Waktu itu,
Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu, aku juga sudah merapikan buku lalu meletakkannya di ranselku yang berwarna biru.
Aku keluar kelas, "Hai, Raya!"
"Hai, Raja!"
"Jadi sekarang lo udah terbiasa kan sama gue?"
Oh iya, waktu itu pas di kantin raja bilang "Beberapa hari lagi lo gak akan canggung lagi kalau ketemu gue, percaya deh."
"Gue tinggal nunggu lo terbiasa."
Aku manggut-manggut saja.Kalau saat itu aku bisa lari, pasti aku memilih lari. Bukan apa-apa, sepertinya banyak cewek yang curi pandang melihat aku bicara dengan Raja. Terutama Rani,dan Itu membuatku risih.
"Lo langsung pulang?" Raja menaik turun kan alis tebalnya itu.
Aku menggeleng. "Hari ini ada les." Aku langsung berlalu dari hadapannya.
"Canggung udah kelar, ini nih, kebiasaan lari gak jelas. Perasaan cewek lain pada nyangkut ke gue kenapa si onoh enggak ya?" Aku meliat Raja menggeleng.
Raja menepuk bahuku, aku berbalik. Kalian tau apa yang Raja lakukan?
Raja jongkok di depan kakiku. "Raja ngapain?"
"Udah diem." Dia masih asik mengikat tali sepatu ku yang lepas. Oh tuhan, apakah sekarang aku berada di pihak dewi fortuna.
"Udah."
"Lari. lanjutin kebiasaan marathon lo," Perintah Raja.
Aku menatapnya, "Lah, di suruh lari malah bengong. Dasar bocah!"
Raja mengacak rambutku. Dan panas pun mulai menjalar dari kepala hingga kaki.
"Yuk, pulang." Ajak raja.
****
Iya gak lari-lari lagi kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusi Tak Bertepi
Short Story#Trueshortstory [COMPLETED] "Kapan kamu mengijinkanku masuk dalam hidupmu?" Ucapnya tenang meremas tanganku. "Kamu sudah masuk dalam hidupku." Kataku. "Aku juga sudah mengijinkanmu masuk dalam hidupku, Jangan menangis sendirian. Itu sama saja kamu t...