30. Matematika

53 4 0
                                    

SREEEEK

Aku merobek kertas di hadapanku lalu membuangnya ke sembarang arah. Kertas itu sudah penuh dengan coretan angka hasil pemikiranku dalam mengerjakan soal latihan Matematika. Kepalaku pusing, lebih dari setengah jam telah aku habiskan untuk mengerjakan soal latihan itu, namun tetap saja belum semua soal terselesaikan.

Seminggu lagi aku akan mengikuti Olimpiade Matematika tingkat Kota mewakili sekolah bersama 2 temanku, Alfa dan Kirana. Mereka sih enak, belajar sebentar juga bisa mengerjakan berbagai macam soal Matematika. Sedangkan aku? belajar hingga berjam-jam saja belum tentu bisa, apalagi jika belajarnya hanya sebentar.

Aku membaringkan diri di atas kasur, menatap langit-langit kamar yang terang benderang. Rasanya hari ini lelah sekali.

Merasa tidak ada gunanya hanya berdiam diri, aku pun bangkit, mematikan lampu kamarku lalu tidur.

***

Pagi ini, matahari bersinar cerah, berbanding terbalik dengan suasana hatiku yang mendung.

Sudah bangun terlambat, saat di jalan tiba-tiba ban motorku bocor ㅡhingga akhirnya aku harus kembali ke rumah dan diantar ayahku ke sekolahㅡ, pelajaran pertama hari ini adalah Matematika pula. Lengkap sudah penderitaanku di pagi ini

Jam menunjukkan pukul 7 tepat. Harusnya aku sudah sampai di sekolah kurang dari 15 menit lagi jika ingin tidak terlambat.

Tapi mau bagaimana lagi, saat ini kan memang waktunya orang-orang berangkat sekolah atau bekerja, jadi wajar saja kalau jalanan macet dipenuhi berbagai mobil dan motor.

Saat aku tiba di sekolah, gerbang sekolahku belum tertutup. Entah kemana satpam yang biasa menjaga gerbang, aku tidak melihatnya sama sekali.

Aku pun langsung berlari menuju kelasku. Jantungku berdebar kencang saat aku sampai di depan pintu kelas. Takut jika guru Matematika ku telah masuk kelas terlebih dahulu.

Tapi ternyata, suasana kelasku masih riuh dengan suara obrolan, menandakan jika tidak ada guru di kelas. Aku pun langsung masuk ke kelas dan duduk di sebelah sahabatku, Zahra.

"Pagi, Nay." sapa Zahra

"Pagi juga, Ra." jawabku sambil tersenyum

Baru saja mendudukkan diri, tiba-tiba sebagian murid di kelasku berhamburan keluar menuju koridor kelas 11.

"Eh ada apaan sih itu?" Zahra yang penasaran langsung menarik tanganku keluar kelas.

Aku kaget saat melihat dua orang siswa sedang terlibat baku hantam dikelilingi para siswa yang menatap mereka bingung. Lebih kaget lagi, salah satu dari siswa tersebut adalah Alfa, yang selama ini terkenal dengan prestasi baiknya.

Tampan, cerdas dan sopan membuat Alfa banyak disukai oleh para siswi. Alfa tidak pernah terlibat masalah semacam ini. Entah alasan apa yang membuatnya marah hingga terlibat baku hantam seperti ini.

Tak lama kemudian, beberapa guru datang, melerai Alfa dan seorang siswa yang menjadi lawannya dan membawa mereka ke ruang BK.

***

"Kenapa Alfa tiba-tiba kayak gitu ya, Ra?" tanyaku pada Zahra

"Katanya ya Nay, Alfa kemarin nabrak Rian dan adiknya di jalan sampai adiknya Rian luka, terus dia nggak mau minta maaf. Padahal katanya Alfa yang salah, karena terlalu ngebut di jalan." jawab Zahra

"Tau dari mana emang, Ra?"

"Tadi yang lain pada ngomongin gitu sih Nay. Parahnya lagi, katanya Alfa malah ngata-ngatain Rian nggak becus ngendarain motornya. Pas berantem tadi juga dia ngomong kasar terus." jawab Zahra

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang