Part 15

52 14 0
                                    


Selamat membaca:)

------------------------------------------------------

Aurel mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya pada matanya. dia membuka matanya dengan malas pasalnya dia masih ingin sekali melanjutkan tidur nyenyak nya tapi itu sangat tidak mungkin.

Aurel merenggangkan otot nya dan duduk dikasur empuknya. Setelah nyawa nya sudah penuh dia segera berjalan menuju kamar mandi melakukan ritual paginya.

Tak butuh waktu lama, aurel sudah keluar dari kamar mandi dengan seragam yang sudah rapi.

Aurel menyambar ranselnya dan segera berjalan menuruni tangga. Aurel tersenyum miris melihat Papa, mama dan adiknya yang tengah sarapan.

Aurel ingin sekali diajak ikut sarapan oleh mamanya tapi itu tidak mungkin dan papanya yang selalu mengajaknya tapi terkadang aurel menolak dengan halus ajakan papanya. Kenapa? Karena Aurel yakin jika dia disana dia akan sakit hati mendengar ucapan menyakitkan dari mamanya.

"Aurel, Sini ikut sarapan" Ajak rangga setelah melihat aurel yang berdiri di tangga.

Chaca dan Rani sontak melihat kearah rangga berbicara, Mereka tadi tengah berbincang ria tetapi harus berhenti karena ucapan rangga.

Melihat aurel, Chaca menampilkan senyum sinisnya dan Rani menunjukkan wajah datarnya tidak peduli dengan aurel.

"Aurel" Panggil Rangga kembali karena aurel tidak menjawab ajakannya.

"Eng-gak usah Pa, Nanti aku sarapan dikantin." Tolak aurel seraya tersenyum kikuk.

"Kamu yakin gak ikut sarapan sama kami?" Tanya Rangga kembali.

Aurel ingin menjawab pertanyaan rangga tetapi rani dengan cepat mendahuluinya.

"Gak usah sih mas, dia juga gak mau kan. Biarin aja" Ketus Rani.

Deg

Mata aurel memanas, sakit itulah yang dirasakannya. Tapi seharusnya dia tahu itu dan dia harus terbiasa dengan sikap mamanya.

"Iya pah, bener kata mama. Lagian aku malas banget makan bareng dia, ngilangin nafsu makan aku" Sahut Chaca.

"Kalian gak boleh gitu." Ucap Rangga membela aurel.

"Tapi pah--"

"Diam chaca" Bentak rangga.

Chaca tersentak mendengar bentakan rangga, air mata lolos dari pelupuk matanya namun dengan cepat dia menghapus nya dengan kasar.

Chaca tidak suka papanya membela aurel dan seperti memilih aurel dari dia. Chaca tidak terima itu.

Chaca beranjak dari tempat duduknya dan berlari keluar rumahnya menuju mobil mewahnya, dia tidak peduli mamanya yang sedari tadi memanggilnya.

Tatapan Rani beralih pada aurel yang masih diam ditempatnya.

"Ini semua gara-gara kamu" Bentak
mamanya kasar.

Hati aurel mencelos, selalu saja dia yang disalahkan!

"Rani, ini bukan salah aurel." Bela rangga kembali.

Sejujurnya, rangga sangat tidak suka dengan sikap rani pada aurel tapi dia bisa apa? Dia hanya papa tirinya aurel.

"Uh, Terserah mas lah" Ucap rani emosi.

Rani berjalan menaiki tangga dan dengan sengaja dia menyenggol keras lengan aurel yang membuat aurel tersentak dan hampir jatuh jika aurel tidak memegang pegangan tangga dan menyeimbangkan tubuhnya.

Waktu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang