Part 21

46 9 1
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua siswa-siswi mulai berkeluaran dari kelas setelah guru yang mengajar keluar terlebih dahulu.

"Lo gak pulang bareng aurel, vin?" Tanya Galen tiba-tiba.

Alvin menoleh dan mengedikkan bahunya acuh.

"Nggak." jawab nya singkat.

"Tapi dia udah jadi pacar lo, seharusnya lo bisa ngerubah sikap lo vin." Nasehat Galen.

Setelah meninggalkan aurel di uks tadi, alvin kembali ke kelasnya. Dia sudah menceritakan kalau dia dan aurel sudah resmi jadian. Bukan Alvin yang ingin bercerita sebenarnya, tetapi karena desakan sahabat-sahabat nya itu membuat dia mengalah.

"Gak peduli." Ketus alvin.

Tak ingin mendengar ocehan sahabat nya itu, alvin segera berlalu meninggalkan mereka.

"Aku takut si alvin emang gak bisa buka hati sama orang lain." sahut Bryan menatap punggung alvin yang sudah menghilang di balik pintu.

"Kita lihat aja dulu. Mungkin nanti alvin bisa berubah" Ucap Galen.

"Iya, semoga dia bisa berubah jadi power rangers" Sahut Bima.

Ucapan bima sontak membuat mereka melongo menatap bima.

"Gilak kau." Ucap bryan seraya menoyor kepala bima.

Bima meringis dan mengerucutkan bibirnya seperti bebek membuat mereka tertawa.

"Pulang aja yuk, tinggalin dia." Ajak Nathan seraya mendorong Bryan dan Galen.

Mereka meninggalkan bima sendirian di kelas tidak peduli bima yang terlihat kesal mengejar dan memanggil nama mereka.

-

"Aurel lo bareng kak alvin?" Goda vani.

Aurel memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam ransel tidak peduli dengan vani yang terus saja menggodanya sedari tadi.

"Cie yang udah gak jomblo. Bisa pergi pulang bareng deh." Vani terus menggoda.

Raini dan audrey tertawa melihat ulah vani yang Bisa membuat aurel salah tingkah.

"Keluar yuk." Ajak Aurel setelah selesai memasukkan peralatan nya.

"Yuk." Jawab mereka serempak.

Mereka terus berjalan dan sesekali tertawa karena godaan vani atau perdebatan antara vani dan raini.

"Ehh, itu bukannya kak alvin yah?" Tunjuk Audrey pada alvin yang berjalan menuju parkiran sekolah.

Pipi aurel memanas karena setiap dia melihat alvin, dia akan mengingat kejadian di uks tadi.

Walau itu sangat tidak romantis, tapi aurel senang karena statusnya sekarang adalah pacar alvin.

"Yaudah sana rel, pulang bareng sama kak alvin." Ucap vani mendorong Aurel.

"Apasih van, Gue Malu" Jujur aurel.

"Udah sana rel, gue tau lo pengen pulang bareng kak alvin." Sahut Raini.

"Serius nih, gue kesana?" Tanya aurel ragu.

Vani,Raini dan Audrey menggangguk serempak.

"Cepet aurel" Suruh Raini tak sabaran.

"Sabar elah, Udah cantik belum?" Tanya aurel setelah merapikan rambut dan seragamnya.

"Udah sana." ucap Vani mendorong aurel.

Aurel berjalan menuju alvin, sesekali dia menoleh kebelakang melihat sahabatnya mengacungkan jempol dan berusaha menyemangatinya.

Aurel menghela nafas pelan, jaraknya masih jauh dengan alvin tetapi dia sudah sangat gugup.

Tiba-tiba langkah aurel berhenti melihat pemandangan yang tak jauh di hadapannya.

Aurel meremas rok disampingnya, dia menahan sesak yang menjalar di hatinya.

"Alvin." Teriak cintya.

Alvin menghentikan langkahnya saat mendengar suara familiar yang memanggil namanya.

Alvin berbalik menatap cintya yang masih berjalan mendekat ke arahnya.

Wajah datar alvin berganti dengan senyum manisnya jika bersama cintya.

"Kenapa vale?" Tanya alvin khawatir.

Jujur saja, alvin masih selalu khawatir pada cintya. Tidak peduli gadis itu sudah memiliki kekasih toh mungkin cintya bisa berbalik dan lebih memilihnya.

Alvin seolah lupa apa yang terjadi dan apa yang dikatakan cintya yang membuat hatinya sakit tadi.

"Aku mau minta maaf." ucap Cintya pelan.

"Gak papa kok, lagian aku juga yang salah gak bisa mengerti sama perasaan kamu." Ucap alvin lirih.

Hening. Cintya tidak menjawab, dia lebih menunduk.

"David mana?" Tanya Alvin mengalihkan pembicaraan.

"David pergi katanya ada urusan." Jawab cintya pelan.

"Jadi dia ninggalin kamu?" Tanya alvin dengan suara yang menunggi.

Cintya tersentak. "Kan dia punya urusan vin. Aku bisa ngerti kok."

"Setidaknya dia bisa ngantar kamu pulang dulu baru pergi." ucap alvin masih tidak terima.

"Gak papa kok vin, aku yakin urusan dia saat ini mendesak." ujar cintya tetap membela kekasihnya.

Alvin menghela nafas pelan. "Yaudah kamu balik bareng aku."

"Gak usah vin, aku bisa pulang sendiri kok" Tolak cintya halus.

"Gak ada bantahan." Tegas alvin menarik tangan cintya membawanya ke parkiran sekolah.

Alvin segera mengambil motornya dan memasangkan helm pada cintya dengan mesra.

Alvin melajukan motornya keluar gerbang sekolah setelah cintya sudah duduk diboncengannya dan memeluk perutnya.

Alvin tidak melihat aurel berada tidak jauh dari tempatnya berbicara dengan cintya tadi karena dia fokus pada cintya.

Aurel tersenyum getir, dia menyaksikan semuanya dari tadi.
Aurel mencoba berfikir positif, tetapi hatinya tidak bisa menerima itu.

Apakah alvin masih mencintai cintya?

Aurel menggelengkan kepalanya menghilangkan semua pikiran negatif yang terkumpul di otaknya.

Aurel tersentak saat ada yang menepuk pundaknya pelan.

"Rel." Panggil Vani.

"Kenapa?" Tanya aurel seraya tersenyum.

Mereka tahu, senyum aurel sangat dipaksakan.

Meraka juga menyaksikannya tadi, saat alvin menarik dan membawa cintya. Menuntun dan pergi meninggalkan sekolah.

Tapi mereka memilih diam, tidak ingin argumen mereka membuat beban aurel bertambah.

"Lo gak papa?" Tanya Raini memastikan.

"Gue gak papa kok." Jawab aurel masih tersenyum, miris.

Vani menghela napas pelan. "Kita pulang yuk" Ajak Vani.

Mereka mengangguk dan mulai berjalan. Dan sejak tadi aurel diam dengan pemikiran negatif di kepalanya.

"Gak, alvin gak mungkin mencintai cintya lagi." Batin Aurel berharap.








Waktu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang