03

2.4K 75 3
                                    

@author
Pagi ini, ayah dan ibu Guanlin akan memulai pekerjaan mereka setelah mereka mengambil cuti secara bersamaan. Mereka akan kembali ke Los Angeles dan akan menetap disana sampai natal tiba. Maka dari itu, Guanlin akan ditinggalkan bersama Seren.
"Kenapa kalian tidak membawa dia pergi bersama kalian?" Tanya Guan ketika mereka sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Dia itu milikmu,Guan. Kami membelinya untukmu." Jawab ayah Guan santai.
"Kau gila,Dad?? Dia itu manusia! Bukan mainan. Santai sekali kaumengatakan itu seolah olah dia tak berarti apa apa" kritik Guan ketus
"Kau baru saja membelanya son" ucap sang ayah membuat Guanlin tercekat.
"Aku mengatakan hal itu karena memang itu adalah fakta. Dia manusia dan dia memiliki martabat didunia ini." Jawab Guan.
"Listen,boy. Kami hanya prihatin padanya. Dia tidak memiliki ibu lagi, seperti yang pernah Dad ceritakan kepadamu, dan hidupnya juga sudah susah sejak ibunya meninggal. Kami hanya ingin dia memiliki hidup yang pantas diusianya yang masih muda" jelas sang ayah.
"Darimana kau menemukan kata kata itu? Itu bukan stylemu Dad" tanya Guan terkekeh geli
"Dari mom" jawab ibu Guanlin.
"Gadis itu sangat cantik,Guan. Persis seperti Marette. Dalam dirinya,aku menemukan Marette." Kata sang ibu sambil menerawang
"Dad, siapa Marette??" Bisik Guan
"Sahabat mommy, ibu dari Seren" balas ayah, Guan hanya ber-oh saja.
"Anak itu sangat malang, dan mom ingin, kau jangan menyakiti anak itu. Dia hanya gadis 17 tahun yang lemah. Dia masih shock dengan keadaannya sekarang, jadi mom mohon, sayangi dia" pinta ibu Guan
"Hey, sebentar. Jangan bilang kalian menjodohkan ku dengan gadis itu??"
Seketika kedua orangtua Guan tertawa
"Memangnya kau mau??" Tanya ayah Guan. Guanlin menggeleng keras.
"Kami bukan orangtua kolot, Guanlin. Kami tidak akan menjodohkan mu seperti orangtua konyol lainnya" ucap ayah Guan.
"Kami hanya menunggumu mendapatkan cinta yang tepat. Bukan Ji Hoon, tapi seorang wanita. Wanita yang benar benar hanya ada di mata dan hatimu. Wanita yang menggerakkan kinerja saraf kasih sayangmu, dan wanita yang bisa menutup mulut pedasmu" tambah sang ayah.
"Come on, Dad!! I'm not GAY " ucap Guan jengah
"Okay, fix, i surrender!!"
____

Sinar matahari menusuk kedalam mata Seren yang masih tertutup dan mengusik tidurnya yang nyenyak. Seren menggeliat kecil sebelum dia sadar dari tidurnya. Dia mulai membuka matanya dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya .
Dia menghela nafas. Dia belum mati. Dianya tidak dikabulkan oleh Tuhan. Dia masih harus menjalani hari harinya.
Kkrruukk ~~~
Perutnya memberontak. Sudah 2 hari dia tidak mengisi perutnya dengan makanan. Ini masih jam 6 pagi dan sepertinya belum ada orang yang bangun. Dia memutuskan untuk beranjak dari ranjang dan keluar dari kamarnya.
Ini pertama kali dia keluar dari ruangannya. Dia terkagum kagum akan rumah mewah yang ia tempati. Terkesan klasik dan nyaman. Tetapi dia tidak memiliki waktu untuk melihat lebih jauh isi rumah ini, perutnya benar benar harus diisi.
Dia melangkah kearah dapur dan mengecek kulkas. Dia tersenyum puas ketika melihat susu kotak dan roti kemasan tersedia didalam kulkas.
Dia mengambil keduanya dan menaruhnya di pantry. Dia mulai melahap makanannya tanpa menyadari seseorang melihatnya dari ruang tamu.
"Jadi kau lapar??"
Hampir saja roti yang di mulut Seren keluar saking terkejutnya
Itu Guanlin. Guanlin menatapnya seperti biasa dan melangkah mendekat. Seren mulai takut karena kejadian semalam, dia trauma membuat pria itu marah.
"i...iya" jawab Seren takut. Guanlin bisa merasakan itu.
"Kukira kau tetap kekeuh bertahan di dalam kamarmu sampai kau mati." Jawab Guan ketus. Dia mengambil susu kotak dan menuangkannya di gelas untuk dirinya sendiri.
"Tidak. Aku... lapar." Ucap Seren masih takut.
"Mulut Lantammu tidak bekerja ketika kau sedang lapar ya??" Ucap Guan sinis.
"Aku tidak mau membuatmu marah lagi" jawab Seren. Dia mencengkeram gelas susunya kuat.
"Why??" Tanya Guan
"Karena aku harus hidup."
Guan tertegun dengan jawabannya
"Ternyata aku memang harus hidup. Tadi saat aku menuang susu ini, aku mengingat kak Jae. Dia yang biasanya menuang susu kegelasku tiap pagi. Dan aku merindukan kak Jae"
"Aku juga memiliki dua sahabat yang sedang gelisah mencariku, dan berharap aku kembali, jadi..."
Seren menatap Guanlin
"Aku harus hidup"

___

"Hey, Guan!! Kenapa kau lama sekali??"
Ji Hoon menumbuk lengan Guan pelan.
"Sorry, ada urusan dirumah"
"Ayah dan ibumu sudah pergi bukan??" Tanya Daniel dan diangguki Guan.
"Kami sudah berencana akan traveling ke Rusia, kau mau ikut??" Tawar Ji sung
Guanlin berfikir sebentar. Dia tidak bisa meninggalkan Seren dirumah sendirian dalam waktu berminggu-minggu. Dan jika ayah ataupun ibunya tahu hal itu, maka tamatlah riwayat Guanlin
"Sepertinya aku tidak bisa" jawab Guanlin
"Why??" Tanya Woojin kecewa
"Yess!! Aku punya teman disini" pekik Seong woo senang
"Tumben kau tidak ikut, biasanya kau senang dengan travel" tanya Ji Hoon.
"Aku punya masalah dirumah, jadi aku harus bertanggung jawab" jawab Guan asal. Dia tidak bisa memberi tahu teman-temannya.
"Jadi, kau dan Seong woo akan tinggal disini, baiklah mari kita membuat rencana" tukas Daniel.
Ji Hoon menepuk bahu Guanlin, "bukankah hari ini ada seseorang yang harus kau kunjungi?? " Pertanyaan Ji Hoon membuat Guanlin terkesiap.
"DAMN!! Hampir saja aku lupa" ucap Guan sambil menepuk jidatnya.
Semuanya hanya menggeleng kepala melihat Guan yang aneh.

Guan sudah tiba di pemakaman. Pemakaman orang lama yang membuatnya gila. Dia tersenyum simpul melihat pemakaman itu.
"Genap 6 tahun. Sudah sangat lama, dan tak ada yang berubah" dia memulai percakapan tunggal bersama makam.
"Ayah dan ibu mengirimkan ku seorang gadis. Masih remaja berusia 17 tahun."
"Hidupnya sangat susah dan dia sangat bodoh. Kemarin dia bilang bahwa dia ingin mati saja. Aku ingin memakluminya, tapi setelah aku mengingat itu, aku menjadi marah."
"Tapi, tadi dia membuatku bingung. Dia katakan bahwa dia ingin hidup. Dia menjengkelkan sama sepertimu." Cerita Guan pada pemakaman itu.
Guan meletakkan bunga yang dibawanya ke pusara makam itu.
"Beristirahatlah. Kurasa hukuman nerakamu masih panjang, jalani saja karena itu resiko yang harus kau tanggung karena kebodohanmu."
Setelah mengatakan hal itu, Guan tak sadar bahwa ia meneteskan air matanya.
"Aku merindukanmu, tapi aku ingin pergi dari lingkaranmu. Aku ingin mendapatkan hariku yang baru"
___

 Aku ingin mendapatkan hariku yang baru"___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JI HOON FOR YOUR LOVE~~~~
😘😘😘

INNEFABLe[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang