Part 32

38 11 0
                                    

"Aurel." Teriak Rangga dari bawah.

Aurel yang mendengar teriakan dari papanya yang memanggil nama nya itu segera turun menemui papanya.

Saat berada di anak tangga, langkah aurel memelan. Mata nya menatap sendu pada keluarganya itu.

Disana, papa nya yang memakai setelan jas tengah tersenyum ke arah nya, mamanya memakai gaun hitam panjang yang terlihat mewah sedangkan disamping mamanya, ada chaca yang memakai gaun berwarna peach selutut.

Aurel turun perlahan kemudian beridiri sempurna di hadapan Rangga, Papa tirinya itu.

"Kenapa Pah?" Tanya aurel.

Kening rangga berkerut melihat penampilan aurel yang sudah memakai piyamanya.

"Kamu gak ikut?" Tanya Rangga balik.

Aurel belum menjawab dan melihat ke arah belakang papanya yang disana berdiri mamanya yang tengah menatapnya tajam.

"Aurel." Panggil rangga kembali.

Aurel tersentak dan tersenyum kikuk.

"Maaf Pah, aurel gak bisa ikut bareng kalian. Soalnya aurel merasa gak enak badan." Alibi aurel.

Rangga mengangkat tangannya ke dahi aurel, memastikan keadaan putrinya itu.

"Beneran? Tapi kamu kayaknya baik-baik aja rel." Ucap Rangga.

Aurel semakin gugup karena papanya terlihat tidak percaya dan ditambah tatapan tajam mamanya yang terus tertuju padanya.

"Nggak pah, kepala aurel terasa pusing." Balas aurel.

"Udah pah, lagian dia juga gak bisa ikut kan. Kita pergi aja pah, chaca udah lapar." Sahut chaca.

"Iya mas, mama juga udah lapar." Timpal Rani, mama nya.

Rangga menoleh dan menghela nafas pelan. Istri dan Putri nya yang lain itu sungguh tidak sabaran.

Tatapan rangga kemudian tertuju pada aurel yang berdiri dihadapannya.

"Kamu yakin gak ikut?" Tanya rangga memastikan.

Aurel mengangguk dan meringis.

"Iya pah." ucap aurel pelan.

"Yaudah kamu langsung ke kamar aja. Nanti papa suruh bi leni ngantarin obat ke kamar kamu, habis minum obat kamu langsung tidur, istirahat." Titah Rangga.

Bi leni yaitu wanita paruh baya yang notabene asisten rumah tangga yang berada di rumah itu.

Aurel tersenyum dan mengangguk pelan. Dia senang saat papanya menghawatirkan nya seperti itu, dia berharap kelak mamanya juga akan melakukan itu. Semoga!

"Iyah pah." Jawab aurel.

Chaca memutar bola mata jengah, melihat drama yang terjadi dihadapannya. Tak ingin berlama lagi, dia berfikir untuk menyudahinya.

"Ayoo pahhh." Rengek chaca yang sudah tidak sabar.

"Iya." ucap rangga pada chaca.

Rangga, chaca dan Rani berjalan keluar rumah, mereka dengan cepat memasuki mobil dan melaju meninggalkan rumah, dan tentu meninggalkan aurel yang tadi mengintip dari jendela sembari tersenyum miris.

Aurel berjalan kembali ke kamarnya. kondisi rumah aurel sangatlah sunyi karena cuma dirinya dan bi leni yang berada di rumah mewah itu.

Dia berjalan ke arah meja belajarnya, dia tidak beristirahat seperti yang diperintakah papanya.

Aurel menatap malas tumpukan buku di hadapannya itu, seperti yang diperintahkan mamanya tadi. Dia memberikan alasan pada Rangga, papa tirinya agar dia tidak ikut makan malam bersama di luar.

Aurel menghela nafas pelan, dia merasa bosan. Aurel sebenarnya sangat benci keadaan yang seperti ini, sunyi, sepi. Tidak ada yang bisa dia lakukan, hanya bosan yang melanda nya sekarang. Walaupun dia sering mendapati keadaan ini, tapi dia tetap merasa sedih.

Tak ingin merenung terlalu dalam, aurel mengambil ponselnya di samping buku paket tebal itu. Cuma ponsel yang bisa menemani nya saat seperti ini, walau itu cuma mengecek akun sosial nya yang sepi.

Aurel membuka aplikasi WA di ponselnya. Dia melihat room chat nya dengan alvin, yang didominasi olehnya karena alvin tidak membalas chat nya.

Aurelia
P
P
Kak?

Sembari menunggu balasan dari alvin, aurel menopang dagunya dengan  sebelah tangan dan mata nya menatap fokus pada ponsel di tangannya yang lain.

15 menit berlalu, tetapi belum ada tanda-tanda alvin membalas pesannya itu.

Aurel menghela nafas pelan. "Apakah kak alvin benar-benar ingin mencoba membuka hati buat gue?" lirih aurel.

Lamunan aurel terbuyar karena ponselnya yang bergetar.

'Ting'

Aurel dengan cepat membuka room chat nya dengan alvin, pasalnya ada notifikasi dari alvin yang membuatnya semangat.

RajaEs❤
Knp?

"Kyaaa" Aurel memekik kegirangan melihat balasan dari alvin.

Aurel senang karena alvin membalas pesannya tidak seperi dulu, saat alvin lebih memilih mengacuhkan.

Aurelia
Lama banget kak balasnya:( Tapi gak papa, kakak mau balas aja aku udah senang banget! Makasih kak😄

RajaEs❤
Iya!

Aurelia
Kak jangan cuek gitu dong, kakak kan udah janji:"

Aurel merasa gugup menunggu balasan dari alvin, entah kenapa dia merasa berani mengatakan itu. Huh, aurel takut alvin akan memarahinya atau lebih parah tidak mau membalas pesannya lagi karena dia terlalu menuntut! Padahal dibalas saja sudah syukur!

RajaEs❤
Gitu ya?

Aurel menghela nafas lega, untunglah alvin masih mau membalas chat nya. Tetapi jika melihat balasan dari alvin tadi, membuat aurel tersenyum geli.

Aurelia
Iya kak, kakak kan udah janji gak cuek sama akuu dan kak kalo aku nge-chat kakak, kakak cepat balas nya yaaaaaaaa:)

5 menit berlalu, tapi alvin masih belum membalas pesan darinya, aurel menggigit jari telunjuknya selama menunggu guna mengurangi kegugupannya.

RajaEs❤
Harus kah?

Aurel tersenyum dan kembali mengetikkan balasan untuk alvin.

Aurelia
Iya kak harus, walaupun aku gak langsung bilang kemaren, tapi kan kakak bisa ngerti maksud dari gak dingin, gak cuek dan menjadi seseorang yang hangat.

RajaEs❤
Yaudah!

Deg!

Aurel menjerit tertahan, dia tersenyum bahagia. Aurel sudah seperti orang gila yang terus senyum-senyum gak jelas selama membalas chat alvin. Hatinya menghangat, walau itu cuma sekedar pesan tetapi dia sudah merasa bahagia.

Aurel seolah lupa, suasana sepi yang dirasakannya tadi karena sudah terganti dengan suasana bahagia yang menyelimuti hatinya.

------------------------------------------------------

Gaje? Sorry!!

Jangan lupa vote+Coment ya:)
#Terimakasih!

Waktu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang