[17] Ku Khitbah Kau (Special Part)

1.4K 51 2
                                    


Jika kamu mencintai Allah,kamu akan berbicara padaNya tanpa meminta apapun

Harap bersabar jikalau ada adegan Baper

---------------------------------------------

TIFA

"Mbak! Ih! Jangan dikucek-kucek matanya!" Fara mulai memperbaiki riasan yang ada di mataku. Aku sedikit risih dengan riasan ini karena aku tidak terlalu terbiasa.

"Gak usah diperbaiki,kalo dia ikhlas khitbah mbak gak liat dari cantiknya tapi karena akhlaknya" ucapku menghentikan pergerakan tangan Fara.

"Mbak udah gak benci lagi sama dia?"

Tanpa sengaja aku terbatuk di balik cadar abu-abuku. Ia langsung mengelus punggungku. "Tuhkan batuk,"

"Mentang udah hapal 23 Juz" lanjutnya sembari merapikan alat-alat make up yang ia pakaikan untukku.

Aku langsung terdiam,benar kata Fara. Apakah aku mulai menyukainya kembali?

Aku meraba sedikit jantungku, bahkan detakan lebih kencang daripada biasanya. Ya Rob,apakah engkau telah mengembalikan rasa itu? Tapi hamba takut,hamba takut bila ada hal buruk yang terjadi setelah ini.

"Tifa,yuk turun. Abdillah udah dateng" Umi membuyarkan lamunannya. Aku langsung menoleh ke arah Umi,Umi tampak bahagia. Seharusnya Umi sedih karena selama ini Umi benci pada Abdillah.

"Umi kenapa senang? Bukan seharusnya Umi sedih?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutku. "Benci karena apa nak? Seharusnya Umi senang karena ada seorang lelaki yang datang bertanggung jawab atas perasaanya sejak dulu,oke pasti kamu bingungkan? Iya dulu Umi gak suka sama dia,karena Umi takut anak Umi yang shalihah ini.." Umi memberi jeda 3 detik lalu melanjutkannya "..patah hati. Tapi Umi sekarang percaya,Abdillah lelaki yang bertanggung jawab nak," Umi mengelus lembut khimarku langsung mengecup sebentar.

Jujur,aku terharu. Selama ini,sikap bencinya Umi pada Abdillah karena takut aku patah hati. Maafkan Tifa yang selalu suudzon padamu,Umi.

"Pengen mewek Fara,Mi." Fara merusak suasana melowku dengan Umi. Umi malah memukul pelan pahanya,"Hush! Kamu ini! Cepat bikin minum sana. Nyantel aja kerjanya."

Fara yang dilakukan seperti itu langsung keluar kamar dan turun ke dapur untuk membuat minum.

Umi menggaetkan tanganku dengan tangannya. Mataku memanas. Apapun yang dilakukan Umi pasti untuk kebaikan anaknya. "Jangan nangis dong,masa mau jadi istri orang cengeng," ucap Umi ketika kami menuruni tangga rumahku.

"Ana Uhibbuka Fillah ya Umi. Maafin Tifa kalo selama ini Tifa suudzon sama Umi."

Umi hanya tersenyum lalu mendudukkanku tepat di samping Abi dan di depan Abdillah.

Dari ekor mataku,aku tahu jika Abdillah sedang menatapku dengan intens.

"Baiklah kita langsung ke intinya saja ya Pak Hafidz." Om Ali tampak mulai serius. Abi hanya mengangguk lalu tersenyum.

Setelah melihat respon Abi,Om Ali langsung menyuruh Abdillah untuk membicarakan hal yang membuatnya datang ke sini.

"Bismillahirrohmanirrohim. Tifa,seperti yang sudah saya katakan tadi siang di kampus,bahwa saya akan mengkhitbahmu malam ini. Kini saya akan bertanya padamu,"

"Maukah kamu menjadi makmumku untuk kubimbing ke Surga-Nya,Atifa Annur Farzana?"

Keringat dingin mulai membasahi telapak tanganku,aku meremas-remas gamis hijau tosca yang aku pakai. Bahkan untuk menelan saliva saja terasa berat. Aku masih memikirkan ancaman Kathleen. Sungguh aku sangat ragu untuk menerimanya.

Aku Kamu dan Allah [AKAS-1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang