21. PROMISES

59 7 0
                                    

Semua manusia pasti pernah menunggu. Baik hasilnya sudah pasti, ataupun tidak terbayang sama sekali. Dalam jangka waktu yang panjang, ataupun pendek. Karena waktu, bukanlah masalah besar jika hasilnya adalah sesuatu yang sangat kita inginkan. Begitu pula menunggu sang kekasih yang belum pasti akan menjadi milik kita. Inilah penggalan kisahku.

"Ka! Kamu mau berangkat kuliah jam berapa? Bukannya kemarin kamu bilang hari ini kamu masuk pagi?" tegur Mama dari depan pintu kamarku setelah mengetuknya.

"Iya Ma, ini udah siap tinggal berangkat." sautku sambil merapikan buku yang masih berantakan.

Sesampainya di kampus, aku segera mengeprint laporan yang harus dikumpulkan hari ini. Setelah mengeprint laporan di kantor, aku segera pergi ke kelas. Harapku, hari ini aku tidak menemuinya agar aku bisa melupakan kejadian yang baru terjadi beberapa hari lalu.

"Heh! Kemana saja kau ini? Dua hari tak masuk kuliah hanya karena laki laki satu itu? Ternyata benar ya laki-laki hanya berjuang diawal. Sudahlah lupakan saja dia. Berani-beraninya dia mempermainkan sahabatku yang masih kecil ini. Lihat saja nanti jika aku melihat wajahnya, akan kuhabisi dia!" celoteh orang sebelahku. Satu-satunya orang yang mengetahui kisah cintaku ini, memang selalu saja mengomentari panjang lebar. Dia adalah teman kecilku pada saat aku masih berumur 5 tahun, Rayya Hana namanya. Dulu, pada saat masih SD, dia adalah anak yang paling nakal. Baru kelas 5 SD, dia sudah punya pacar bernama Radja. Sedangkan aku lompat kelas dari kelas 4 langsung ke kelas 6 SD. Berhubung aku lulus lebih dulu, jadi persahabatan aku dan Rayya berhenti karena aku pindah ke SMP negri yang pulang siang. Semenjak aku SMP, aku tidak pernah bermain dengan Rayya lagi. Aku lompat kelas lagi dari kelas 7 ke kelas 9. 

Hari ini aku berhasil melupakannya dengan cara bersenang-senang dengan Ray. Kami pergi ke mall, dan berkaraoke di sana. Pulang dari mall, kami membeli makan di pinggir jalan untuk dibawa ke kostan Rayya. Hari ini aku tidak berniat untuk pulang. Untuk apa dirumah sendirian, tak ada yang bisa diajak bercerita. Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Papa, mama, semua sama saja. Dirumah hanya ada adik yang hanya bisa menangis, tidak lebih.

Karena aku dan Ray baru tidur jam 3 pagi, akhirnya kami bangun siang, dan mengikuti kelas sore. Setelah kelas berakhir kira-kira jam 7, aku bergegas keparkiran untuk mengambil mobil lalu pulang ke rumah. Lalu diriku menyadari bahwa ada seseorang yang menungguku di samping mobilku. Laki-laki itu. Aku benci dia. Sedang apa dia di sini? Apa yang ingin dia lakukan ? "Darimana saja kamu? Aku menunggumu tiap sore, kau tahu? Apa kau marah padaku? Kan sudah ku katakan, aku pergi berobat sayang. Apa kau tidak percaya padaku? Aku berani bersumpah sayang. Tolong maafkan aku pliss!!" ucap Lucas lirih.

"Biarkan aku sendiri," balasku, "aku masih butuh waktu." Aku langsung masuk ke mobil dan bergegas pergi ke rumah. Ada sedikit rasa senang ketika dia mengatakan hal itu. Tapi karena rasa sedihku lebih mendominasi, akhirnya membuat rasa senang tertutupi oleh rasa kecewa. Aku sendiri sudah lelah dengan sikapnya yang masih belum aku pahami. Dia tidak pernah melibatkanku dalam masalahnya, padahal aku ingin sekali membantu menyelesaikannya. Dia juga tidak pernah memunculkan raut muka sedih dihadapanku, bahkan ketika dia sakit sekalipun. Aku tidak ingin hanya ada ketika dia senang, aku juga ingin ada ketika dia sedang sulit. Harusnya jika memang dia menganggapku miliknya, dia mencariku, bukan orang lain.

"Kau ingin pulang kemana hari ini Farah?" Tanya Ray, "Kau kan tidak bawa mobil, mau aku antarkan?"

"Ke rumah saja, Mama hari ini akan pulang jam 8. Tidak perlu Ray, aku sengaja tidak bawa mobil karena aku ingin naik kendaraan umum hari ini," jawabku.

Ketika sedang menunggu sambil mendengarkan musik, tiba-tiba ada lakilaki yang berhenti depanku. Sontak saja, aku menengok kearahnya. Ternyata dia adalah anak jurusan matematika yang kebetulan adalah tetanggaku. "Naiklah, biarkan aku mengantarkanmu gadis cantik," ajaknya.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang