32. BENG-BENG

71 5 0
                                    

Tiap langkah kuratapi, berjalan pergi menjauh, merasa seperti berjalan tanpa kaki. Sesak memenuhi atmosfer jiwa, sesal menyelimuti. Di permukaan perasaan yang dalam ingin sekali sebenarnya ku ucap, tapi terkunci untuk mengatakan yang sesungguhnya, tak ingin hanya bersisa air mata. Aku tak mengerti kata dari hati, apakah cinta serapuh ini?.

Mengerti dengan cinta kasih yang tak pernah memilih, tanpa ada bahasa yang kumengerti, entah apa yang ditakdirkan. Perih yang kurasa, letih akan semua ini. Muak ingin memilih jalanku sendiri, tapi ternyata takdir tidak dipilih tapi memilih.

Detik-detikpun berlalu, mengiris hatiku. Apakah waktu akan memakan perasaan? Kuharap tidak. Tidak ingin seperti hujan yang turun lalu berlalu, kuharap seperti langit yang selalu di atas. Berharap kita menjadi larutan homogen bukan heterogen , berharap kita memakan beng-beng dengan cara yang sama. Ternyata kita, aku dan kamu tidak sama, kita berbeda. Sejujurnya ingin semua rasa yang ada ini terbuang perlahan seperti nitrogen dalam ban kendaraan.

Semua bermula di Jakarta, hari senin tanggal 30 bulan januari tahun 2012 sekitar pukul 7 pagi waktu Indonesia barat. Aku melangkahkan kaki dengan yakin memasuki tempat kerja baruku, saking yakinnya, aku terus berjalan terus ke depan, sayangnya aku tak melihat pintu kaca yang masih tertutup. Oh malu aku, sungguh malu dan amat malu, melihat office boy yang sedang menyapu di depanku menahan tawa menatapku, kuharap pipi ini tidak memerah tapi rasanya pipiku sudah terbakar ingin kusiram dengan air atau dengan APAR. Aku lalu bertindak seolah tak terjadi apa-apa, mencoba tersenyum manis dengan office boy, kuharap senyumku tidak seasam Hcl, lalu aku melenggang masuk dan meninggalkan dan menuju ruangan baruku. Tak lama ruangan ramai dengan 5 orang yang suaranya menggelegar seantero dunia, eh lebay banget si ini. Akupun berkenalan dengan Lea, Dea, Atta, Akbar dan yang terakhir Rayhan. Oh iya, namaku Syifahanggalamedaa Zaziazeea Antunez, panggil aja sayang, eh ini serius panggilannya Zea.

Hari pertama aku bekerja, aku mendapat banyak sekali pekerjaan dengan deadpool eh deadline yang sangat padat, auto pulang malem di hari pertama. Pukul dua puluh satu lewat empat puluh lima menit telah selesai pekerjaanku. Kantor terlihat sangat sepi, di ruanganku hanya tersisa Lea, Atta, dan Akbar. Aku bergegas membenahkan tasku, lalu aku berpamitan pulang pada teman seruanganku. Sejujurnya aku malas menyetir mobil, rasanya ingin terbang dengan sayap langsung sampai ke kamar tercinta, ya tapi ini takdir dan nasib untuk menyetir mobil sendiri. Sadar ada yang mengetuk kaca, tersadar aku tertidur pulas saat berhenti di lampu lalu lintas¸ entah karena saking lelahnya. Ternyata orang yang mengetuk kacaku adalah seorang kapiten, polisi maksudnya. Karena hal yang telah aku lakukan tersebut, aku dipinggirkaan ke tepi jalan. Aku dimintai SIM dan STNK, bodohnya aku tidak membawa STNK mobilku, akhirnya mobilku ditahan.

"Pak tapi saya harus pulang, besok pagi saya harus kerja lagi" ucapku memohon.

"Maaf tapi mobil anda harus ditahan, tolong hubungi keluarga anda degan segera jika anda ingin segera menyelesaikan masalah ini" tutur pria bertubuh kekar tersebut.

"Tapi pak, saya ini anak rantau saya hanya tinggal sendiri di Yogya, saya tidak memiliki keluarga disini".

"Hubungi kerabat anda, untuk menjadi jaminan" ucapnya.

Sejujurnya bingung untuk menghubungi siapa, tapi entah mengapa mataku terpaut dengan kontak Akbar,tanpa berpikir panjang akupun menghubunginya.

"Halo".

"Ya?, maaf dengan siapa saya terhubung?".

"Ini aku, Zea".

"Oh ya Zea, ada apa?".

"Maaf, boleh minta tolong?".

"Iya ze, ada apa?".

"Bisa ke kantor polisi yang di depan perempatan supermarket gaK?"

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang