi sekarang lo udah di Indo?"

"Hmm."

"Wah,ketemuan yuk."

"Lo gak kerja?"

"Ngajar sih di SMA Al-Hasyimiah. Tapi hari ini lagi off."

"Lah,sekolah calon adek ipar gue."

"YA ROBBI!! YA RASUL!! LO UDAH MAU NIKAH AB?!! GUE KEDULUAN DONG!! AAAAAA!!"

Jeritan Wildan dari dalam ponselku menarik perhatian orang-orang sekitar dan mengiraku sedang menelpon orang Rumah Sakit Jiwa.

"Wil,pelanin gak?"

"LO UDAH MAU NIKAH?!!"

"Kita ketemuan di Cafe di sebelah Kampus Muhammadiyah jam 2 gak pake telat. Telat,gak gue traktir."

"SIAP BOS!"

AUTHOR

Abdillah menyesap kopinya sedangakan Wildan memainkan ponselnya. "Jadi,lo udah lamaran sama Tifa?"

Abdillah mengangguk dan kini mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru Cafe. Cafe ini cukup ramai karena bersebelahan dengan kampus. "Kapan akad?"

"Rencana sih pas Tifa udah semester 3 sekitar 5 bulanan lagi tapi 'mereka' kembali,Wil."

Wildan yang sedang memainkan langusng mendingak dan menatap wajah Abdillah dengan tidak percaya. "Mereka? Siapa?"

"Fira,Fauzan dan Kathleen."

"Wah,perang dunia ketiga season 2 bentar lagi nih."

"Dan gue bisa minta tolong sama lo?" Abdillah berkata sambil menatap Wildan. "Apa?"

"Urusin Kathleen untuk sementara ini,jangan sampai dia ganggu gue dan Tifa. Gue mohon,Wil."

"Gue juga bakalan siap kalo lo suruh gue bawa dia ke dalam Islam,Ab." ucap Wildan sambil tersenyum hangat pada Abdillah.

Abdillah sedikit bingung dengan perkataan Wildan tapi setelah itu ia melanjutkan aktivitasnya sendiri.

Tifa sedang berjalan menuju Musholla kampus untuk sholat sekalian bertemu Faz karena tadi Faz mengerjakan tugas kuliahnya di perpusatakaan kampus.

Aku Kamu dan Allah [AKAS-1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang