02

3K 76 3
                                    

"mom, dad, jangan seperti ini"
Aku masih sangat shock saat ayah dan ibu memutuskan untuk membeli seorang gadis untukku.
"Kami sudah memutuskan, Guan. Kami membelinya agar kau memiliki teman." Ucap ayah
Aku merasa jengkel dengan ayah. Dia mengetahui bahwa aku memiliki banyak teman, tapi apa yang dimaksud agar aku memiliki teman??
"Aku rasa aku memiliki cukup teman. Aku punya jihoon, woojin, Ji-Sung, , Daniel, Seung woo dan juga Seung won. Lalu apa yang kurang??"
"Kau bilang jihoon?? Bukankah dia pacarmu??"
What??
"Maksudmu apa dad?"
"Kau bilang jihoon temanmu?? Apakah teman saling berpelukan? Bahkan mencium pipi?? Itu bukan teman, Guan. Kalian terlalu intim untuk menjadi teman"
Aku tak menyangka kedua orangtuaku bisa seperti ini
"Kalian terlalu bodoh dan kuno. Kalian pikir aku dan jihoon berpacaran sedangkan kami sejenis?? Pikiran kalian terlalu kuno. Aku malu punya orangtua seperti kalian." Kesalku
"Lai Guan Lin jaga ucapanmu. Kami ini orangtuamu!!" Kritik ibu.
"Salahkan diri kalian yang berfikir terlalu pendek,"ketusku
"Pokoknya kami sudah memutuskan! Gadis itu akan tiba sore ini, dan bertingkah sopan lah. Walupun dia lebih muda darimu, tapi tunjukkanlah bahwa kau pria dewasa. Kami tak menerima penolakan lagi." Final ayah.
Damn!!
___
Namaku Lai Guan Lin. Anak tunggal dari pengusaha tersukses di Taipei. Saat ini usiaku sudah 20 tahun. Dan ini tahun pertamaku kembali ke Taipei setelah aku menyelesaikan pendidikanku di California. Apa yang ayah katakan tadi, semuanya salah. Aku bukan GAY!!Aku pria normal. Hanya saja, aku kurang senang bergaul dengan wanita. Mereka merepotkan dan hanya membuat pria terluka. Dulu aku memang pernah berhubungan dengan wanita. Ketika aku kelas 3 SMP. Tapi dia hanya terus melukaiku sampai aku lelah. Aku cenderung pendiam dan cuek. Aku tidak perduli dengan keadaan disekitarku, karena itu memang tidak menguntungkanku. Sampai aku bertemu beberapa teman di universitasku. Mereka adalah orang yang kusebutkan tadi. Ada yang berasal dari Amerika seperti Daniel, dan ada yang dari Jepang seperti Minhyun, dan sisanya adalah orang Korea.
Jihoon adalah teman pertamaku. Aku bertemu dengannya di bandara. Kami menjadi akrab karena kami tinggal di gedung apartemen yang sama. Jihoon itu orangnya sangat imut. Semua yang mmperhatikannya pasti akan terkejut saat melihat dia menjadi mahasiswa, itu karena wajahnya masih seperti
anak SMP

 Semua yang mmperhatikannya pasti akan terkejut saat melihat dia menjadi mahasiswa, itu karena wajahnya masih sepertianak SMP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kami sangat dekat dan aku menganggapnya seperti saudara laki laki karena kebetulan dia lebih tua daripada aku. Dia sangat humble dan enak diajak berbicara, itu yang membuat kami sangat dekat daripada yang lain. Tapi dugaan ayah sangat menyakitkan. Aku pria normal yang masih mau diajak menonton film biru bersama seung-woo dan seung-won.
Aku masih pria normal yang masih mau diajak clubing bersama woojin,
Dan tentunya aku masih pria normal yang sudah pernah berhubungan intim dengan wanita, Ji Hoon juga seperti itu.
Jadi perlu diingatkan bahwa aku bukanlah GAY!!
Dah tadi, ayah mengatakan bahwa dia membeli seorang gadis untukku. Itu konyol! Aku mendengar kronologisnya bahwa dia adalah anak seorang pengusaha miskin di Boston yang terlilit hutang pada ayah yang jumlahnya sangat besar. Ketika ditagih, dia tidak bisa membayar, dan ia menawarkan anaknya untuk dijual untuk melunasi hutangnya tersebut.
Ayah yang gila memang, maka dari itu, ayah dan ibu yang sangat iba kepada gadis itu membelinya dan menganggap hutang tersebut lunas.
Gadis itu telah kehilangan ibunya dan baru saja kehilangan saudara laki lakinya yang kabur dari rumah.
Tapi aku merasa jengkel, kenapa ayah tidak langsung melunasi nya saja?kenapa dia harus menyetujui untuk membeli anak itu? Bukankan itu ilegal??
___

Gadis itu membuatku gila. Dia hanya terus menangis bahkan pagi ini. Dia sudah kuperingatkan tapi dia malah memberontak.
Seperti pagi ini....
"Hei crazy girl!!! Come out!! Your breakfast ready here,"
"LEAVE ME YOU SUCH A GIGOLO!!"
lihat saja reaksinya, dia terlalu berlebihan bukan. Aku sudah tidak tahan ingin merobek mulutnya yang tajam itu.
"Aku menyuruhmu makan! Aku sudah berbaik hati kepadamu dasar binatang!!!"
"Aku tidak akan makan!! Aku ingin mati saja!!" Ucapnya. Aku tertegun melihatnya mengeluarkan benda tajam itu dari dalam bajunya.
Dia membawa pisau itu ke pergelangan tangan kirinya.
Aku hanya menyeringai.
"Lakukan saja, kau kira aku akan mencegahmu? Aku bahkan tidak perduli kau hidup atau tidak. Aku hanya disuruh memberitahukanmu bahwa sarapanmu sudah siap" jelasku.
"Aku tidak butuh rasa peduli kalian. Dari awal aku hanyalah orang yang kalian beli. Aku ingin mati saja"
Aku hanya pergi dari ruangannya. Mungkin membantunya cepat mati adalah ide bagus.
Aku mengambil pisau daging dari laci pisau di dapur. Aku membawanya keruangan gadis itu.
"Kau bilang kau mau mati kan??" Tanyaku sambil menyodorkan pisau itu.
"Ambil pisau ini" suruhku padanya. Dia terlihat takut dengan pisau yang kusodorkan.
"KUBILANG AMBIL PISAU INI!!!!" pekik ku marah.
Dia berteriak ketakutan. Aku tertawa dengan sifatnya ini.
"ASTAGA GUANLIN!!!" ibu dan ayah yang mungkin mendengar keributan kami datang kebawah.
"KUBILANG AMBIL PISAU INI SIALAN!! kenapa? Kau takut? KAU BILANG KAU MAU MATI!!" Teriak ku lagi.
"HENTIKAN GUANLIN!!! apa yang kau lakukan??" Cegah ayah
Aku meelmpar pisau daging itu kearah lain. Aku menatapnya tajam.
"Dia yang bilang kepadaku kalau dia ingin mati" ucapku. Dia tambah menjerit menangis.
Aku tidak mengerti wanita. Mereka memuakkan dan merepotkan.
Aku melangkah pergi dari ruangannya, dan mengatakan satu hal
"Kalau kau tidak menghargai hidupmu lagi, lebih baik kau mengadu pada Tuhan dan katakan padaNya untuk mencabut nyawamu. Jangan malah menyakiti dirimu sendiri, dasar manusia bodoh!! Seharusnya kau tak pernah dilahirkan ibumu"

___

Hatiku sakit. Sangat sakit. Dia menyakiti hatiku dengan perkataan pedasnya. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah Pisau yang bahkan lebih tajam dari yang membuatku berdarah sekarang.
Tapi dia benar. Seharusnya aku tidak melakukan hal ini. Aku hanya perlu memintanya untuk menarikku kembali.
"Maafkan Guan, sayang, dia memang sangat sensitif jika mengenai hal seperti ini." Ucap wanita yang kuduga adalah ibu pria itu.
"Jangan lakukan hal ini lagi, atau kami akan menyiksa ayahmu" ucap pria tua itu. Aku mendongak menatapnya
"Lakukan apa saja kepadanya, karna aku lebih senang melihatnya menderita" ucapku
Karena aku benar benar serius dengan perkataan ku.

INNEFABLe[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang