Part 24

34 13 1
                                    

"Kak." Panggil aurel pada keempat lelaki dihadapannya yang sedang tertawa.

Mendengar panggilan itu, membuat mereka menoleh pada aurel dan membuat tawa mereka berhenti. Mereka menatap aurel dengan tatapan bingung.

"Kenapa rel?" Tanya galen mewakili.

"Kakak tau kak alvin dimana?" Tanya aurel pelan.

Mereka sekarang mengangguk mengerti, yah aurel mendatangi mereka karena mencari alvin.

"Ngapain kau cari si alvin dek, mending sama aku la kau." Canda Bryan.

"Iyanih, sama kakak aja. Wajah kakak gak kalah ganteng tuh sama si Raja es." Sahut Bima dengan percaya dirinya.

Beberapa detik, aurel mengernyitkan keningnya mendengar sebutan Raja es, tetapi sekarang dia mengerti. Jika itu adalah julukan pada alvin.

"Gimana dek, mau tetap sama alvin?" Tanya Bryan kembali.

Bukannya marah atau kesal, aurel malah tertawa mendengar godaan dari kakak kelas nya itu.

"Maaf kak, aku Setia sama kak alvin." Jawab aurel dengan senyum manisnya.

"Yaiyalah, mana mau aurel sama lo berdua yang jeleknya gak ketulungan." Sahut Nathan meledek.

Bryan dan Bima mendelik kesal pada nathan. Nathan tidak peduli dengan sahabatnya itu malah memandang lekat aurel yang tidak menyadari tatapan itu.

"Mending sama gue aja, gue gak kalah tampan dan bisa buat lo bahagia." Timpal Nathan yang sudah serius.

Aurel menatap nathan dengan kening berkerut. Entah kenapa dia merasa nathan mengatakannya dengan serius.

Beberapa detik berlalu, aurel tersenyum pada nathan. Dia yakin nathan tengah bercanda menggodanya dan itu tidak serius.

"Kak nathan bisa aja." Ucap aurel seraya tertawa pelan.

"Sok-sokan bisa buat bahagia lo nat. Gue jadi mual serius." Sahut Bima meledek balik nathan.

"Taik lo." Umpat nathan sembari menoyor kepala Bima.

"Lo tadi mau cari si alvin kan rel?" Tanya galen tidak peduli melihat tingkah sahabat nya yang tengah berdebat.

Aurel menoleh dan mengangguk pelan. "Kakak tahu dimana kak alvin?"

"Mungkin dia lagi di rooftop, lo carik aja disana." Saran Galen.

Aurel manggut-manggut mengerti. "Makasih kak. Btw aku pergi dulu ya kak." pamit aurel seraya tersenyum manis.

Aurel mengayunkan kakinya meninggalkan kantin setelah mendapat anggukan dari galen.

-

Senyum aurel tak pernah luntur saat dia berjalan menuju rooftop, aurel sangat bersemangat saat ini.

Saat sampai dipintu rooftop, aurel segera membukanya yang langsung disambut semilir angin yang menerpa wajahnya.

Aurel tersenyum senang melihat sosok yang dicarinya sedang terlelap di sofa yang tak jauh dari tempatnya berada.

Aurel berjalan dengan pelan mendekat ke tempat alvin, entah takut untuk mengusik alvin dan saat ini, aurel mengamati wajah alvin dari dekat. Wajah tampan alvin yang selalu datar terganti dengan wajah teduh.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"Ngapain lo?" tanya alvin dengan mata yang masih tertutup.

"E-hh"

Aurel tersentak mendengar suara alvin, dia kira alvin tidak terusik. Dia segera memalingkan wajahnya karena sudah menampilkan semburat merah, dia malu ketahuan mengamati wajah alvin.

"Maaf kak." Cicit aurel sembari menunduk.

Sebelah alis alvin terangkat dan menampilkan wajah datarnya seperti biasa.

Alvin menegakkan tubuhnya kembali duduk menatap datar aurel.

Aurel mendongakkan kepalanya mencoba berani menatap alvin yang sekarang menatapnya tajam.
"Ngapain lo kesini?" Bentak alvin pada cewek dihadapannya.

"Ak-u cum-aa mau na-nyak kenapa chat aku Ga-k di ba-las kak." Tanya aurel terbata-bata.

Jujur saja dia takut harus menatap alvin yang selalu memberinya tatapan tajam seperti ini, tapi seharusnya aurel harus terbiasa.

"Gak penting." Ketus alvin.

"Maksud kakak apa?" Tanya aurel menepis ketakutannya.

"Semua tentang lo gak penting." Balas alvin datar.

Deg!

Dada kiri aurel terasa sesak saat mendengar perkataan alvin, tapi dia mencoba tidak mempedulikannya.

"Tapi kak, aku adalah pacar kakak?" ucap aurel pelan.

"Gue gak peduli." Ketus alvin.

"Tap---"

"Pergi lo." Bentak alvin.

Alvin tidak peduli dengan perasaan cewek dihadapannya saat dia mengatakan semua itu. Dia memilih merebahkan tubuhnya kembali dan memejamkan matanya.

Aurel menahan air mata yang telah berkumpul di pelupuk matanya, bagimana dia tidak bersedih? Jika orang yang dicintainya yang notabene kekasihnya sekarang tidak peduli padanya?

Yah aurel mengerti itu semua, tetapi saat alvin mengatakannya langsung terasa sangat menyakitkan.

Aurel kembali menatap alvin, entah kenapa kakinya terasa tidak bisa untuk pergi walau alvin sudah mengusirnya.

"Aku tahu kak, kakak gak pernah peduli padaku walaupun sekarang status ku adalah pacar kakak. Aku yakin, kakak belum bisa buka hati kakak buat aku. Tapi belum itu akan terjadi, memang mungkin sekarang belum tapi nanti perjuangan aku akan membuahkan hasilnya. Walaupun kakak selalu menorehkan luka padaku sekarang, pasti nanti akan terbalas dengan kakak yang menerima cintaku. Aku akan terus menunggu saat kakak akan datang sendiri padaku. Tapi aku juga harus bilang ada saatnya aku juga akan lelah, dan beristirahat untuk mengejar kakak." Ucap aurel pada lelaki yang terlihat terlelap.

Setelah mengatakan itu, aurel menghapus setitik air mata nya yang sudah lolos.

Setelah kepergian aurel, alvin membuka matanya dan kembali duduk di sofa itu.

Sebenarnya, dia belum sepenuhnya tertidur. Dia menunggu aurel untuk pergi tapi tadi dia malah mendengar kata-kata dari cewek perusuh yang membuat egonya tersentil.

Alvin merasa aurel sangat serius dengan kata-katanya.

"Apa-apan itu, seharusnya dia menyerah saja. Ck! Ngapain juga gue mikirin tuh cewek perusuh."

Alvin menggelengkan kepalanya cepat.

"Cih menyebalkan" Gumam alvin.

------------------------------------------------------

Tetap vote+Coment ya:) Terimakasih❤

Waktu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang