Siang hari kini tidak lagi seperti siang yang pernah aku rasakan. Langit biru di siang hari yang biasannya selalu terik, menyengat kulit kami dan juga menyenangkan itu kini sudah raib, hari-hari dambaan kami yang biasannya menjadi wadah kami untuk tersenyum kandas saat tank-tank itu memasuki wilayah kami. Wilayah perkampungan kami yang damai menjadi sangat menyedihkan, warga lari tunggang-langgang karena meraka masuk secara tiba-tiba membati buta. Mereka bilang bahwa wilayah kami sudah tiada, dan mereka bilang bahwa wilayah kami adalah kampung halaman para orang-orang tersebut.
Ketika orang-orang berseragam hijau lengkap dengan senjata dan amunisinnya yang nyalang tersebut membuat siapa pun takut akan kehadiran mereka, mereka tiba-tiba saja menembaki siapa saja yang ada dihadapannya, menghancurkan mereka dan berlaku demikian bertahun-tahun lamannya. Ya, kami telah terjajah.
Siang yang kami dambakan kini telah raib dimakan waktu, semakin berjalannya waktu aku kira kami bisa merebut kembali daerah yang akan kami dapatkan lagi, tanah air kami. Tempat suci yang biasannya disenangi banyak orang kini telah rata dengan tanah kami. Kami tak mengenali siapa kami, tidak mengenali tempat tinggal kami yang selama ini telah menaungi kami dari terik dan badai. Kami terlambat untuk menyadari bahwa kami sangatlah berpikiran dangkal layaknnya genangan air hujan. Tidak melihat apa yang kami perbuatkan bahwa itu semua salah.
Tiap harinnya kami mencari makan secara nomaden – tak tentu kami akan tinggal dimana dan makan apa saja, sejak kedatangan mereka para tentara berseragam hijau dan petinggi yang tak kami kenal mengambil paksa wilayah kami, mengusir dan tidak ada makanan yang tesisa. Dan bahkan populasi kami mungkin kini bisa dihitung dengan jari, seandainya allah menegur kami sejak awal, andai saja.
"Jangan jadi pemuda yang lemah! Bangkit wahai kawan, kita akan menghadapi medan pertempuran yang nyata. Yang balasannya adalah janjinya Allah swt, yaitu surganya!!"
Seseorang bertubuh kekar dengan jenggot tipisnnya berdiri dihadapan kami dengan lantang yang menambah aksen kepemimpinannya yang luar biasa, pelopor jiwa pemuda di daerah kami, Huzaifa. Aku memang belum bertemu dengan Umar bin Khattab namun menurut pengetahuanku Huzaifa adalah pemimpin yang tegas, layaknnya Umar bin Khattab, ia tidak peduli walaupun dengan keadaan seburuk apapun ia yang akan selalu bangkit paling pertama. Semangatnnya bagaikan api abadi neraka yang tak pernah padam. Huzaifa adalah seorang yang gagah perkasa.
"Persiapkan senjata peangmu wahai hamba Allah! Jangalanlah engkau takut, karena sesungguhnnya Allah ada selalu bersama kita, berikanlah senyuman terbaik kalian padaku seorang pejuang syahid!!" Huzaifa dengan lantangnnya membawa busur dan anak panah yang banyak, kami akan meluncurkan bom agar satu tank-tank yang mengancam kehidupan kami agar menghilang satu persatu.
Seeorang dengan wajah indahnnya tersebut menungguku sedari tadi, sebelum semua pemuda pergi kami akan berpamitan dengan mereka seolah-olah ini adalah tempat terakhir kami.
"Wahai ibuku jagalah dirimu, aku akan pulang setelah perang ini usai. Jangan lukai dirimu" aku menciumi kedua tangannya yang tampak lelah tersebut. Aku berjanji aku akan pulang setelah aksiku selesai, aku ingin agama kami tidak diinjak seperti ini secara tidak adil. Seseungguhnnya allah tahu apa yang benar untuk kami, dan tidak penah ada ujian yang melebihi batas hambannya. Jika Allah berlaku demikian berartii kami mampu menaklukannya.
"Jafar, berjanjilah nak! Ada atau tidaknnya aku yakinlah bahwa allah selalu bersamamu, allah selalu bersamamu untuk menjaga dan melindungimu dari mara bahaya. Peperangan ini adalah ujian bagi kita yang dulu hanya terpacu pada dunia tanpa mengasah ketajaman amal untuk akhirat" ibuku tersenyum dengan indahnnya layaknnya kami seperti berpisah, aku menggenggam kedua tangan ibu dan berdoa atasnnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita
Short StoryAssalamualaikum semua kenalkan kita, dari SMAIT YAPIDH BEKASI kelas 11 IPA 2. Ingin berbagi cerita kita, InsyaAllah bisa menghibur. Dan ini adalah tugas dari pelajaran Bahasa Indonesia kita, cerpen. Selamat menikmati cerita kita semua. muah