Part 19

44 11 0
                                    

Aurel terus memandang alvin dan david yang saling memukul.
Yah karena dia sedari tadi sudah berada disini, di depan kelas cintya yang sedang menjadi ramai.

Hingga teriakan cintya membuat mereka berhenti, dan Semua perkataan yang diucapkan cintya, aurel juga mendengarnya.

Dan bagaimana wajah sedih alvin saat cintya menyelesaikan kalimatnya, aurel juga dapat melihatnya.

Hati aurel sakit? Tentu, karena dari yang aurel lihat, alvin sangat mencintai cintya.

Tapi posisi nya dengan alvin sekarang sama, sama-sama memperjuangkan cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Andai alvin bisa membuka hatinya, mungkin itu celah yang bisa aurel buat menjadi cara untuk mendekati alvin.

Aurel berharap dengan insiden ini, alvin bisa membuka hatinya pada orang lain, termasuk dirinya.

"Rel, Ke kelas yuk?" ajak Vani membuat lamunan aurel terhenti.
Memang sedari tadi dia melamun, memikirkan tentang orang yang dicintainya.

"Iyanih, orang udah pada bubar. Cuman kita sama mereka yang disini." Sahut Raini menunjuk ke arah Alvin dkk.

Memang Sekarang, Semua orang sudah bubar karena usiran dari bima dan bryan, tetapi aurel masih kekeuh disana melihat alvin yang masih emosi.

"Rel." Panggil vani kembali.

Aurel mengerjap. "Bentar deh, gue mau kesana!" ucap aurel menunjuk tempat alvin masih berdiri.

"Jangan deh rel, nanti dia nyakitin hati lo lagi. Karena sekarang dia lagi emosi. Nanti dia lampiasin amarah nya ke elo." Sahut Audrey cepat.

Vani dan raini mengangguk menyetujui ucapan Audrey. Aurel terdiam, Memang dia tau alvin sedang emosi, dan pasti akan emosi jika aurel mendekatinya sekarang.

Tapi mau bagaimana lagi, hati kecil aurel menyuruhnya menemui alvin.

"Ke kelas aja yuk?" Ajak Vani kembali.

"Kalo kalian mau balik, yaudah gak papa kok. Gue juga cuma bentar nemuin kak alvin." Jawab aurel kekeuh.

Vani, raini dan Audrey mendengus kesal. Jika seperti ini aurel tidak akan berhenti.

"Cuman ngomon bentar kan? Terus kita balik?" Tanya Audrey yang dijawab anggukan dari aurel.

"Yaudah kita ikut." Timpal audrey.
"Yaudah, ayo." Ajak aurel.

Mereka berjalan mendekati alvin yang masih berdiri disana.

Audrey, vani dan raini berdiri disamping sahabat alvin yang lain mengamati percakapan aurel dan alvin.

"Kak alvin." Panggil Aurel gugup.

Tentu aurel gugup, dia seolah menguatkan hatinya untuk kemarahan alvin saat ini.

Alvin menoleh, dan aurel bisa melihat mata alvin yang menyiratkan kesedihan.

"Kak alvin, Aku bantu obatin luka kakak ya?" Tanya aurel dengan suara pelan.

Alvin tidak menjawab, dia sedang memikirkan sesuatu tentang perkataan Galen beberapa saat tadi. Membuka hati pada seseorang? Apa itu untuk aurel?

"luka kakak harus di obati." cicit aurel.

Alvin menatap lekat aurel, membuat aurel semakin gugup. Dia meremas ujung rok nya menanti jawaban dari alvin.

"Kak alvin gak mau ya?" Tanya aurel kembali.

Alvin tidak menjawab malah menggengam tangan aurel membawanya kemana dia pergi.

Perlakuan itu sontak membuat aurel terkejut, bukan hanya aurel tetapi semua sahabat alvin dan sahabat aurel juga tidak menyangka alvin bisa seperti itu.

Waktu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang