22

749 43 0
                                    

Tuhan itu maha adil dan dia tidak akan menguji umatnya diluar batas kemampuannya.
.
.
.
.
.

Seren menengadahkan kepalanya. Dia mencoba mencari udara segar di sekitar pekarangan di halaman belakang rumah yang mereka tinggali.
Dia sedang bersama Samuel saat ini. Sejak kedatangan Seren, Samuel selalu ada bersamanya dan selalu menemaninya. Seren tidak mempermasalahkan hal itu karena Samuel juga sangat baik padanya dan ramah tentunya. Tapi pernah sekali, Seren meminta Samuel untuk membantunya menghubungi kekasihnya, Guanlin, Samuel sangat marah. Dia tidak suka jika Seren berusaha menemui orang di masa lalunya.
"Im your future, Seren. You can ask me to be your boyfriend. Cause i've already to do it. And one thing! Don't try to leave me."
Samuel selalu berkata seperti itu. Dengan cara apapun Seren membujuknya.
Kali ini Seren bingung. Antara dia ingin menyerah atau berjuang. Dia butuh ketenangan. Karena rasa sakit dan rasa rindunya sangat besar saat ini.
"What do you think now? Don't hurt yourself. How about refreshing today? Aku bosan berada dirumah." Ajak Samuel. Seren melihat kearah Samuel.
"Stay at home ia the best refreshing in my mind" ucap Seren.
Samuel memperhatikannya Lamat Lamat.
"Bagaimanapun caramu untuk menghindar dariku, kau pasti tidak akan bisa. Kau sudah membuatku tertarik padamu walaupun ini masih hari ke 3 kita bertemu." Bisik Samuel pada Seren.
Seren bergidig ngeri. Samuel memang baik padanya. But, that's not a reason untuk Seren mau menerima hati Samuel. Seren sudah terlalu jatuh kedalam pesona seorang Guanlin.
"Thank you Samuel." Ucap seren dan tersenyum lembut.
Samuel mengelus kepala Seren lembut. Dia menyalurkan kasih sayangnya kepada Seren. Dia tau belum waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya. Dia masih butuh waktu pendekatan dengan Seren. Di situasi seperti ini, pendekatan lah langkah yang paling dibutuhkan.
"Kau tidak lapar? Aku akan membeli makanan"
Seren mengangguk dan beranjak dari tempatnya. Dia kembali kedalam rumah sedangkan Samuel pergi ke market terdekat untuk membeli beberapa makanan.

Seren menghempaskan tubuhnya ke kasurnya. Dia masih merana.
"Guanlin sedang apa? Pasti dia tau kalau aku hilang" ucapnya dalam hati.
"Daehwi dan Jinyoung ada dimana? Apa mereka sudah pulang ke Gotham?"
"Apa kak Jae tau kalau aku dijual ayah lagi?"
"Apa kak Jae mencariku? Apa Guanlin mencariku?"
Secara tak sadar, air mata Seren sudah mengalir deras. Seren tak bisa memungkiri bahwa hatinya sangat sakit.


Lain lagi dengan Jaehwan dan Guanlin.

Dor...

"Sialan"

Darah mengucur dari bahu Guanlin. Dia segera menarik Jaehwan keluar dari rumah itu. Dia takut akan ada bahaya lain sebelum mereka tiba di bandara.
"Apa lenganmu sakit?" Tanya Jaehwan
"Bodoh! Untuk apa kau bertanya lagi? Ini sangat sakit, pelurunya tertanam" erang Guanlin masih memegangi bahunya.
"Aku kira kau sudah biasa menahan sakit, mengingat kau sangat lancar menggunakan pistol seperti tadi" jawab Jaehwan.
"Aku memang bisa menggunakan pistol, tapi aku belum pernah terluka"
Jaehwan hanya mengangguk saja. Dia membawa Guanlin ke halte terdekat. Dia mengeluarkan peralatan dari tasnya dan mulai membantu Guanlin mengeluarkan peluru di bahunya.
"Arggghhhh sakit BITCH!!!" Teriak Guanlin.
"Jangan membuatku menamparmu!! Aku sedang fokus" bentak Jaehwan lagi. Kini Guanlin hanya bisa diam.
Peluru itu berhasil keluar dari bahu Guanlin. Sekarang tinggal proses menjahit saja.
"Kau tampak terbiasa dengan hal seperti ini, kau juga tampak tenang"
Jaehwan menyeringai.
"Pekerjaan Ki memang seperti ini. Aku menangkap mafia dan harus terluka. Aku bersekolah di bagian khusus kriminalitas dibawah organisasi khusus di California" jelas Jaehwan.
Guanlin tercengang. Bagaimana bisa dia meremehkan seseorang seperti Jaehwan.
"Luka seperti ini juga sudah biasa ditubuhku. Ini tidak membuatku panik lagi. Tapi perangkap tadi benar benar hal baru untukku." Ucap Jaehwan.
"Aku hanya memikirkannya berdasarkan feeling. Aku seperti merasa sedang diawasi. Dan aku seperti melihat dinding yang terkelupas di pojok ruangan." Ucapnya.
"Pastilah kau sangat jenius," Guanlin yang dikatakai begitu hanya bisa tertawa kecil

Tiba tiba bus yang menuju bandara datang. Jaehwan langsung mengambat bus tersebut dan masuk kedalamnya.
"Kita akan menuju bandara. Kita akan ke LA" ucap Jaehwan.
Guanlin mengangguk.
Dia bersandar pada kursi bus. Menutup matanya.
Betapa dia sangat merindukan Seren.
"Apa Seren diperlakukan dengan baik?"
"Apa Seren aman Disana?"
"Apa ada pria lain yang mengganggunya?"
" Apa mereka memberi Seren makan?"
"Apa Seren memikirkan dirinya?"
"Apa Seren merindukannya"
Guanlin selalu bertanya tanya seperti itu dalam hatinya. Kepalanya berat hanya memikirkan itu.

Karena sekarang rasa rindunya pada Seren sudah sangat besar.

Tapi apapun yang terjadi mereka akan segera bertemu.

Apapun yang terjadi...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Janji deh bakal double update..

Sabar ya teman teman ^^

INNEFABLe[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang