Part 22

41 12 0
                                    

Langit mendung, gelap menampakkan dirinya. Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi tanah.

Sesaat tadi dia masih sabar menunggu redah nya hujan tetapi bukan nya berhenti, hujannya malah makin deras membuat dia mau tak mau harus menembus hujan.

Salahkan aurel yang selalu tidak membawa payung, dia selalu malas memasukkan payung kecil nya kedalam ransel.

Dan saat ini, dia harus menembus dinginnya hujan.

Kenapa? Mungkin karena aurel takut mamanya marah lagi, walau dia tau mamanya akan tetap marah dengan apapun yang dilakukan aurel.

Aurel terus berlari di bawah guyuran hujan, tidak peduli tubuhnya yang sudah basah kuyup.

Yang penting baginya sekarang adalah sampai ke rumahnya dan mengganti seragamnya yang basah membuatnya kedinginan.

Aurel menghela nafas lega sesaat dia sudah sampai di depan gerbang rumahnya.

Untunglah posisi halte tidak terlalu jauh dengan rumahnya.

Dia membuka gerbang dan berlari membuka pintu rumah.

Aurel memasuki rumahnya dan langkahnya terhenti melihat Adik dan mamanya yang tengah menonton televisi.

Chaca yang menyadari itu, menoleh dan tersenyum sinis pada aurel.

"Wah, ternyata gembel main hujan mah." Ejek Chaca mengadu pada mamanya.

Fokus Rani beralih pada aurel yang masih diam dengan seragam yang basah kuyup.

Aurel bisa melihat mamanya memberikan tatapan tajam padanya membuat dia menunduk.
"Kamu jangan main hujan." sahut mamanya membuat aurel mendongak tidak percaya jika mamanya menghawatirkannya.

Aurel tersenyum, dia bahagia mendengar ucapan mamanya tetapi itu tidak berlangsung lama.
"Nanti kamu sakit, saya juga yang repot ngeluarin uang buat kamu yang gak penting sama sekali." Lanjut Rani dengan datar.

Deg

Senyum aurel luntur. Hatinya mencelos, dia seharusnya tau diri akan hal itu.

Karena mamanya tidak akan pernah menghawatirkannya, mungkin jika aurel mati pun dia tetap tidak peduli.

"Iyanih ma. Jangan buang-buang uang buat dia mah." sahut Chaca.

Aurel mengalihkan tatapannya pada chaca yang masih tersenyum sinis mengejeknya.

"Iya sayang, Mama juga Gak mau ngeluarin uang buat dia" Ucap Rani lembut seraya mengelus rambut Chaca pelan.

Tatapan rani beralih pada aurel dan sekarang wajah datar yang ditunjukkannya.

"Udah sana ganti baju kamu." Suruh Rani datar.

"Hus hus, sana lo gembel." timpal chaca.

Aurel menunduk mulai berjalan menaiki anak tangga yang akan menuntunnya ke kamarnya.

Setitik air mata lolos dari pelupuk matanya, tetapi dia dengan cepat menghapusnya.

Tak ingin merasa kedinginan karena bajunya yang masih basah, aurel segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.

Waktu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang