08

1.7K 65 11
                                    

20:40
Sepertinya aku akan bertemu ajalku. Gadis itu memang benar benar gila. Sangat gila. Bagaimana bisa dia pergi seharian penuh dan mengikatku disini. Aku sudah hampir gila dan ingin mencabik cabik wajahnya yang menggemaskan itu.
Seharian penuh aku tidak memakan atau meminum apapun, bahkan aku tidak pergi ke kamar mandi. Aku hanya diikat. Dan tak bisa bergerak. Tulangku sudah remuk semua dan aku bersumpah akan menyiksanya kalau dia sudah sampai.
Cklek
dia sudah tiba? Jalang itu benar benar membuatku marah.
"Kak??"
Aku tidak peduli. Aku tidur saja. Kemarahanku sepertinya akan meledak.
"ASTAGA!!"

Anehnya, setelah dia menangis dan memelukku serta meminta maaf seperti ini, aku tidak bisa marah padanya. Disini aku juga salah dan dia juga salah.

"Aku tidak akan melukai fisikmu, Serena. Tapi aku lebih memilih nuansa intim" awalnya aku iseng ingin mengerjainya, tapi saat dia menyerahkan dirinya seperti itu, aku merasakan gairah yang luar biasa. Dia membuat konsistensi ku hancur.
Dan kebodohanku adalah mencium bibirnya.

Aku bodoh tapi aku menyukainya. Ini beda dari first kiss ku semasa remaja, yang dengan bodohnya kulakukan dengan orang yang bukan dari hatiku. Bodohnya aku yang tidak bisa mengendalikan diriku. Dia juga tampaknya tidak melawan. Itu membuatku semakin terpancing untuk membuatnya membalas. Tapi...
"Guan, Seren dimana? Ada roti dari ibu..... Maaf aku mengganggu kalian"
Sialan kau SEONG WOO!!!!
______

Pagi ini, suasana canggung yang terjadi dirumah Guanlin. Sejak malam itu, Seren malu bertemu dengan Guanlin. Dia juga malu pada dirinya sendiri yang ikut menikmati ciuman pertamanya yang sudah direbut oleh Guanlin.
Bodoh. Itu kata kata yang terus berputar diotak Seren.
Dia belum berani keluar kamar. Diluar ada Guanlin sedang menonton televisi.  Dan sialnya, handphone dan dompet Seren ada di kamar Guanlin. Dia ingin mengambil barangnya sejak tadi tapi dia terlalu takut.

Begitu juga dengan Guanlin. Sejak tadi, dia tidak menonton televisi, dia berada di depan pintu kamar Seren. Dia malu ingin mengetuk pintu kamar Seren. Dia hanya bolak balik seperti setrikaan di depan kamar Seren. Hingga akhirnya,
"Seren? Buka pintunya, ada telepon untukmu" ucap Guanlin saat melihat handphone Seren berbunyi menampilkan sebuah nama asing memanggil Seren.

Daehwi❤️

G

uanlin menunggu Seren keluar dari kamarnya beberapa menit. Setelahnya mereka bersikap canggung dan memberikan handphone pada Seren.
"Dari siapa kak?" Tanya Seren.
"Sepertinya pacarmu" ucap Guanlin memberi handphone pada Seren.
"DAEHWI!!!" pekik Seren dan langsung mengangkat telepon itu.
"Speaker kan!" Titah Guanlin menahan tangan Seren. Seren hanya menuruti dan segera menjawab telepon sahabatnya itu.
"Seren? Ini Seren kan??" Tanya seseorang yang bernama Daehwi
"Daehwi!!! Iya ini aku Serena" jawab Seren antusias.
"Jinyoung!! Nomor Seren sudah kutemukan!!!" Teriak Daehwi
"Jinyoung!!! Daehwi!!!" Panggil Seren menangis kencang. Dia tak bisa menahan kerinduannya pada sahabatnya itu.
Guanlin yang melihat Seren menangis mengulurkan tangannya untuk memegang gadis itu dan membawanya duduk.di sofa ruang keluarga. Dia mematikan televisi dan kembali terfokus pada telepon Seren.
"Seren? Kau ada dimana? Kami mencari mu kemana mana. Kami... Aish.."
"Seren? Beritahu kami keberadaanmu, kak Jae tidak bisa dihubungi dan kami habis dihajar ayahmu saat kami mencarinya kerumah" kedua orang itu juga tampaknya tak bisa menahan air matanya seperti Seren.
Seren makin menangis keras. Dia sulit berbicara karena tangisnya tak bisa dibendungnya.
Guanlin berinisiatif mengambil alih handphone Seren dan mencoba berkomunikasi dengan orang di telepon ini.
"Halo? Maaf saya mengambil alih. Nama saya Guanlin. Sekarang Seren berada bersama saya di Taipei. Keadaannya baik baik saja, tapi sekarang dia masih menangis,
Aku tidak tahu harus bagaimana kalau kalian semua menangis" ucap Guanlin.
"Kau siapa? Kau yang menculik Seren?? Aku akan melakukan panggilan video, jangan kabur kau" ucap seseorang dengan suara lebih berat dan mematikan teleponnya.
"Dasar anak remaja jaman sekarang" gumam Guanlin. Dia melirik kearah Seren yang masih sesenggukan.
Guanlin merangkul Seren dari samping.
"Tenanglah. Bagaiman kau bisa berbicara dengan sahabatmu kalau kau masih menangis." Ucap Guanlin seraya menepuk pelan bahu Seren.
Tapi perlakuan pahit yang Guanlin dapatkan. Tangannya ditepis dan Seren mengambil handphone yang dipegang Guanlin.
"Ini semua tidak akan terjadi jika keluargamu tidak membeliku!!" Ketus Seren dan pergi ke kamarnya.
Guanlin tertegun. Dia tidak menyangka.
"Sebegitu bencinyakah?" Gumam Guanlin dan tertawa kecil.
______

INNEFABLe[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang