Part 27

43 12 2
                                    

Nathan masih Setia mengenggam tangan mungil aurel setelah keluar dari tempat itu. Dan Aurel masih belum berhenti menangis, mungkin dia masih takut.

Nathan melepas tak rela genggaman tangan mereka dan memutar tubuh aurel menghadapnya. Nathan menaikkan dagu aurel dengan tangannya membuat tatapan mereka bertemu.

"Jangan nangis lagi, kamu aman sekarang sama aku." Ucap nathan sembari menghapus bulir air mata yang jatuh di atas pipi mulus aurel.

Aurel tidak menjawab karena isakan kecil masih terdengar dari mulutnya. Bahkan dia tidak sadar jika nathan memanggilnya dengan aku-kamu, itu tidak perlu dipikirkan untuk sekarang.

"Aku antar kamu pulang yah?" Tanya nathan yang dijawab anggukan dari aurel yang masih sesenggukan.

Nathan menuntun aurel kembali menuju mobil nya yang terparkir tidak jauh dari tempatnya. Saat mereka sudah sampai di samping mobil nathan, dengan cekatan nathan membuka pintu mobil untuk aurel. Tanpa babibu aurel memasuki mobil.

Nathan tersenyum dalam hati, dia ingin sekali menghentikan waktu saat ini. Walau dia tahu, aurel dalam keadaan seperti ini tapi tak apa, dia sudah sangat bahagia karena bisa bersama dengan aurel malam ini.

Nathan dengan cepat mengelilingi mobil dan membuka pintu memasuki kursi pengemudi disamping aurel.

Sepanjang perjalanan, hening menyelimuti mereka. Aurel sibuk dengan mengamati bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dari jendela mobil dengan tatapan kosong dan Nathan yang sibuk fokus mengemudi tetapi dia juga sesekali menyempatkan curi-curi pandang kesamping, ke arah aurel.

Aurel menopang dagunya, memang tangisnya sudah berhenti tapi ketakutan masih terasa dalam hati aurel. Dia berjanji, dia tidak akan ingin pergi ke tempat seperti itu lagi, cukup sekali tidak untuk kedua kaliya.

Mereka terus diam, hingga tidak terasa mobil nathan sudah berhenti depan gerbang rumah aurel.

Nathan menoleh ke arah aurel, pasalnya aurel mungkin sedang melamun hingga dia tidak sadar mereka sudah sampai ditujua.

"Rel? Kita udah sampai" Ucap nathan sembari menepuk pundak aurel pelan.

Aurel mengerjap kan matanya berulang kali, dia mengamati sekitarnya. Dan betul jika mereka sudah sampai. Entah sudah berapa lama dia melamun, mungkin sejak perjalanan pulang.

"Ehh iy--a kak, btw kakak gak mampir dulu?" tanya aurel.

"Kalo lo ngijinin." goda nathan.

Aurel tertawa pelan, "Boleh kok kak."

Nathan mengangguk, dia menyusul aurel keluar dari mobil dan berjalan memasuki rumah aurel.

"Yuk kak masuk?" ajak aurel.

Nathan menoleh dan menggelengkan kepalanya.

"Di teras aja, rel." Tolak nathan.

Nathan bisa melihat jika tidak ada orang di rumah aurel sekarang, lagipula ini sudah malam. Tidak baik berduaan di dalam rumah, walau nathan tidak akan berniat buruk tapi dia hanya bersikap sopan.

"Bentar kak, aku ambilin minum buat kakak" Ucap aurel.

Belum sempat aurel melangkah, nathan sudah mencekal tangannya. Jadi dia mengurungkan niatnya untuk pergi.

"Gak usah rel. Udah sini duduk, ceritain kenapa lo bisa berada disana." Ucap Nathan penasaran.

Yah sedari tadi, nathan sudah sangat penasaran. Kenapa aurel bisa datang ke tempat seperti itu?
Aurel menghela nafas pelan sebelum menceritakan kepada nathan, menurut aurel tidak akan masalah jika dia mengatakan pada nathan.

"Tadi kak alvin chat gue, dia nyuruh gue buat ketemu. Jadi karena gue memang udah senang karena kak alvin mau ketemu, jadi gue iyain. Kak alvin ngasih alamat ke gue, dia nyuruh gue kesana. Tapi sumpah, gue gak tahu kalo alamat itu tertuju ke tempat terkutuk tadi. Dan saat tadi gue udah sampai disana, gue nyari kak alvin ke dalam tapi kak alvin gak nampak sama sekali. Padahal gue udah muter-muter tetap gak ada dan karena udah ketakutan juga gue mikir buat keluar, tapi malah ada pria hidung belang itu ngehadang gue." Adu aurel kembali terisak mengingat kejadian tadi.

Rahang nathan mengeras mendengar perkataan aurel, Apakah memang alvin yang menyuruh aurel kesana? Jika iya, alvin sudah keterlaluan. Disana itu sangat berbahaya bagaimana jika terjadi sesuatu pada aurel. Nathan tidak bisa membayangkan itu!!

Nathan menarik aurel kedalam pelukannya kembali, menyarankan agar aurel menangis di dada bidangnya dengan nathan yang mengelus punggung aurel mencoba menenangkannya.

Nathan tidak suka dengan cara alvin. Entah apa yang dipikirkan alvin,tapi nathan sangat tidak terima itu. Sebenarnya tadi, nathan melihat ada alvin disana tapi dia belum sempat menemui alvin dan matanya disuguhkan dengan aurel yang berontak karena pria dewasa mencekal tangannya. Dan tanpa babibu dia langsung menolong aurel.

"Udah jangan nangis lagi." Bujuk nathan.

Aurel tidak tahu, jika nathan sudah sangat menahan emosi nya sekarang. Tangannya mengepal kuat dan rahangnya mengeras. Dia ingin sekali menhujani alvin dengan pukulan tapi bukan saat ini.

Aurel mengangguk dan menghapus air matanya. Dia harus mencoba melupakan kejadian tadi.

"Kak, Gue harus hubungin kak alvin." Sahut aurel membuat nathan mengernyitkan keningnya kebingungan.

"Kenapa?" Tanya nathan akhirnya.

"Nanti kak alvin nyariin aurel, mungkin kak alvin salah ngirim alamatnya ke aurel." jawab aurel cepat.

Hati nathan mencelos, segitu percaya nya kah aurel pada alvin? Sehingga aurel tidak bisa melihat kejadian yang menimpa nya ini terjadi karena alvin?

"Kalo dia memang nyuruh lo kesana gimana?"

Aurel tersenyum dan menggelengkan kepalanya cepat menyangkal pemikiran dari nathan.

"Gak kak, aurel percaya sama kak alvin. Kak alvin gak mungkin nyuruh aurel ke tempat yang seperti itu." Ucap aurel mantap.

Yah aurel berfikir seperti itu, tidak mungkin alvin mengajaknya kesana. Pasti ada kesalahan saat ini!

Nathan menghela nafas pelan melihat aurel yang masih kekeuh jika alvin tidak bersalah.

"Yaudah, gue pulang rel." Pamit nathan akhirnya.

Aurel mengangguk dan mengantar nathan sampai di depan gerbang. Dengan cepat,Nathan memasuki mobilnya.

"Hati-hati kak." Ucap aurel memperingati sembari melambaikan tangannya.

Nathan mengangguk dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumah aurel.

Setelah nathan pergi, aurel memasuki rumahnya dan langsung menghamburkan tubuhnya ke kasur. Tidak peduli dengan baju yang belum digantinya.

Aurel lelah, dia ingin mencoba melupakan kejadian tadi. Walau itu sangat sulit. Aurel berharap itu tak akan pernah terulang kembali.

------------------------------------------------------

Vote+Coment:) Terimakasih❤

Tertanda,
LolikkHrp

Waktu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang