6. Penyesalan

87 4 0
                                    

Kring..... bel pulang sekolah pun berdering. Seluruh siswa keluar dari kelas masing-masing menuju gerbang utama dan juga ke parkiran. Di lain sisi Thia tiba-tiba menghampiri Ian untuk meminta tumpangan.

"Yan, boleh numpang sampai rumah?"

"Tumben lu dateng ke gue sendiri"

"Ya... kali-kali gapapa kan?"

"Okelah, naik cepetan!"

Semenjak kejadian itu, Ian merasa Thia mulai menyukai dirinya. Tapi apa boleh buat, Thia gadis yang cantik, pintar, rajin, dan banyak hal menarik yang membuat Ian jatuh cinta pada Thia tetapi satu sifat Thia yang membuat Ian takut menyatakan cintanya, yaitu "GANAS" itu kata kasarnya kalau kata halusnya ya galak banget. Tapi Ian mempunyai tekad yang kuat sebagai laki-laki tidak boleh takut apalagi sama perempuan.

"Masa gue takut sama cewe sih?" kebingungan

"Kamu ngomong sama siapa nak?"

"Eh bunda... ga ngomong sama siapa-siapa"

"Coba sini duduk samping bunda!"

"Ada apa bun?"

"Kamu lagi menyukai seseorang kan? Kamu sudah mau lulus SMA, itu wajar nak, sudah waktunya kamu mempunyai perasaan itu tapi jangan kamu lakukan hal yang dilarang oleh Allah ya!" dengan nada lembut sambil mengelus kepala Ian

"Iya bun" menundukkan kepala

Ian pun semakin kuat karena mendengar perkataan bundanya. Mulai hari sekolah Ian mencoba ke rumah Thia untuk mengajak berangkat sekolah bersama.

"Assalamualaikum Thia..."

"Waalaikumussalam nak, Thianya lagi siap-siap"

"Ngapain kamu ke rumahku?"

"Gue mau ngajak lo berangkat sekolah bareng, mau kan?"

"Aku bisa sendiri" menolak ajakan Ian

"Tak apalah Thia, lebih aman kamu berangkat sama nak Ian aja"

"Tapi bu..."

"Ayolah, naik sini!" memotong pembicaraan Thia

Selama perjalanan menuju sekolah Ian sering memperhatikan Thia dari kaca spion yang sedang tersenyum malu. Thia pun lama kelamaan menyadarinya ketika dia melihat ke kaca spion.

Aduh, aku malu banget diliatin lagi senyum-senyum sendiri, Jangan-jangan dia memperhatikanku sedari tadi (dalam hati Thia)

"Hey Thia" memegang pundak Thia

"Ha? Iya iya" kaget karena melamun

"Ngapain sih lu? Sampe ga sadar udah di sekolah"

"Gapapa kok, maaf ya"

"Yaudah ayo ke kelas!"

Karena mereka satu kelas jadi, jalannya melalui arah yang sama. Ketika di kelas, Ian yang selalu duduk paling belakang sekarang dia pindah ke depan tepat di samping Thia.

"Kamu ngapain sih? Biasanya kan di belakang" mendorong tubuh Ian dengan pelan

"Gue mau duduk disini mulai sekarang!"

"Aku kan duduk sama Sasha" tambah kesal

"Sasha bisa di belakang lo kan?"

"Serah deh" mengerutkan dahi

Awalnya Thia memang risih duduk dengan seseorang yang ia kagumi apalagi Ian teman Thia sedari kecil. Berbulan-bulan Ian selalu duduk di samping Thia yang membuat mereka menjadi mulai akrab. Dan disinilah Sasha menjauh dari Thia karena sikapnya yang sudah berubah.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang