21

861 60 10
                                    

❤️ ga terima siders Kaka Kaka cantik dan Abang Abang ganteng ❤️
Tinggal pencet bintang di pojokan langsung dapet jodoh kaya Kakanda Jihoon 😘😘
.
.
.
.

Disini lah guanlin dan Jaehwan. Di depan kediaman keluarga Kim. Di depan sebuah gerbang yang ditengahnya terdapat tulisan bahwa rumah itu sudah disita oleh pihak bank xxx
"Yakin, ini rumahnya?? Jangan jangan lupa lagi" cibir Guanlin masih memandangi rumah yang terbilang besar itu.
"Bagaimana mungkin aku melupakan rumahku. Itu mustahil." Balas Jaehwan melakukan hal sama dengan Guanlin.
"Disita? Yang benar saja" tambah Jaehwan. Dia berjalan kearah pintu gerbang dan membukanya. Jaehwan langsung saja masuk diikuti dengan Guanlin.

"Mereka benar benar pindah," celutuk Guanlin saat mereka melihat keadaan rumah sudah kosong.
"Ayahmu sungguh luar biasa gila. Sama seperti Seren" tambah Guanlin lagi.
Jaehwan tertawa kecil.
"Apa serenku banyak mengganggu mu??" Tanya Jaehwan. Guanlin mendelik tak suka kala Jaehwan memanggil Seren dengan embel embel -ku. Itu membuat Guanlin sedikit panas.
"Sangat mengganggu. Dia mengacau kehidupanku. Dan perlu dikoreksi bahwa Seren sudah menjadi milikku. Dia kekasihku" ucap Guanlin secara gamblang.
"Sudah kuduga itu akan terjadi, adikku memang sangat mempesona dengan caranya sendiri" jawab Jaehwan santai. Gaunlin tidak membantah. Perkataan Jaehwan memang benar adanya.

"Lalu kemana kita akan mencari Seren??" Tanya Guanlin
Jaehwan tampak diam sebentar.
"Akupun masih bingung. Ini terlalu mendadak. Bahkan aku sama sekali tak kepikiran untuk mengawasi gerak gerik pria tua itu. Dia terlalu misterius" ucap Jaehwan.
"Aku ragu apa kalian ini anaknya atau tidak"
"Kami tidak terlalu dekat, kalau kau mau tau" Guanlin hanya manggut-manggut.

Jaehwan langsung saja melesat ke ruangan yang dulunya merupakan kamarnya. Dia melihat ruangan itu sudah sangat bersih dan kosong. Dia merasa aneh. Bukankah seharusnya semua barang barangnya masih ada kalau rumah hanya disita? Sejak tadi dia memikirkan hal itu. Dia merasa ada yang aneh. Dia memandangi seluruh ruangan dengan seksama.
"Jadi, apa yang ingin kau lihat di ruangan kosong ini?" Tiba tiba Guanlin muncul dari pintu.
"Tidakkah kau merasa aneh dengan rumah ini?" Tanya Jaehwan.
"Aku juga berpikiran sama dengan apa yang kau pikirkan," ucap Guanlin menyenderkan tubuhnya di pintu.
"Dan kurasa gen kalian memang tercipta memiliki gerakan yang lambat, aku jadi lebih dulu mendapatkan sebuah informasi" ucap Guanlin.
Sebenarnya Jaehwan sedikit tersinggung, dia bukan orang lambat. Dia memiliki gen ibu sepenuhnya. Dia calon detektif di sebuah organisasi terkenal di California. Dia mendapatkan nilai A setiap tahunnya dan mendapat penghargaan untuk mahasiswa cekatan dan terampil. Itu membuktikan bahwa dia bukan otak dungu seperti ayahnya. Tapi karena diakhir kalimat Guanlin mengatakan dia mendapat informasi, jadi Jaehwan menepisnya sementara
"Tell me" ucap Jaehwan.
Guanlin tidak menjawab dia hanya melenggang pergi dan memberi kode agar Jaehwan mengikutinya. Ternyata mereka pergi ke kamar ayah Seren.

Terkejutnya, jaehwan melihat ruangan itu masih utuh dan belum ada yang tersentuh. Semua barang masih berada Disana.
"Ayahmu tidak cerdik, ckck" cibir Guanlin lagi. Jaehwan tidak peduli. Dia langsung melesat menuju brankas sang ayah. Dia mengeluarkan beberapa peralatan dari tasnya yang sudah dipersiapkan sejak dulu. Iya dulu, saat dia masih berada dirumah ini, dia selalu berusaha membuka brankas tapi selalu ketahuan oleh ayahnya.
Dia mulai serius mengutak Atik alatnya dan berusaha membuka brankas. Guanlin hanya melihat ala yang Jaehwan lakukan sekalian memeriksa keadaan sekitar.

Cklek..

Jaehwan tersenyum puas. Dia melihat kearah Guanlin yang masih kaget.
"Aku tak selambat yang kau kira, kid. Jadi jangan pernah menganggapku remeh" ucapnya.
"Aku tidak menganggapmu remeh. Aku hanya mencibir ayahmu dan gen kalian"
"Itu sama saja bastard." Akhirnya seorang Jaehwan mengumpat. Dia sangat jengah dengan mulut Guanlin.
"Kuperingatkan lagi, aku bukan kid. Kita sebaya for your information" ucap Guanlin lagi.
"Shut up kid!!! Please" akhirnya Guanlin bungkam.
Jaehwan sangat puas melihat tumpukan kertas masih setia ditempatnya. Dia memindai dengan cepat isi isi dari kertas tersebut. Hingga akhirnya,
"I think this is look so weird" ucap Guanlin. Dia mengambil amplop besar berwarna coklat dengan perangko yang bisa dilihat berasal dari LA.
"Why you said it weird?"
"I just say what i fell"
Mereka membuka isi amplop itu dan benar saja. Itu memang aneh dan memperjelas tujuan mereka. Di dalam amplop itu ada handphone, dompet, beserta paspor milik Seren. Mereka juga menemukan kontrak pelunasan hutang dengan jaminan nya adalah Seren.
"Fuck!! Kenapa harus LA??" Umpat Guanlin.
"Why?"
"Orangtuaku berada Disana, mereka akan memarahiku karena tidak bekerja"
Jaehwan mendengus kesal.
"That's why i call you kid. If you can't go with me, just comeback to your town and go to your office" ucap Jaehwan.
"No, Seren its my priority. Let me go with you"
Jaehwan mengambil semua berkas itu dan menyimpannya dibalik jaketnya. Entah kenapa dia merasakan perasaan tidak enak. Bagaimana bisa mencari info seperti ini bisa sangat mudah. Jadi dia harus tetap was was.

"Let's go, we don't have much time"

Mereka berjalan keluar dari ruangan itu. Jaehwan tetap was was. Dia merasa ada yang aneh. Ruangan ini kosong tapi seperti ada yang mengawasi.
"Don't panic. Itu Will be save" bisik Guanlin. Jaehwan tidak mengerti tapi detik berikutnya dia kaget karena Guanlin mengambil pistol dari balik saku tubuhnya dan mulai menembaki dinding yang ada Disana. Anehnya dinding yang seharusnya terbuat dari semen bisa menimbulkan pecahan kaca dan memperlihatkan banyak orang berkeluaran dari tempatnya.

Jaehwan dengan sigap menggunakan pistolnya yang satu lagi dan menembaki semua orang seolah olah mereka sedang berada di dalam game. Beruntungnya mereka sangat handal menggunakan pistol. Jadi walaupun terjadi baku tembak, mereka bisa menghindarinya. Semua pasukan semakin lama semakin sedikit.

Guanlin yang sedang sial karena persediaan peluru pistolnya habis terpaksa melawan mereka dengan baku hantam. Guanlin memang jago dalam hal berantam. Tangan kurusnya mampu menghantam rahang sampai retak.  Satu persatu lawan mulai menyerah. Hingga akhirnya mereka semua terkapar dengan banyak darah disekitar mereka. Jaehwan sudah selesai dengan baku tembaknya. Dia membantu Guanlin dengan pria bertubuh gempal dengan menendang alat kelaminnya keras. Setelah itu dia menembakkan kearah tendangannya tadi. Seketika Guanlin bergidig ngeri.
"Jangan seperti wanita, kau seharusnya tidak menyerang itu, kau tau seberapa hebat sakitnya kan?" Ucap Guanlin.
"Aku tau, daripada aku capek, lebih baik aku menyerang intinya agar lebih cepat" ucap Jaehwan dan melangkah kearah pintu depan.
Guanlin menyusul dari belakang.

Mereka tidak menyadari bahwaasoh ada satu lagi pria yang masih sadar. Pria itu merebut pistol dari saku celana temannya yang sudah terluka dan membidik kearah Guanlin. Matanya sudah mulai mengabur karena rasa sakit di dadanya. Tapi..

Dor.....


























































"Sialan"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Masih pengen ngegantungin :'(
Hehe, biar makin seru aja ya gais 😪😪

Keep vote and comment ya ❤️❤️❤️
Aku sayang readers semua 😘😘
.
.
.
Btw aku bakalan ganti cover sama judulnya, tapi lagi tahap pembuatan jadi jangan kaget kalo tiba tiba berubah... 😊😊

Minhyun killing me so bad 😭😭😭
Bapak kesucian yang sudah tak suci
.
.
.
(Dosa ga sih kalo gua biasin Minhyun juga?)

INNEFABLe[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang