Part 1

166 18 4
                                    


Budidayakan vote sebelum baca, Terimakasih:)


•••

"Aku akan menunggu sampai kau berubah, Walau aku akan merasakan sakit yang amat besar."

>>><<<

Seorang gadis tengah duduk di teras rumah dengan segelas susu yang terletak di atas meja. Matanya mendongak menatap langit yang begitu cerah hari ini.Gadis itu merasa tenang karena udara segar juga menemaninya.

Tapi ketenangan itu tak berlangsung lama. Ketenangannya dihancurkan oleh suara familiar ala adik tirinya, yaitu Chaca. Suara yang begitu suka mengatur dan memerintah.

"Beliin gue cemilan." Suruh Chaca semena-mena pada gadis dihadapannya.

Gadis itu menggeleng. "Beli aja sendiri, emang gue babu lo." Tolak gadis itu cepat.

"Lo yah. Gue bilangin mama baru tau lo." Ancam Chaca membuat gadis itu terdiam.

Gadis dihadapan Chaca adalah Aurel Valen Athaya, gadis yang berstatus sebagai kakak tirinya. Namun pada kenyataannya, Chaca tak pernah mengganggap Aurel lebih tinggi daripada pembantu.

Aurel hanya bungkam mendengar perkataan Chaca. jika sudah seperti ini, dia pasti tidak akan menang. Padahal aurel seorang kakak, namun haknya untuk melawan sudah di renggut sejak lama.

"Beli cepat sana." Usir Chaca enteng. Namun Aurel masih diam di tempat. Dan sontak saja, hal itu menyulut emosi Chaca.

"Rel. Lo budek ya?! Lo gak denger perintah gue? Hah?!" Bentak chaca kembali karena aurel tidak menyahutinya.

Tidak ada sopan santun dalam diri Chaca. Dia bertindak semaunya, dan memerintah Aurel layaknya Putri Raja.


Chaca tersenyum miring kemudian mengeluarkan teriakannya yang melengking.


"Ma.."

"Ma.. Mama..."

Beberapa menit, Rani dharma--ibu mereka-- Keluar dari pintu dan berdiri disamping Chaca. Rani masih mengggunakan celemek kesukaannya. Mungkin Rani sedang memasak, tetapi karena teriakan anak kesayangannya dia segera berlari menemui Chaca.

Mungkin jika Aurel yang memanggil, Rani pasti malas atau lebih kejam tidak menanggapinya. Sakit bukan? Itulah yang selalu dirasakannya.

"Kenapa sayang?" Tanya Rani lembut. Begitu lembut hingga Aurel sangat iri.

Aurel tersenyum licik. "Ini mah, si Aurel gak mau beliin aku cemilan."

Sontak saja, Rani mengalihkan pandangannya pada Aurel. "Aurel! kamu dengarkan kata Chaca. Udah sana beliin dia cemilan!" Bentak Rani.

Aurel terlonjak mendengar bentakan mamanya yang begitu tega. Hal itu membuat setitik air mata lolos jatuh dipipi mulusnya. Namun segera saja dia hapus. Dia tak ingin terlihat lemah.

"Iya Ma." Jawab aurel akhirnya. Jujur saja. Aurel tidak sanggup mendengar bentakan yang sering keluar dari bibir ibu kandungnya.

Waktu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang